Mohon tunggu...
Adi Triyanto
Adi Triyanto Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Sebuah Perusahaan swasta Di Tambun- Bekasi-Jawa Barat

Lahir Di Sleman Yogyakarta Bekerja dan tinggal Di Bekasi

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Ketika Angin Tidak Lagi Membawa Kabar Baik

6 September 2024   07:49 Diperbarui: 6 September 2024   07:50 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kualitas udara yang buruk ini mengancam kesehatan jutaan orang, menyebabkan penyakit pernapasan, jantung, dan bahkan kematian dini. 

Angin yang tercemar ini menjadi refleksi langsung dari gaya hidup modern yang tidak berkelanjutan, yang mengutamakan pertumbuhan ekonomi di atas keberlanjutan lingkungan.

Ketika angin tidak lagi membawa kabar baik, ini adalah saatnya bagi kita untuk merenung dan mengambil tindakan. Angin yang berubah menjadi peringatan adalah sinyal bahwa ada sesuatu yang harus diperbaiki dalam cara kita hidup dan berinteraksi dengan alam. 

Keseimbangan yang terganggu harus segera dipulihkan, baik melalui kebijakan lingkungan yang lebih ketat, perubahan gaya hidup yang lebih ramah lingkungan, atau upaya kolektif untuk mengurangi emisi dan polusi. 

Hanya dengan demikian, kita dapat berharap bahwa angin akan kembali membawa kabar baik, mendahului rahmat-Nya berupa hujan yang menyejukkan dan menyuburkan bumi.

Angin adalah metafora bagi pesan-pesan alam yang harus kita pahami dan tindak lanjuti. Ketika ia berubah menjadi tanda peringatan, itu adalah panggilan untuk bertindak dan merawat bumi dengan lebih bijak. 

Dengan menjaga keseimbangan dan merawat lingkungan, kita dapat memastikan bahwa angin akan kembali menjadi pembawa kabar baik, mendahului hujan yang membawa berkah dan rahmat dari Tuhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun