Pemilihan Presiden telah berlalu. Sekarang masyarakat tengah gegap gempita menyambut pemilihan kepala daerah  ( PILKADA ). Satu yang tersisa dari output pemilu , baik Pilpres maupun pilkada yang telah berlangsung selama ini, adalah tidak terjaminnya dihasilkannya pemimpin yang benar benar ideal dan menjadi harapan masyarakat yang tumbuh murni daari suara hati nurani  rakyat. Yang sering muncul adalah pemimpin yang dhasilkan dari demokrasi yang hanya bersifat prosedural, pragmatis dan juga transaksional.  Ditambah lagi adanya tujuan untuk kompromi, dan juga balas budi. Dan terjebak dalam pemikiran kenegaraan yang hanya jangka pendek.
Di sisi lain, ada model seleksi yang lebih mengutamakan kualitas dan integritas, seperti yang diterapkan dalam kompetisi "Clash of Champions" yang diinisiasi oleh Ruang Guru. Model ini menawarkan pendekatan alternatif yang bisa menjadi inspirasi dalam mencari pemimpin yang benar-benar berkualitas dan siap memimpin bangsa dengan visi yang jauh ke depan.
Demokrasi buruk yang kita jalankan selama inilah yang  menyebabakan  negeri ini tidak juga beranjak menjadi negara maju seperti yang dicitakan para  pendiri bangsa . Di saat negara negara lain yang merdeka- hampir bersamaan atau bahkan lebih dibelakang dari Negara kita , mereka sudah menikmati kemakmuran . Tengok kemajuan yang dicapai negara tetangga Singapura dan juga China. Sementara Negeri ini masih saja berkutat dengan permasalahan  pemenuhan kebutuhan dasar yang tidak juga terpenuhi untuk menjadi negara maju.
Dalam upaya mencari pemimpin yang ideal bagi negeri ini, metode seleksi menjadi hal yang sangat krusial. Ini seharusnya menjadi renungan dan pemikiran seius  bagi para pemimpin negeri, untuk merumuskan jalan yang bisa membuat negeri ini menjadi negara maju, dengan mengesampingkan semua suara suara kepetingan diri dan juga kelompok.Â
Yang selama ini sepertinya  bermaskud menjadikan  negeri maju makmur bagi seluruh rakyat ,namun sebenarnya hanya memakmurkan sekolompok atau golongan tertentu warga negeri ini. Dan kepentingan yang hanya menginginkan negeri mini tetap menjadi negara yang bergantung dengan negara lain. Dengan imbalan yang berupa komisi,  atau predikat negara paling demokratis, dan juga negara paling berbakat menjadi negara maju. Sementara rakyat nya tetap saja menderita .  Bagaikan  anak ayam kelaparan di lumbung padi.
 Dan Upaya untuk menjadi negeri maju, harus dimulai dengan lahirnya para pemimpin negeri yang ideal. Pemimpin yang memiliki visi jauh ke depan  untuk negeri , bukan untuk golongan atau kelompoknya sendiri. Para pemimpin yang mengetahui dan  menyadari betapa pentingnya sumber daya manusia negeri ini. Dan menjadikan sumber daya manusia  lebih menjadi prioritas dari sekedar mengeksploitasi sumber daya alam kekayaan negeri.
"Clash of Champions" oleh Ruang Guru tidak hanya sekadar kompetisi akademis, tetapi juga sebuah model seleksi yang menekankan kualitas individu, baik dari segi intelektual, etika, maupun kemampuan kepemimpinan. Dalam kompetisi ini, para peserta tidak hanya diuji berdasarkan pengetahuan mereka, tetapi juga melalui tantangan yang mengharuskan mereka berpikir kritis, bekerja sama dalam tim, dan mengambil keputusan di bawah tekanan. Proses seleksi ini memastikan bahwa hanya mereka yang memiliki potensi kepemimpinan sejati yang dapat mencapai puncak.
Jika diterapkan dalam konteks pemilihan pemimpin negeri, metode seleksi semacam ini akan menghasilkan pemimpin yang tidak hanya pandai secara intelektual, tetapi juga memiliki integritas, visi, dan kemampuan untuk menghadapi tantangan yang kompleks.
Semua tahapan seleksi dilakukan dengan cara terbuka , bisa dilihat semua rakyat . Isi dan hasil dari seleksi juga dilihat semua orang. Yang bisa menjawab dengan baik terlihat. Yang tidak bisa menjawab juga terlihat. Yang skor nilainya tinggi diketahui. Yang skore nilainya jelek juga tika dapat disembunyikan. Semua terlihat semua jelas. Tidak ada permainan. Tidak ada kong kalingkong. SEmau dilakaukan dengan selekasi yang jujur dan adil.
Dan yang tak kalah  penting perlu  dibuat seleksi berdasarkan hasil karya yang sudah dilakukan. Apa yang sudah dikerjakan selama ini. Bukan yang akan dan hendak dilakukan. Apa yang sudah  wujudkan dalam bentuk prestasi selama ini. Bagaimana penilaian masyarakat atau warga selama ini tokoh atau calon pemimpin  itu berada. Apakah hasil yang usaha atau kebijakannya  sudah dapat dinikmati oleh semua penduduk daerahnya. Apakah rakyat yang dipimpinnya merasa puas. Dan semua indikator keberhasilan jelas.
Calon presiden dapat  diseleksi dari semua gubernur terbaik . Calon gubernur dipilih dari bupati bupati terbaik di propinsi bersangkutan. Bupati atau walikota berasal dari camat-camat terbaik di wilayah kabupaten atau kota madya. Dengan model ini pemimpin tidak hanya dilihat dari kemampuan teoritis dan kecerdasan menguasai teori namun juga hasil karya nyata bagi semua warganya. Pengalaman memimpin dan prestasi memimpin menjadi kriteria yang  juga harus dipenuhi.