Mohon tunggu...
Adi Triyanto
Adi Triyanto Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Sebuah Perusahaan swasta Di Tambun- Bekasi-Jawa Barat

Lahir Di Sleman Yogyakarta Bekerja dan tinggal Di Bekasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mulyono dan Jalan Menjadi Presiden

28 Agustus 2024   07:43 Diperbarui: 28 Agustus 2024   07:54 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Nama Mulyono  akhir akhir ini menjadi trending di platform media social X. Ini dikarenakan nama Mulyono adalah nama kecil Joko Widodo, presiden Republik Indonesia. Tokoh  yang sedang  menjadi sorotan publik terkait langkah-langkah politiknya di akhir masa jabatan. Banyak pihak mengatakan sebagai tindakan tidak elok dilakukan seorang negarawan.

Sebenarnya tidak ada yang aneh dengan nama Mulyono. Mulyono artinya bagus yaitu kemuliaan. Diharapkan orang yang mempunyai nama Mulyono akan menjadi orang yang mulia. Atau orang yang membawa kemuliaan bagi banyak orang. Itu juga yang diharapkan  kedua orang tuanya.

Nama Mulyono secara arti memang selevel dengan nama yang pernah menjabat sebagai Presiden negeri ini.  Ada nama Sukarno yang berarti Orang yang indah . Selevel juga dengan nama Suharto, orang yang berharta. Tidak kalah pula dengan nama Abdurrahman Wahid, yang berarti hamba Tuhan yang maha pengasih. Tidak kalah juga dengan Habibi , yang berarti orang yang dicintai atau dikasihi. Tidak kalah pula dengan Megawati, yang berarti dewi awan .

Namun nama Mulyono itu ternyata berat. Yang kalau tidak kuat anak yang dikasih nama itu, bisa berakibat sering sakit sakitan. Atau mengalami kesulitan hidup. Dalam istilah Jawa , itu dikenal dengan istilah  kabotan jeneng. Atu keberatan nama. Dan harus diganti namanya agar bisa tumbuh normal dan selamat. Dalam masyarakat Jawa istialah itu dinamai tradisi Ganti nama ( ganti jeneng ).

Tradisi mengganti nama lahir merupakan salah satu praktik budaya yang masih dipertahankan oleh sebagian masyarakat Jawa hingga saat ini.

Dalam kepercayaan Jawa, nama dianggap memiliki kekuatan yang memengaruhi nasib dan kehidupan seseorang. Oleh karena itu, nama yang dirasa kurang membawa keberuntungan atau malah menimbulkan masalah sering kali diubah, dengan harapan bahwa nama baru akan membawa keberkahan dan kehidupan yang lebih baik. Nama "Mulyono," misalnya, adalah salah satu nama yang kerap dipilih dalam tradisi ini karena memiliki arti yang baik, yaitu "kemuliaan."

Contoh praktik ganti nama dapat ditemukan dalam banyak kisah kehidupan masyarakat Jawa. Misalnya, seorang anak yang lahir dengan nama "Slamet" mungkin mengalami serangkaian kejadian tidak menguntungkan dalam hidupnya, seperti sering sakit atau kesulitan dalam mencapai keberhasilan. Keluarga anak tersebut, yang percaya bahwa nama bisa memengaruhi nasib, mungkin akan berkonsultasi dengan seorang sesepuh atau dukun, yang kemudian menyarankan untuk mengganti nama anak tersebut menjadi "Mulyono," dengan harapan membawa kemuliaan dan keberuntungan dalam hidupnya. Setelah mengganti nama, diharapkan si anak akan mengalami perubahan positif dalam hidupnya, baik dalam kesehatan, pendidikan, maupun karier.

Ganti nama lahir juga sering dikaitkan dengan upacara atau ritual tertentu yang harus dilakukan untuk memastikan bahwa nama baru tersebut diterima oleh alam semesta dan leluhur. Proses ini biasanya melibatkan sesaji, doa, dan terkadang puasa. Dalam beberapa kasus, nama baru tidak hanya dipilih berdasarkan arti yang baik, tetapi juga sesuai dengan hari lahir atau weton si anak, yang diyakini memiliki pengaruh kuat dalam tradisi Jawa. Misalnya, jika seorang anak lahir pada hari tertentu yang menurut perhitungan Jawa tidak cocok dengan nama yang diberikan, orang tua mungkin akan diminta untuk memilih nama lain yang lebih sesuai.

Meskipun praktik ini mungkin terdengar kuno di era modern, tradisi ganti nama lahir tetap hidup di banyak keluarga Jawa sebagai bentuk ikhtiar dan penghormatan terhadap adat leluhur. Nama "Mulyono" dan nama-nama lain yang sarat makna masih sering dijadikan pilihan oleh keluarga-keluarga yang menginginkan perubahan nasib atau memperbaiki hidup. Tradisi ini mencerminkan keyakinan kuat masyarakat Jawa terhadap hubungan antara nama, nasib, dan keberkahan, serta bagaimana mereka terus menjaga warisan budaya dalam kehidupan sehari-hari.

Secara keseluruhan, tradisi mengganti nama lahir dalam budaya Jawa bukan sekadar soal pergantian identitas, tetapi lebih kepada usaha spiritual untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Dengan memilih nama seperti "Mulyono," masyarakat Jawa berharap dapat mengundang energi positif dan kemuliaan ke dalam kehidupan anak mereka, menjaga keseimbangan antara tradisi dan realitas kehidupan modern.

Namun beda  yang dialami oleh  Joko Widodo kecil yang bernama Mulyono. Nama Mulyono yang diharapkan membawa kemuliaan, keberuntungan dan keselamatan justru sebaliknya. Joko Widodo kecil tidak kuat menanggung beban nama Mulyono. Sehingga mengalami sakit sakitan. Dan bapaknya , berinisiatip mengganti namanya menjadi Joko Widodo, Dari nama yang berarti orang level tinggi yaitu orang mulia menjadi anak  laki laki biasa yang selamat alias JOKO WIDODO. Orang yang biasa biasa saja

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun