Mohon tunggu...
Adi Triyanto
Adi Triyanto Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Sebuah Perusahaan swasta Di Tambun- Bekasi-Jawa Barat

Lahir Di Sleman Yogyakarta Bekerja dan tinggal Di Bekasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Antara Bau Kolonial dan Sikap Kolonial yang Sebenarnya

15 Agustus 2024   07:22 Diperbarui: 15 Agustus 2024   07:30 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Contoh nyata dari sikap kolonial ini adalah eksploitasi sumber daya alam di Afrika oleh perusahaan-perusahaan multinasional Barat, yang seringkali melibatkan praktik-praktik tidak adil seperti upah rendah, perusakan lingkungan, dan kurangnya peraturan ketat yang melindungi hak-hak pekerja lokal.

Sikap kolonialisme dalam bentuk baru adalah pikiran para pemimpin negara yang dituangkan dalam bentuk kebijakan yang tidak mengutamakan bagi kemajuan dan kesejahteraan rakyatnya , itulah yang mendesak untuk dihilangkan . Termasuk di dalamnya kebijakan pemerintah yang mengejar kemajuan pembangunan fisik namun pembangunan sumber daya manusianya utama justru  ditelantarkan.

Banyak negara yang berhasil menjadi bangsa yang maju, karena kemampuan membangun sumber daya manusianya terlebih dahulu, baru kemudian mengejar pembangunan fisik. Dan tidak sedikit bangsa yang pembangunna fisiknya bagus namun pembangunan sumber daya manusianya tidak diutamakan, akhirnya bangunan fisik tadi menjadi karya yang tidak  menambah nilai justru sebaliknya menjadi beban suatu bangsa. Apalagi kalau bangunan fisik tadi bersumber dari hutang atau pinjaman dari negara lain atau Lembaga internasional.

Perbedaan mendasar antara bau kolonial dan sikap kolonial terletak pada intensi dan dampaknya. Bau kolonial, meskipun berakar dari masa lalu yang kelam, tidak selalu dimaksudkan untuk menindas atau mendominasi, melainkan sering kali merupakan warisan yang telah terintegrasi dalam masyarakat. 

Misalnya, banyak negara yang dulunya dijajah memilih untuk mempertahankan beberapa elemen budaya kolonial sebagai bagian dari identitas mereka, seperti penggunaan bahasa Inggris atau Perancis dalam pemerintahan dan pendidikan. Namun, ketika kita berbicara tentang sikap kolonial yang sebenarnya, kita membahas tindakan atau kebijakan yang secara aktif memperpanjang ketidaksetaraan dan eksploitatif, melanjutkan praktik-praktik yang pada dasarnya tidak adil.

Oleh karena itu, penting untuk membedakan antara bau kolonial sebagai warisan budaya yang bisa jadi netral atau bahkan dipandang positif dalam konteks tertentu, dengan sikap kolonial yang masih mempertahankan dinamika penindasan. 

Mengatasi bau kolonial bisa melibatkan langkah-langkah simbolis seperti penggantian nama jalan atau revisi kurikulum sejarah, tetapi mengatasi sikap kolonial membutuhkan upaya yang lebih dalam untuk mengubah kebijakan, pola pikir. 

Hanya dengan mengatasi kedua aspek ini, kita dapat benar-benar bergerak menuju masa depan yang lebih setara dan adil, di mana warisan kolonial tidak lagi menjadi beban bagi masyarakat sebuah bangsa.

Dan jangan sampai kita justru terjebak dalam kondisi ingin menghindari bau kolonial tapi justru sumber bau yang berupa sikap kolonialisme yang sebenarnya justru melekat dalam  diri dan bangsa ini yang menjelma menjadi sikap dan kebijakan yang tidak menguntungkan rakyat tapi justru semakin menyengsarakan rakyat  .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun