Mohon tunggu...
Adi Triyanto
Adi Triyanto Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Sebuah Perusahaan swasta Di Tambun- Bekasi-Jawa Barat

Lahir Di Sleman Yogyakarta Bekerja dan tinggal Di Bekasi

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Srikanth, Kisah Tunanetra Pertama yang Menembus Kampus MIT

7 Agustus 2024   07:15 Diperbarui: 7 Agustus 2024   07:22 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Film India "Srikanth" yang diputar di Netflix menyajikan kisah inspiratif yang menawarkan pelajaran penting, terutama bagi kaum tuna netra yang bercita-cita tinggi. Srikanth, sebagai tokoh utama, memperlihatkan bahwa dengan determinasi dan ketekunan, tidak ada hal yang mustahil, termasuk menembus universitas bergengsi seperti MIT di Amerika Serikat.

Kisahnya mengajarkan bahwa keterbatasan fisik tidak seharusnya menjadi penghalang dalam meraih pendidikan tinggi dan prestasi akademik. Di mulai dengan kelahirannya di negeri  India yang tidak sesuai  impian  orang tua, yang mengharapkan Srikanth  lahir dengan sempurna. Sebagaimana bayi bayi pada umumnya. Srikanth lahir dalam keadaan tuna netra, yang membuat orang tuanay bersedih. Srikanth kecil  hampir saja dikuburkan hidup hidup oleh bapaknya. Memguburkannya menjadi pilihan lebih baik  dari pada  harus membayangkan kesedihan yang  nanti akan dihadapi  anaknya yang terlahir dlam kodisi tuna netra. Ketika akan dikuburkan , ibunya datang dan meminta sambil bersimpuh agar Srikanth kecil jangan dikubur. Kedua orang tua Srikanth, pun akhirnya membesarkannya dengan penuh kasih sayang dan perhatian penuh.

Pelajaran pertama yang dapat diambil adalah pentingnya memiliki mimpi besar dan bekerja keras untuk mencapainya. Srikanth menunjukkan bahwa dengan visi yang jelas dan usaha yang gigih, bahkan tantangan terbesar pun dapat diatasi. Bagi kaum tuna netra, ini adalah dorongan untuk tidak membatasi diri dan berani bermimpi besar, serta mengejar pendidikan di institusi terbaik dunia.

Kedua, film ini menekankan pentingnya teknologi dan aksesibilitas dalam pendidikan. Srikanth memanfaatkan teknologi untuk mengatasi keterbatasannya dan mengejar pendidikannya di MIT. Ini memberikan inspirasi bahwa dengan memanfaatkan teknologi yang tepat, kaum tuna netra dapat mengakses sumber daya pendidikan yang sama dengan orang lain, membuka peluang yang sebelumnya dianggap tidak mungkin.

Dan halangan yang dhadapi Srikanth , ketika akan berangkat kuliah ke kamous MIT di Amerika serikat, benar- benar menunjukkan semanagt pantang menyerah dan juga kecerdasan  Srikanth . Dalam kondisi tuna netra , dan sendirian, Srikanth mendapati peratuaran penerbangan bahwa Tidak bisa seorang tunantera berangkat penerbangan tanpa pendamping.

Namun dengan gigih  Srikanth, mampu meyakinkan semua petugas bandara .  Kemampuan dia yang dalam kondisi tuna netra namun mampu  menghafal  posisi tempat duduk dan memiliki pengetahuan tentang  seluk beluk sebuah  penerbangan . Bahkan calon penumpang yang normal pun  ikut kagum dengan kemampuannya tersebut. Hingga akhirnya dia diberi ijin untuk terbang jauh ke negeri paman sam ke kampus MIT.

Selain itu, dukungan dari keluarga dan komunitas menjadi aspek krusial dalam perjalanan Srikanth. Keluarga dan teman-temannya memberikan dukungan emosional dan praktis yang tak ternilai, membantu Srikanth mencapai mimpinya. Bagi kaum tuna netra, ini menekankan bahwa memiliki jaringan dukungan yang kuat adalah kunci untuk meraih sukses, terutama ketika menghadapi tantangan besar.

Dan itu juga yang dinyatakan Srikanth, dalam adegan di akhir Film, ketika Srikanth mendapatkan penghargaan bisnis tahun ini sebagai bisnisman kategori khusus.  Dia mengucapkan teriam kasih untuk  orang-orang yang telah berjasa dan membantu serta  mengantarkannya dalam prestasi yang sudah di raih. Kedua orang tua yang telah membesarkan dengan penuh cinta kasih.  Gurunya yang penuh kasih sayang mengajarinya berbagai ilmu , dan juga sahabatnya yang telah membuat dia punya kesempatan mengembangkan ide bisnis di saat yang sama orang lain tidak mempercayainya.

Dan juga temannya waktu remaja , yang mengatakan bahwa kaum tuna netra hanya pantas menjadi pengemis. Karena dari kalimat  temannya itulah dia memilki kekuatan dan semangat untuk  membuktikan bahwa temannya itu salah.

Namun disaat yang sama Srikanth juga menyatakan, bahwa kaum tuna Netra tidak membutuhkan belas kasihan. Mereka hanya perlu diberi kesempatan yang sama dengan yang lain. Dan penghargaan  yang akan diserahkan kepada Srikanth dikembalikan lagi kepada panitia kalau masih dipandang sebagai penghargaan  prestasi dalam kategori khusus. Dan dia akan menerima penghargaan itu   , ketika pemberi penghargaan  sudah menyatakan  bahwa dirinya pantas mendapatkan  penghargaan murni  atas prestasi seorang pebisnis pada umumnya bukan sebagai penghargaan prestasi bisnis berdasarkan kategori khusus .

Akhirnya, film ini mengajarkan bahwa integritas dan ketekunan adalah fondasi dari setiap pencapaian besar. Srikanth selalu berpegang teguh pada nilai-nilai ini, meski dihadapkan pada banyak rintangan. Pesan ini relevan bagi kaum tuna netra yang berusaha mencapai puncak pendidikan dan karier, menunjukkan bahwa dengan integritas dan ketekunan, mereka dapat menembus batasan dan mencapai prestasi luar biasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun