Mohon tunggu...
Adi Triyanto
Adi Triyanto Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Sebuah Perusahaan swasta Di Tambun- Bekasi-Jawa Barat

Lahir Di Sleman Yogyakarta Bekerja dan tinggal Di Bekasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Film Ipar Adalah Maut dan Gunung Es Fenomena " Nasi Mawut "

26 Juni 2024   11:09 Diperbarui: 26 Juni 2024   11:20 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena  "Nasi mawut" yang ketiga adalah sikap berlebihan dalam berpenampilan. Yang lebih menjurus penampilan sexy. Hubungan yang dekat secara keluarga membuat kita menghilangkan bahaya yang mengancam dari penampilan yang tidak pada tempatnya. Bahkan  berlebihan. Seperti berpakaian yang terlalu seksi dihadapan kakak atau adik ipar.  Godaan itu dapat datang setiap saat.  Yang dapat dipicu karena adanya kesempatan . Atau karena memang sudah ada niat dari awal karena melihat pemandangan di depan mata yang menggoda dan berulang-ulang . Apalagi bila dalam keluarga kita sudah ada bibit berkurangnya kemesraan dengan pasangan. . Akhirnya hal yang tak diharapkan itu pun terjadi.

Ajaran  Agama Tentang Ipar ( Ipar adalah maut buka Mahram )

Potensi adanya  bahaya atau ancman dari ipar dalam agama islam sudah disampaikan dalam sebuah hadist Nabi. Dari hadist itu juga sutradra film Hanung Bramantyo  mendapatkan kuitipan untuk dijadikan  Judul filmnya, " Ipar adalah Maut".

Artinya, "Dari 'Uqbah bin 'Amir, bahwa Rasulullah saw bersabda, 'Berhati-hatilah kalian masuk menemui wanita.' Lalu seorang laki-laki Anshar berkata, 'Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat Anda mengenai ipar?' Beliau menjawab, 'Ipar adalah maut'." (HR Al-Bukhari dan Muslim).

Menurut seorang ulama , alasan Rasulullah saw menyebut kakak ipar yang masuk ke dalam rumah istri adiknya sebagai kematian disebabkan banyak orang yang tidak tahu bahwa kakak atau adik ipar pasangan bukanlah mahramnya.   Ketika seorang lawan jenis yang bukan mahram saling bertemu, maka hukum-hukum fiqih seperti menutup aurat, tidak boleh bersentuhan, dan lain sebagainya otomatis berlaku. Dalam hal ini, terkadang seseorang yang sudah berpasangan tidak terlalu menjaga batasan-batasannya dengan adik atau kakak iparnya dalam hal bersentuhan kulit ataupun menutup aurat, padahal mereka bukan mahramnya.  

Dengan demikian, perumpamaan ipar seperti maut yang dilakukan Rasulullah saw merupakan bentuk larangan keras agar orang-orang paham bahwa ipar bukanlah mahram, maka batasan-batasan yang telah ditetapkan dalam Islam terkait lawan jenis yang bukan mahram harus diterapkan.

Penafsiran lain terhadap ipar adalah maut adalah karena apabila adik atau kakak ipar sering berkumpul bersama tanpa adanya batasan-batasan yang selazimnya, maka cenderung membuat rumah tangga menjadi rusak karena adanya kecemburuan.   Ketika suami atau istri sering berkumpul dengan kakak atau adik iparnya tanpa menerapkan aturan yang seharusnya dalam fiqih, maka khawatir timbul hawa nafsu dan kecenderungan terhadap perselingkuhan hingga perzinaan.

Film "Ipar adalah Maut" hanya menyadarkan kita  bahwa sebenarnya secara norma dan aturan agama  masalah kehidupan keluarga sudah diatur lengkap. Namun karena sikap kita yang terlalu longgar , "terlalu baik " dan menggampangkan dari aturan dan norma itulah yang menjadi penyebabnya. Dan itulah memang fenomena yang banyak terjadi saat ini. Dan Film 'Ipar adalah Maut' hanya memotret salah satunya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun