Mohon tunggu...
Adi Triyanto
Adi Triyanto Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Sebuah Perusahaan swasta Di Tambun- Bekasi-Jawa Barat

Lahir Di Sleman Yogyakarta Bekerja dan tinggal Di Bekasi

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Hujan dan Kekhawatiran yang Terus Membesar

22 Maret 2024   07:23 Diperbarui: 22 Maret 2024   07:34 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Rasa takut atau khawatir memang tak bisa lepas dari manusia. Dalam setiap hal yang dihadapi manusia , rasa khawatir akan selalu menyertai. Yang membedakan hanyalah kadarnya. Ada yang kadarnya kecil, Ada juga yang kadarnya  besar hingga mengganggu setiap kegiatan yang dilakukan. Salah satu yang hal yang sering menghadirkan rasa takut adalah terkait hujan .

Ketika kecil , saat hujan turun. kita akan larut dalam tarikan kekuatan untuk bermain main di tengah butiran butiran air hujan yang turun. Dengan girang kita akan berlari larian. Meloncat loncat  kesana kemari . Waktu  kecil rasa takut terhadap hujan, bukan karena hujannya itu sendiri tetapi , akibat bermain air hujan.

Ketika kita pulang , dengan baju basah setengah kotor dan orang tua telah menunggu , berdiri di depan pintu. Tatapan mata yang biasanya penuh sayang  itu, mulai terlihat berubah. Seperti ada perasaan yang tertahan. Melihat baju kotor dan basah menempel di badan anak kesayangannya. Belum lagi ketika terlihat juga tas yang juga basah. Kita seperti ingin menutup telinga rapat rapat sebelum bibir  yang mulai menua itu bersuara. Kita juga ingin menutup mata , dan menghindar dari pandangan wajah yang terlihat marah. Kita pun diam tanpa melawan ketika tangan tangan yang biasa membelai itu, saat menarik kita dengan agak cepat ke arah kamar mandi.

Saat tumbuh  remaja dan ,beranjak  dewasa , rasa takut atau khawatir terhadap hujan , juga hadir. Takut di masa ini bukan terhadap sikap orang tua sebagaimana ketika kita kecil. Namun rasa takut yang di akibatkan adanya kekhawatiran , terganggunya semua rencana untuk menunjukkan eksistensi diri . Menunjukkan siapa sebenarnya kita.

Ada rasa khawatir ketika hujan mulai turun. Apalagi berangsur mulai deras . Khawatir hujan yang turun akan mengganggu perjalanan menuju ke kampus tempat belajar dan menambah wawasan. Khawatir karena hujan sampai di kampus terlambat, akibat jalanan lebih licin. Atau ada genangan-genangan  air yang membahayakan keselamatan perjalanan.

Ada rasa kekhawatiran   kita terlambat masuk ke kantor tempat kita bekerja. Yang berakibat penghasilan menjadi berkurang karena terkena potongan. Bahkan masih dapat tambahan surat peringatan.

Ada juga rasa khawatir karena, terganggunya acara kencan dengan pacar. Janji tepat waktu untuk datang bisa terganggu, bahkan bisa juga gagal sama sekali. Yang membuat kehilangan moment indah bersama pujaan hati , belahan jiwa. Kesempatan duduk berdua sambil bercerita panjang lebar kesana kemari pun sirna.

Lain lagi ketika kita sudah   menjadi dewasa, menjadi kepala keluarga . Yang didampingi istri dan dikarunia anak , Hujan pun tetap mendatangkan rasa khawatir. Kekhawatiran yang ditujukan kepada tugas kita  sebagai pelindung dan pengayom keluarga menjadi terganggu.

Ada rasa takut hujan deras yang mengakibatkan atap bocor yang airnya masuk ke dalam kamar. Air hujan yang masuk ke dalam kamar menjadi pengganggu kenyamanan orang orang yang harus dilindungi  kenyamananya  di rumah. Anak anak terganggu . Istri menjadi repot. Semua anggota keluarga menjadi  tidak nyaman.

Ada juga perasaan khawatir jika hujan yang cukup deras mengakibatkan tanaman-tanaman di kebun atau di sawah  rusak. Panen gagal. Yang akan berakibat terganggunya suplay kebutuhan pangan bagi banyak keluarga. Yang dalam kondisi tertentu bahkan bisa mengakibatkan kelaparan.

Sebagai orang dewasa yang peduli dengan lingkungan sekitar, Kekhawatiran  akan hujan dan dampaknya juga ada. Ada rasa takut  , akan terendamnya perumahan tempat kita tinggal. Tempat tinggal tetangga kita sekomplek yang telah hidup bertetangga sejak lama. Bahkan mungkin sejak orang tua sudah hidup bersama dan saling tolong menolong. Para tetangga yang sudah seperti saudara sendiri.

Dusun atau komplek tempat tinggal kita  yang seharusnya menjadi tempat yang nyaman untuk berteduh dari panas dan berlindung saat hujan , justru menjadi penyumbang rasa takut dan juga khawatir.Air yang datang berlimpah limpah membuat rumah rumah menjadi terendam. Dan harus ditinggalkan untuk sementara demi keselamatan diri dan keluarga. Lebih sedih dan pilu ketika air bah itu pun merendam tetangga dusun, desa , bahkan kecamatan di sekitar di mana kita tinggal.

Kekhawatiran sekarang juga bertambah ke lahan pertanian yang terendam yang luas. Yang dampaknya tidak sekedar satu dua rumah tangga saja. Dampak terendamnya lahan pertanian yang luas, telah mendatangkan kekhawatiran akan suplay pangan bagi banyak kalangan tak peduli kaum papa maupun kaum mapan.

Kekhawatiran sebagai orang dewasa yang peduli kepada negara . Ketika hujan ekstrim datang di berbagai wilayah menjadi kekhawatiran yang menggangu pikiran. Dampak air hujan yang mendatangkan banjir dan  merendam beberapa kabupaten di beberapa propinsi di negeri ini tentu membuat rasa sedih dan khawatir. Bagaimana dengan keselamatan saudara saudara kita sebangsa . Itu sering  terjadi di banyak daerah luar Jawa yang seharusnya alamnya masih bersabahat dengan manusia. Meski itu bukan permakluman bahwa bencana di tanah Jawa sebagai hal yang wajar. Atau sebenarnya alam sudah menjadi  "buas" oleh nafsu serakah dari segelintir  orang . Yang tak pernah mengenal rasa cukup dan juga bersyukur atas nikmat-Nya ?

Khawatir saudara kita sebangsa harus menderita , ketika rumah , pekarangan dan lahan pertanian untuk  sumber kehidupannya terendam. Dan harus tinggal di tenda tenda darurat pengungsian atau teras  masjid atau gedung sosial dengan kondisi yang serba terbatas . Dan mengandalkan uluran tangan  karena tidak bisa melakukan aktivitas sebagaimana biasa.

Kekhawatiran terpuncak adalah ketika kita sebagai orang dewasa yang peduli dengan bumi, memikirkan dampak hujan yang turun luar biasa di beberapa belahan  bumi. Terdengar banyak negara yang daerah daerahnya terendam banjir dengan kondisi yang cukup menydihkan. Harta benda dan bahkan nyawa banyak yang menjadi korban. Dengan kondisi hujan di  tahun tahun terakhir ini,  ada sebuah  pertanyaan masih layakkah bumi menjadi tempat tinggal kita, umat  manusia ini ?

Setiap musim hujan datang kita sebagai warga dunia khawatir .Kekhawatiran yang sama juga melingkupi banyak orang di banyak negara di berbagai belahan  dunia. Mereka hanya bisa menunggu . Seperti tidak tahu apalagi yang harus dilakukan untuk mencegahnya. Ketika semua yang dilakukan seolah tak mampu mencegah kedatangannya. Sambil melihat dengan pilu rumah, gedung atau kebun dan juga lahan pertanian yang  terendam. Bahkan termasuk kota kota besarnya tak lupu dari terjangan air bah. 

Dalam kondisi seperti itu timbul tanya dalam hati, mungkinkah alam telah bosan bersahabat dengan manusia? Atau karena kita tak sadar sudah melakukan banyak dosa dosa?  Penyanyi Ebiet G Ade pun punya jawaban, tanyakan saja pada rumput yang bergoyang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun