Mohon tunggu...
Adi Triyanto
Adi Triyanto Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Sebuah Perusahaan swasta Di Tambun- Bekasi-Jawa Barat

Lahir Di Sleman Yogyakarta Bekerja dan tinggal Di Bekasi

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Hujan dan Kekhawatiran yang Terus Membesar

22 Maret 2024   07:23 Diperbarui: 22 Maret 2024   07:34 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Dusun atau komplek tempat tinggal kita  yang seharusnya menjadi tempat yang nyaman untuk berteduh dari panas dan berlindung saat hujan , justru menjadi penyumbang rasa takut dan juga khawatir.Air yang datang berlimpah limpah membuat rumah rumah menjadi terendam. Dan harus ditinggalkan untuk sementara demi keselamatan diri dan keluarga. Lebih sedih dan pilu ketika air bah itu pun merendam tetangga dusun, desa , bahkan kecamatan di sekitar di mana kita tinggal.

Kekhawatiran sekarang juga bertambah ke lahan pertanian yang terendam yang luas. Yang dampaknya tidak sekedar satu dua rumah tangga saja. Dampak terendamnya lahan pertanian yang luas, telah mendatangkan kekhawatiran akan suplay pangan bagi banyak kalangan tak peduli kaum papa maupun kaum mapan.

Kekhawatiran sebagai orang dewasa yang peduli kepada negara . Ketika hujan ekstrim datang di berbagai wilayah menjadi kekhawatiran yang menggangu pikiran. Dampak air hujan yang mendatangkan banjir dan  merendam beberapa kabupaten di beberapa propinsi di negeri ini tentu membuat rasa sedih dan khawatir. Bagaimana dengan keselamatan saudara saudara kita sebangsa . Itu sering  terjadi di banyak daerah luar Jawa yang seharusnya alamnya masih bersabahat dengan manusia. Meski itu bukan permakluman bahwa bencana di tanah Jawa sebagai hal yang wajar. Atau sebenarnya alam sudah menjadi  "buas" oleh nafsu serakah dari segelintir  orang . Yang tak pernah mengenal rasa cukup dan juga bersyukur atas nikmat-Nya ?

Khawatir saudara kita sebangsa harus menderita , ketika rumah , pekarangan dan lahan pertanian untuk  sumber kehidupannya terendam. Dan harus tinggal di tenda tenda darurat pengungsian atau teras  masjid atau gedung sosial dengan kondisi yang serba terbatas . Dan mengandalkan uluran tangan  karena tidak bisa melakukan aktivitas sebagaimana biasa.

Kekhawatiran terpuncak adalah ketika kita sebagai orang dewasa yang peduli dengan bumi, memikirkan dampak hujan yang turun luar biasa di beberapa belahan  bumi. Terdengar banyak negara yang daerah daerahnya terendam banjir dengan kondisi yang cukup menydihkan. Harta benda dan bahkan nyawa banyak yang menjadi korban. Dengan kondisi hujan di  tahun tahun terakhir ini,  ada sebuah  pertanyaan masih layakkah bumi menjadi tempat tinggal kita, umat  manusia ini ?

Setiap musim hujan datang kita sebagai warga dunia khawatir .Kekhawatiran yang sama juga melingkupi banyak orang di banyak negara di berbagai belahan  dunia. Mereka hanya bisa menunggu . Seperti tidak tahu apalagi yang harus dilakukan untuk mencegahnya. Ketika semua yang dilakukan seolah tak mampu mencegah kedatangannya. Sambil melihat dengan pilu rumah, gedung atau kebun dan juga lahan pertanian yang  terendam. Bahkan termasuk kota kota besarnya tak lupu dari terjangan air bah. 

Dalam kondisi seperti itu timbul tanya dalam hati, mungkinkah alam telah bosan bersahabat dengan manusia? Atau karena kita tak sadar sudah melakukan banyak dosa dosa?  Penyanyi Ebiet G Ade pun punya jawaban, tanyakan saja pada rumput yang bergoyang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun