Kata orang jarak , bisa melahirkan keindahan. Pemandangan yang sama , bisa berbeda keindahannya jika dipandang dari jarak yang berbeda. Meski jarak yang jauh lebih dominan dalam melahirkan keindahan. Bulan purnama tampak indah menawan ketika dilihat dari bumi. Pantai terlihat lebih mempesona bila  dilihat dari atas bukit di sekitarnya. Gunung pun lebih anggun membiru  dari kejauhan .
Salahsatu bentuk keindahan adanya jarak adalah Sunrise, matahari terbit. Matahari ketika menyembulkan wajahnya pertama kali di ufuk timur. Matahari dengan warna jingga kemerahan. Berhias deretan awan yang berarak di atasnya.  Langit  jingga  menjadi latar sempurna  ketika matahari hadir membuka hari.
Keindahan matahari ,membuka hari di pagi hari , begitu membius banyak orang. Hingga banyak orang rela berburu tempat tempat indah sunrise di muka bumi . Tak peduli meski harus melalang buana  ke negeri orang.di negeri yang jauh.  Menempuh jarak puluhan bahkan ratusan kilometer . Semua ditempuh  demi melihat sang mentari membuka hari di ufuk Timur.  Entah dilihat dari bibir pantai dengan ombaknya yang tenang maupun dari di atas puncak gunung tinggi yang dingin menusuk tulang.
Matahari terbit, memang indah. Dilihat dari puncak gunung memukau. Dilihat dari pantai pun masih mempesona. Benar adanya kata orang. Kalau  memang indah dari mana saja melihatnya, tetap juga indah. Itulah keindahan bumi berlatar matahari yang dipandang dengan berpijak di atas bumi itu sendiri.
Earthrise. Bumi terbit. Ini juga pemandangan nan indah. Hanya tidak semua orang bisa memiliki kesempatan untuk menikmatinya. Bahkan banyak orang yang masih asing dengan istilah itu. Benarkah itu ada, atau hanya salah ketik. Baru beberapa orang berkesempatan  bisa melihatnya secara langsung. Itulah hadiah  yang didapatkan para astronot atau kosmonot yang dengan gagah berani bertaruh nyawa mengarungi angkasa luar. Meski tidak semua astronot bisa mengabadikannya moment tersebut .
Salahsatu yang berhasil memotretnya dan yang berhasil mengabadikannya pertama kali dengan kamera berwarna , atau melihat  secara langsung adalah William Anders salah satu dari tiga  astronot proyek Apollo 8. Misi pertama kali manusia untuk meninggalkan bumi , pergi ke suatu tempat di luar orbit bumi. Apollo 8  mengangkasa Desember 1968 untuk persiapan awal ( glady resik )  bagi pendaratan manusia pertama ke Bulan.
Saat itu, pesawat Apollo 8 berhasil mengorbit bulan, mereka berkendara di sisi belakang  bulan. Sementara bumi berada di sisi depan  bulan. Dan ketika bulan bergerak turun ( pesawat Apollo bergerak naik ) , menyembulah bumi di belakangnya. Moment itu di diabadikan salahsatu astronot dengan kamera yang dibawa dari bumi. Itulah  fenomena earthrise. Bumi terbit di atas bulan. sebagaimana penampakan matahari yang menyembul di atas bumi  di pagi hari . Sebuah pemandangan yang langka.  Pertama kali dilihat oleh umat manusia. Gambar earthrise  menjadi berita yang cukup besar. Sebuah karya photo yang makin membuktikan  kesimpulan bahwa bumi itu bulat.
Pemandangan yang indah, ketika melihat bumi terbit dibalik rembulan. Tak kalah indah ketika matahari menyembul di ufuk Timur , di batas cakrawala. Saat sunrise matahari berlatar langit dan awan yang  berwarna jingga kemerahan.
Sementara earthrise, bumi terbit  tampak begitu anggun dengan berlatar langit yang  berwarna gelap dan hitam. Kegelapan bagai yang seperti tanpa batas . Dengan beberapa titik kecil bersinar sebagai latar belakang nya yang berasal  dari semburan cahaya bintang  bintang.
Itulah keindahan bumi, dilihat dari angkasa antara bulan dan matahari. Keindahan bumi yang dilihat dari jarak yang berbeda. Jarak yang lebih jauh, puluhan ribu kilometer di atas permukaan bumi. Suatu tempat yang hanya bisa dicapai dengan pesawat atau wahana antariksa sebagai buah kemajuan teknologi luar angkasa.
PALE BLUE DOT
Pale blue Dot . Titik biru pucat di alam semesta . Titik  sangat kecil dari luas bentangan alam semesta yang sangat luas. Itulah pemandangan wajah bumi, tempat kita berpijak. Pemandangan bumi dari tempat , dengan jarak milyaran  kilometer dari bumi. Dari sebuah tempat di titik terluar tata surya. Suatu tempat dimana  manusia belum menggapainya kecuali dengan wahana antariksa. Pemandangan yang menyadarkan ummat manusia tentang keberadaan dirinya dihadapan kemahabesaran Tuhan. Yang telah menciptakan alam semesta yang maha luas.
Bumi hanyalah satu titik , dan tempat tinggal kita hanyalah sudut yang sangat kecil di titik itu. Ternyata luas keseluruhan bumi, yang bagi kita tampak tak berujung, bila dibandingkan dengan luasnya alam semesta, hanya setara satu titik kecil.
Pemandangan itu diambil oleh sebuah wahana antariksa yang bergerak dengan kecepatan 60,000 km per jam. Wahana yang sedang bergerak menjauhi matahari, segera mengarahkan camera cameranya setelah mendapat perintah dari bumi. Dan segera mengirimkan hasil jepretannya  ke bumi melalui gelombang radio yang berjarak sekitar 6 milyar kilometer dari Bumi.
Keindahan yang belum bisa dipandang langsung oleh umat manusia. Baru wahana  antariksa tak berawak yang dilengkapi kamera canggih ynag mampu mengabadikannya dalam gambar yang kemudian dikirim ke manusia di bumi.
Tuhan telah menciptakan keindahan. Keindahan keindahan itu untuk dinikmati , Siapa yang harus menikmati, tentu kita ummat manusia, makhluk dengan anugerah penciptaan paling sempurna.
Bila sunrise sudah menjadi hal biasa yang sehari hari dapat kita nikmati, tentu earthrise juga perlu dinikmati. Dan bila melihat kondisi bumi yang makin rentan bencana dan terbatas sumber dayanya untuk mendukung kehidupan umat manusia di atasnya  , maka migrasi ke luar angkasa menjadi hal yang harus dikembangkan di masa depan, Dan bila proses migrasi umat manusia ke planet Mars sudah menjadi makin berkembang maka , earthrise akan menjadi keindahan yanag bisa dinikmati oleh semakin banyak orang.
Dan bila rasa penasaran umat manusia makin tumbuh , maka pencapaian teknologi untuk menggapai planet planet di tatasurya menjadi hal yang akan terjadi. Dan suatu saat nanti, akan ada manusia pertama yang dapat menyaksikan langsung pale blue dot. Titik Biru pucat ,pemandangan bumi dilihat dari titik terluar tatasurya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H