Mohon tunggu...
Adi Triyanto
Adi Triyanto Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Sebuah Perusahaan swasta Di Tambun- Bekasi-Jawa Barat

Lahir Di Sleman Yogyakarta Bekerja dan tinggal Di Bekasi

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Anies Rasyid Baswedan dan Obyektifitas

21 Januari 2024   08:52 Diperbarui: 21 Januari 2024   09:10 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Sikap obyektive, adalah menilai orang atau sesuatu berdasarkan fakta dan keadaannya. Penilaian yang jujur dan tidak ada unsur interest atau kepentingan pribadi atau pihak manapun dalam bersikap. Ini merupakan sikap yang sulit . Tidak sembarangan orang bisa mempraktekannya . Hanya orang-orang yang jujur dan sudah lulus dengan kepentingnnya pribadi yang bisa melakukan.

Salah satu orang yang paling merasakan dari sikap tidak objektiv banyak orang, adalah eks Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. Dari banyak tokoh bisa dikatakan dialah orang yang paling banyak menjadi korban, akibat perbuatan orang yang tidak obyektiv. Hampir sepanjang dia menjabat sebagai gubernur DKI, sikap tidak obyektive kelompok tertentu bagai tak pernah berhenti menimpanya .

Dan serangan ketidak obyektivan itu seperti teroganisir dan massive melibatkan banyak pemilik kepentingan di negeri ini. Yaitu pihak--pihak yang ingin mempertahankan kekuasaan dan pengaruhnya.

Tindakan Anies yang benar saja dikomentari pedas , apalagi kalau melakukan kesalahan akan dihajar dan digoreng dan diserang habis habisan dengan kata kata yang pedas dan terkadang rasis. Bahkan tak jarang bertolak belakang dari fakta sebenarnya di lapangan.

Bayangkan Gubernur, dengan segudang prestasi baik nasional dan internasional, sebuah prestasi yang sangat jarang bahkan belum ada yang menyamai seangkatannya. sampai muncul di pencarian google sebagai gubernur terbodoh. Betapa massivenya gerakan serangan down grade ke sosok Anies Baswedan ini.

Data Faktual

Sikap obective secara teori seharusnya lebih mudah dilakukan . Karena semua yang dinilai sudah ada dalam objek yang ditemukan. Apa yang dilihat dengan semua indera tinggal diungkapkan langsung. Apa yang dilihat mata. Apa yang dirasakan hati. Apa yang didengar telinga. Itu saja. Tidak perlu berimajinasi. Tidak perlu mereka --reka dan mengada-adakan apa yang tidak ada.

Namun itu yang menjadi problem. Dalam dunia yang serba banyak tuntutan ini, semua mengejar ambisi diri atau kelompok untuk menjadi terdepan. Tidak peduli dengan caranya untuk mencapai . Bersikap tidak objektive terhadap orang lain, menyebarkan hoaks atau bahkan mendown grade menjadi hal yang lumrah. Yang penting tujuan tercapai. Apalagi bila yang dikerjakan itu dapat mendatangkan uang dan ketenaran. Dua hal yang menjadi magnet yang sangat menggiurkan bagi semua orang. Bahkan ada yang sampai menggadaikan idealisme .

Hoaks Menguasai

Sikap meghalalkan segala acara demi tercapai tujuan , sebenarnya bukan hal baru. Dari jaman dulu sudah ada. Namun dengan perkembangan teknologi khususnya media sosial , penyebaran berita atau issue menjadi hal yang lebih mudah dilakukan dan lebih cepat dalam menjangkau khalayak secara luas.

Kemunculan Anies Baswedan di google sebagai gubernur terbodoh menunjukkan betapa tidak objectivenya penilaian terhadap eks orang nomor satu di DKI tersebut. Dan data itu tidak akan muncul kalau tidak data banyak yang beredar dan bersifat tidak objektive. Penilaian berdasarkan kepentingan tertentu yaitu mendowngrade Anies Baswedan.

Usaha mendowngrade , dengan munculnya Anies Baswedan dalam pencarian di Google Seacrh boleh dikatakan berhasil. Karean google memang memunculkan di pencarain yang pertama tergantung dari banyaknya yang mengggemakan dan menyuarakan predikat tersebut. Dan usaha tersebut begitu massive .Dan mungkin juga pesanan pihak tertentu. Melibatkan para pendengung ( buzzer ) yang terus meniupkan opini tersebut tanpa henti.

Namun di jaman ini dengan adanya jejak digital, maka usaha itu pada akhirnya akan tercium juga. Dari jejak digital akhirnya muncul fakta fakta yang bertolak belakang . Ternyata Anies Baswedanlah gubernur dengan penghargaan nasional dan internasional terbanyak atas kinerjanya.

Bahkan sebelum menjabat sebagai gubernbur pun Anies Baswedan, sudah mendapatkan berbagai penghargaan internasional dari berbagai negara dan lembaga di dunia. Penghargaan yang sulit disamai oleh tokoh-tokoh segenerasinya.

Ada berita penggundulan hutan di monas. Yang diblow up habis di media. Dan menjadi gorengan para buzzer ( pendengung ) . Padahal Anes Bawedan justru yang merevitalisasi monas yang didasarkan kepada desain asli karya arsitek Friedrich Silaban. Jadi bukan penggundulan , tetapi memindahkan pohon pohon yang tidak berada di area yang seharusnya. Dan juga ada penanaman pohon baru yang disesuaikan kebutuhan areanya seperti di master desain Monas.

Ada berita kelebihan bayar. Yang terus diulang-ulang seolah olah tak pernah terjadi di masa gubernur sebelumnya. Seolah olah hanya masa gubernur Anies Baswedan terjadi kelebihan bayar. Masa pemerintahan Gubernaur sebelumnya dianggap bersih dari kesalahan bayar. . Namun hal yang juga terjadi di masa masa gubernur sebelumnya tidak menyurutkan bagi para Buzzer untuk terus menggaungkannya. Pokoknya ada bukti kelebihan bayar sebagai senjata untuk menyerang dan mendiskreditkan Anies Baswedan.

Ada gorengan gubernur intoleran. Yang dikesankan hanya dekat dengan kelompok tertentu yang sering diindentikkan dengan kelompok garis keras. Meski sebenarnya justru Anieslah gubernur yang pertama kali yang mampu mengharmoniskan semua umat beragama di ibu kota. Memberikan hak yang sama untuk semua pemeluk agama dengan adil. Bahkan hal hal yang belum pernah diberikan oleh guberrnur sebelumnya.

Padahal fakta di lapangan menunjukkan bahwa di jaman gubernur Anies Baswedanlah , berhasil banyak diterbitkan IMB tempat ibadah semua agama. Ijin yang yang tak pernah diberikan warga karena tidak adanya kemampuan dialog dan komunikasi yang baik dengan warga.

Bahkan ada IMB tempat ibadah yang sampai puluhan tahun tidak keluar , di jaman Anies lah IMB bisa keluar dan mendapat persetujuan dari warga yang ada di sekitarnya. Dan di jaman Anies Baswedan juga diadakan program BOTI ( Bantuan Operasional Tempat Ibadah ) untuk semua agama yang ditujukan untuk tempat ibadahnya dan juga pegawai atau para pengelolanya.

Ada juga yang mengatakan Anies Baswedan gubernur yang hanya pandai berkata kata. Hanya omon omon saja. Pandai beretorika. Tidak bisa bekerja. Namu dari hasil karya gubernur -gubernur di Indonesia, yang karyanya mendapat penghargaan internasional, Gubernur Anies Bawedanlah orangnya. Ada Aplikasi Super apps satu pintu untuk warga Jakarta terpadu, Jakarta Kini ( JAKI ), Taman Kota Tebet Eco Park, Konsep Kampung Susun Akuarium, yang mendapatkan penghargaan Internasional dari Singapura dan Korea Selatan. Ada juga karya bangunan berkelas internasioanl seperti Jakarta Internasional E-prix Circuit ( JIEC ) dan Jakarta Internasional Stadium ( JIS ). Apakah itu semua bisa dibangun dengan kata kata ? Apakah itu juga bisa dibangun dengan retorika dan omon omon saja ?

Bercermin Dari Manusia Teladan 

Jika para pendown grade Anies melakukan usahanya dengan sistematis dan massive , sikap Anies dalam mensikapinya justru makin menunjukkan dia memang tokoh yang layak mereka takuti . Dia tidak pernah mengcounter semua usaha yang mendwongarde nya. Anies tidak membalas pernyataan dengan pernyataan. Apalagi melaporkan orang orang atau pihak yang telah menyebarkan berita tidak benar. Anies menghormati kebebasan orang untuk berpendapat. Anies hanya selalu berdoa agar diberi umur panjang agar bisa membuktikan dengan kenyataan-kenyataan di lapangan. Dengan karya-karya nyata.

Dan sikap ini hasil dari bercermin dari sosok yang sangat agung dan sempurna, tauladan bagi seluruh ummat manusia, yaitu Nabi Muhammad Saw. Sebuah kalimat yang disampaikan Anies ketika hadir dalam sebuah acara pengajian Aa Gim di masjid Istqilal menjadi pondasi kuat bagi Anies Baswedan untuk bersikap.  Dalam kesemptan itu Anies mengatakan ," Nabi Muhammad saja, manusia paling sempurna masih dihujat, dikritik , dicela dan dihina. Apalagi saya manusia biasa yang jauh dari sempurna".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun