Mohon tunggu...
Adi Triyanto
Adi Triyanto Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Sebuah Perusahaan swasta Di Tambun- Bekasi-Jawa Barat

Lahir Di Sleman Yogyakarta Bekerja dan tinggal Di Bekasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dua Pilihan yang Sama-sama Utama

17 Januari 2024   07:44 Diperbarui: 17 Januari 2024   08:17 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Suatu hari seorang ibu menyuruh  anak gadisnya  untuk menyiapkan segelas air teh untuk suami yang baru pulang kerja. Segelas teh itupun telah siap dan ditaruh di atas meja oleh si anak gadis . Tak berapa lama  adik laki-laki nya yang berusia 5 tahun ,  bermain main di dekat meja , dan secara tak sengaja segelas teh manis itupun tersenggol , jatuh dan tumpah di lantai.

Dua kakak beradik itupun saling menyalahkan. Sang kakak merasa benar karena sudah mematuhi perintah sang ibu untuk membuatkan air minum buat sang ayah. Sementara sang adik juga tidak mau disalahkan. Kalau naruh gelas teh, seharusnya jangan  terlalu kepinggir pasti tidak akan tersenggol jatuh.

Sang ayah yang tidak jadi minum, coba mendamaikan kedua anak kesayangannya. "Sudah jangan saling menyalahkan. Kakak sudah benar menjadi anak yang taat perintah orang tua. Adik pun tidak salah karena memang masih anak anak sukanya bermain. Kakak besok kalau menaruh sesuatu , letakkan di tempat yang lebih aman. Dan adik juga nanti kalau bermain , harus lebih hati hati."

Peristiwa perselisihan dua kakak beradik itu mirip dengan dengan kejadian  perbedaan pendapat (ikhtilaf ) yang ada muncul dalam kalangan ummat islam. Cara ummat mensikapinya pun hampir sama dengan sikap  dua kakak beradik tersebut. Masing-masing merasa yang sudah paling benar dalam menafsirkan sebuah perintah atau kejadian . Dan menunjuk yang lain bersalah. Padahal ketika dua anak itu mendengarkan nasehat bapaknya , ada jalan tengah untuk menyelesaikan, di mana keduanya harus ada sikap untuk instropeksi diri   dan mengakui kekurangan. Itu juga yang pernah dicontohkan Nabi kepada umat islam generasi awal yang dapat kita jadikan sebagai pedoman atau rujukan dalam menghadapi suatu permasalahan. Khususnya permasalahan khilafiyah alias perbedaan pendapat .

Kebenaran itu tunggal. Namun tafsir terhadap apa yang diajarkan Nabi itu tidak tunggal. Memaksakan tafsir kebenaran hanya satu tentu bertentangan dengan kehendak Tuhan terhadap pemberian akal terhadap manusia untuk berfikir. Dan nabi sudah memberikan pondasi bagaimana mensikapi terhadap kemungkinan akan munculnya perbedaaan tafsiran terhadap suatu ajaran Nabi tersebut.

Nabi sudah menyadari bahwa manusia pada akhirnya akan terbagi dalam dua kelompok besar dalam mensikapi terhadap ajaran yang diberikan Nabi. Yang pertama, kebenaranan yang didasarkan  oleh keinginan untuk menjunjung tinggi terhadap nilai ketaatan. Yang kedua adalah kebenaran yang didasari akan kemampuan  menterjemahkan  suatu ajaran atau perintah.

Dalam sejarah Nabi ada sebuah kisah mengenai awal mula munculnya ikhtilaf atau perbedaan pendapat ini.  Pada suatu hari Nabi memerintahkan serombongan sahabat untuk pergi ke daerah  Bani Quraidhah dengan sebuah pesan ,  "Janganlah kalian Shalat Ashar kecuali di perkampungan Bani Quraidhah."

Rombongan  shabat itu pun bergerak menuju Bani Quraidhah. Perjalanan ini seperti sudah disiapkan Tuhan untuk memberikan pelajaran bagi umat islam untuk menghadapi masalah yang akan muncul di masa depan. Jarak yang cukup jauh , memaksa rombongan itu harus menemui kenyataan, belum mencapai Bani Quaraidhah namun hari sudah beranjak gelap.

Bila diteruskan maka  waktu sholat ashar akan  habis. Matahari sebentar lagi  tenggelam.  Sementara bila berhenti untuk menunaikan sholat Ashar sebelum sampai di Bani Quraidha maka dianggap melanggar perintah Nabi.

Menghadapi kenyataan di lapangan tersebut, sahabat nabi terbelah pendapatnya. Ada yang berpegang teguh sesuai perintah Nabi apa adanya untuk tidak menunaikan sholat ashar kecuali sudah sampai di Bani Quraidha. Kelompok kedua adalah sahabat yang berpendapat bahwa sholat ashar harus ditunaikan lebih dahulu sebelum waktunya habis dan matahari tenggelam . Meski rombongan belum sampai ke tujuan sebagaimana diperintahkan Nabi, yaitu daerah Bani Quraidha.

Pada jaman Nabi maka solusi setiap masalah lebih  mudah . Para sahabat tinggal menyampaikan permasalahan  yang dihadapi kepada  nabi, dan Nabi  akan memberikan penyelesaiannya berdasar petunjuk Alloh langsung. Dan mereka akan mengikuti setiap keputusan yang Nabi berikan  dengan suara bulat. Tanpa ada yang membantah. Karena apa yang diputuskan nabi pasti benar, karena jawaban itu datang dari Alloh yang maha kuasaa melalui Nabi-Nya.

Dan dalam kasus Bani Quaraidha pun , mereka para sahabat langsung membawa  permasalahan tersebut ke hadapan Nabi. Dan nabi memberikan jawaban atas kasus tersebut. Yaitu bahwa yang menunaikan sholat ashar sebelum matahari tenggelam sebelum sampai di Bani Quraidha, adalah benar.  Mereka bagus dalam pemahamannya. Sementara yang sholat  ashar setelah sampai di Bani Quraidha meski matahari sudah tenggelam juga benar. Mereka bagus dalam ketaatannya.

Itulah keputusan Nabi. Dan itulah dasar untuk memutuskan segala persoalan yang akan dihadapi umat di masa masa yang akan datang dalam hal masalah khilafiyah. Dan segala dinamika pendapat dalam masyarakat, dapat terjawab  dengan jawaban nabi tersebut.

Dari banyak perbedaaan pendapat khilafiyah dalam ummat sebenarnya , muaranya hanya ada dua sumber. Mereka berpendapat karena didorong rasa taatnya kepada Nabi, sehingga apapun yang disampaikan Nabi dalam hadist  dijalankan tanpa mempertanyakan lagi. Yang kedua mereka melakukan sesuatu didorong setelah mencoba memahami apa yang sebenarnya disampaikan Nabi , sesuai dengan logika pemikiran yang mereka miliki.

Dan dua duanya dikatakan oleh Nabi sebagai hal yang sama sama benar. Dua hal itu dapat menjadi jawaban yang dapat diikuti ummat . Nabi sudah mempersiapkan umat islam  untuk memiliki dua pilihan dalam beramal sholeh sesuai panduan Nabi yaitu, pilihan yang sama sama utama nilainya. Yaitu mendasarkan kepada  ketaatan kepada perintah nabi atau berdasarkan kemampuan memahami suatu perintah Nabi. Jadi tidak ada lagi ruang untuk perdebatan . Perdebatan   yang telah banyak menghabiskan energi ummat islam dalam hal yang tidak produktif bagi kemajuan islam.  Perbedaan pendapat yang juga telah memalingkan umat islam dari melakukan hal yang lebih utama yaitu membawa islam menjadi rahmatan bagi seluruh alam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun