Tindak kejahatan dan teori gen egois memiliki keterkaitan melalui konsep bahwa gen-gen dalam organisme bertindak seperti "entitas egois" yang berusaha untuk bertahan hidup dan melanjutkan keturunannya. Teori gen egois, yang dikemukakan oleh Richard Dawkins dalam bukunya "The Selfish Gene," menjelaskan bahwa gen-gen memiliki peran sentral dalam evolusi dan mempengaruhi perilaku individu.
Dalam konteks ini, tindak kejahatan dapat dianggap sebagai perilaku yang dipengaruhi oleh dorongan-dorongan egois yang mendasari dari gen-gen. Ketika gen-gen yang mengatur perilaku yang merugikan orang lain atau melanggar norma sosial berhasil mereplikasi diri lebih banyak, perilaku kejahatan dapat menjadi lebih umum dalam populasi. Misalnya, perilaku agresi atau pencurian dapat dianggap sebagai hasil dari dorongan gen-gen untuk mendapatkan keuntungan pribadi tanpa memperhatikan konsekuensi bagi orang lain.
Namun, penting untuk dicatat bahwa teori gen egois tidak menyiratkan bahwa individu tidak memiliki peran atau kontrol atas perilaku mereka. Teori ini lebih menyoroti peran gen-gen dalam membentuk karakteristik individu dan memberikan pandangan evolusioner tentang asal mula perilaku sosial dan moral.
Selain itu, teori gen egois juga dapat menjelaskan adanya perilaku altruistik. Meskipun kebanyakan tindakan altruistik mungkin bertentangan dengan kepentingan gen individu, tindakan tersebut dapat memberikan keuntungan bagi kelompok atau keluarga yang memiliki gen serupa. Dalam konteks ini, beberapa perilaku altruistik dapat dipandang sebagai hasil dari seleksi alam yang bekerja pada tingkat genetik.
Tindak kejahatan juga dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, sosial, dan budaya, yang bersama-sama dengan faktor genetik membentuk perilaku individu. Teori gen egois memberikan perspektif tambahan dalam memahami dasar biologis dan evolusi perilaku manusia, tetapi bukan satu-satunya penjelasan atas tindak kejahatan.
Secara keseluruhan, kaitan antara tindak kejahatan dan teori gen egois menyoroti bagaimana gen-gen dalam organisme dapat mempengaruhi perilaku individu dalam upaya untuk bertahan hidup dan melanjutkan keturunan. Namun, penjelasan atas tindak kejahatan juga melibatkan faktor-faktor lain seperti lingkungan, sosial, dan budaya, yang bersama-sama membentuk perilaku manusia yang kompleks
Tindak Kejahatan dan  Keimanan
Dari kedua teori itu dapat diambil kesimpulan bahwa tindak kejahatan bersumber dari kolaborasi  gen egois dan bujuk rayu syaithan.  Keduanya memiliki peran masing masing  dalam melahirkan  tindak kejahatan. Keduanya saling berkontribusi .
Tindak kejahatan tidak akan muncul jika tidak ada potensi tindak kejahatan yang ada dalam diri manusia yang terbawa dalam gen egois. Gen egois menjadi mesin yang tidak pernah berhenti untuk menumbuhkan energi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dalam skala sekarang maka kelangsungan hidup dapat diartikan dalam pengertian lebih luas, tidak sekedar untuk bertahan hidup dalam arti fisik atau tubuhnya saja. Namun dapat berbentuk segala hal yang dibutuhkan untuk dapat dikatakan sebagai hidup di alam ini. Bisa berbentuk kehidupan bisnis, kehidupan cinta, kehidupan karir dan lainya.
Setiap segala gangguan yang menggangu kelancaran kehidupan tersebut, maka gen egois akan muncul karakter aslinya untuk bertahan bahkan melakukan serangan yang bertujuan menghilangkan segala bentuk gangguan tersebut.
Namun gen egois tidak akan berwujud dalam aksi tindak kejahatan jika tidak ada faktor dari lingkungan sekitar yang menjadi lahan subur syaitan untuk menemukan habitat bagi syethan untuk melancarkan bujuk dan rayuannya.