Di mana sebenarnya Tuhan berada ? Di satu dalil dikatakan Tuhan itu dekat. Bahkan lebih dekat daripada urat yang ada di leher. Di dalil yang lain Tuhan itu bertahta di langit tertinggi. Lalu teori sains seperti apa yang dapat menjembatani kedua dalil tersebut dan dapat membuktikan bahwa Tuhan berada di kedua tempat itu dalam waktu bersamaan adalah  benar adanya ?
Tuhan  itu dekatÂ
Pandangan mengenai Tuhan dan keberadaan-Nya sangat beragam. Banyak orang meyakini bahwa Tuhan ada dan bahwa Dia hadir dalam kehidupan  secara dekat. Bagi beberapa agama, Tuhan dianggap sebagai entitas yang terus mengawasi dan terlibat dalam urusan dunia ini.
Dalam banyak agama, seperti agama-agama Abrahamik seperti Islam, Kristen, dan Yahudi, diyakini bahwa Tuhan adalah pencipta alam semesta dan memelihara kehidupan di dalamnya. Mereka yang memegang keyakinan ini sering berdoa dan mencari kehadiran Tuhan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Bagi mereka, Tuhan dekat dan selalu siap mendengar doa dan memberikan bimbingan.
Namun, penting juga untuk diingat bahwa pandangan ini berasal dari keyakinan agama dan bukanlah kebenaran mutlak yang dapat diverifikasi secara ilmiah. Terdapat pula pandangan-pandangan lain di masyarakat yang mungkin tidak meyakini keberadaan Tuhan atau memahami Tuhan dengan cara yang berbeda.
Setiap individu memiliki kebebasan berkeyakinan dan memandang hubungan mereka dengan Tuhan secara pribadi. Bagi sebagian orang, kehadiran Tuhan mungkin dirasakan dekat melalui pengalaman spiritual, keajaiban, atau perasaan kedekatan dengan alam semesta
Tuhan Jauh di Langit Tertinggi
Pandangan bahwa Tuhan berada di langit tertinggi adalah umum dalam banyak tradisi agama. Banyak keyakinan agama menggambarkan Tuhan sebagai entitas yang tinggi, agung, dan menjulang di atas dunia ini. Konsep ini sering kali digunakan secara metaforis untuk menunjukkan bahwa Tuhan berada di tingkat yang lebih tinggi, melebihi keterbatasan manusia dan dunia fisik.
Misalnya, dalam agama-agama samawi seperti Islam, Kristen, dan Yahudi, terdapat gambaran bahwa Tuhan bersemayam di surga atau langit yang tertinggi. Hal ini diartikan sebagai simbolisasi keagungan, kemuliaan, dan kedaulatan-Nya yang tak terjangkau oleh manusia biasa.
Namun, perlu diingat bahwa pandangan ini juga merupakan representasi simbolik dan bukan deskripsi fisik yang harfiah. Keyakinan akan keberadaan Tuhan dan dimensi-Nya yang tak terbatas sering kali melampaui konsep spasial seperti jarak dan letak geografis. Tuhan diyakini maha hadir di mana pun dan di dalam segala hal.
Pandangan mengenai keberadaan dan kedekatan Tuhan merupakan hasil dari keyakinan agama dan pengalaman spiritual individu. Setiap agama dan kepercayaan memiliki pandangannya sendiri tentang sifat dan hubungan manusia dengan Tuhan. Penting untuk menghormati kebebasan beragama dan pluralitas pandangan dalam hal ini.
Tuhan  Sang Maha halusÂ
Benar, dalam banyak tradisi agama, Tuhan dianggap sebagai dzat yang maha halus, yang ada di mana saja dan kapan saja. Pandangan ini menggambarkan keberadaan Tuhan sebagai sesuatu yang melampaui dimensi fisik dan spasial yang kita pahami.
Konsep bahwa Tuhan ada di mana-mana menggambarkan keyakinan bahwa kehadiran-Nya meliputi seluruh alam semesta. Tuhan diyakini hadir secara transenden, melampaui batasan-batasan waktu dan ruang yang kita kenal. Dalam keyakinan ini, Tuhan tidak terikat pada suatu tempat atau waktu tertentu, melainkan hadir di setiap sudut alam semesta.
Pemahaman ini juga mencerminkan kepercayaan bahwa Tuhan memiliki sifat yang tak terbatas, meliputi segala hal yang ada dan terjadi. Bagi mereka yang memegang keyakinan ini, Tuhan bisa berada di dekat kita pada setiap saat, mendengarkan doa-doa kita, dan mengawasi kehidupan kita dengan penuh perhatian.
Itu adalah interpretasi keyakinan menurut agama tertentu, dan terdapat variasi dalam pemahaman mengenai sifat Tuhan di berbagai tradisi agama. Setiap individu memiliki kebebasan untuk menafsirkan dan memahami hubungannya dengan Tuhan sesuai dengan keyakinan dan pengalaman pribadi mereka.
Partikel Maha Halus
Sifat Tuhan adalah dimana saja dan kapan saja. Tidak  ada  tempat dan waktu Tuhan  absen di dalamnya. Karenanya apa saja yang tergelar di dunia ini dari makhluk paling kecil bersel satu hingga makhluk bersel kompleks, tidak ada yang lepas dari pengawasan dan penglihantan-Nya. Dari makhluk yang berdiam di langit pertama hingga langit ke tujuh , tidak ada yang lepas dari kekuasaan-Nya.
Itulah dzat yang memiiki sifat seperti partikel maha halus, yang dapat memenuhi dan mengisi dalam ruang tiga dimensi  Tidak ada materi apapun yang tidak tidak tersusun materi itu di dalamnya. Suatu saat bisa berada di tempat terdekat dengan manusia melebihi dekatnya urat leher, di saat yang lain pun dapat berada di langit ketujuh. Dia juga bisa bersifat seperti  gelombang, sesuai kehendaknya. Yang tak memerlukan ruang untuk menunjukkan keberadaannya. Dan dialah penggerak semua kehidupan di dunia ini.
Ini sejalan dengan pemikiran Albert Einstein mengenai kekuatan maha halus yang mengatur alam semesta ini. Dialah kekuatan yang berada di balik semua keteraturan dia alam raya ini. Kekuatan yang menjadi  penggerak alam raya ini.
Dzat  maha halus ini , bukanlah partikel Higgs Boson yang dianggap partikel Tuhan. Dia masih lebih halus lagi, istilah yang tepat adalah maha halus. Karena partikel higgs boson dianggap sebagai partikel Tuhan karena keterbatasan umat manusia untuk menjangkau dunia yang lebih halus lagi. Dengan kemampuan yang  dimiliki manusia di bidang sains , itulah capaian tertinggi yang sudah dapat diraih saat ini. Namun tidak tertutup kemungkinan akan ada penemuan baru yang akan mampu menjangkau dunia yang lebih kecil dan halus lagi. Dunia yang bahkan tak terpikirkan sebelumnya.
Karean sifat dzat iini harus lebih halus berlipat kali dari partikel cahaya, sehingga bisa menempati di setiap sudut alam semesta ini. Yang tidak terkungkung dalam alam tiga dimensi dan waktu yang semua makhluk-Nya alami, namun mengisi tujuh lapis langit  dengan sepuluh dimensi.  Sekaligus menjadi faktor penentu setiap gerak dari semua yang ada di alam raya ini dan sekaligus alam akherat yang abadi.
Dan proses pencarian manusia akan dzat Tuhan , adalah perjalanan yang tidak akan pernah berhenti. Karena kehidupan di dunia sebenarnya hanya perjalanan tanpa henti untuk menemukan Tuhan. Dan dalam kehidupan di alam ini  masalahnya bukan tentang  bertemunya dengan Tuhan itu sendiri , namun yang terpenting  adalah jalan yang kita lakukan untuk menemukan Tuhan adalah jalan yang benar. Itulah mengapa kita selalu berdoa memohon sehari 17 kali minta ditunjukan jalan yang lurus. Jalan yang pasti akan membawa kita bertemu dengan Tuhan . Itulah intinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H