Mohon tunggu...
Adi Triyanto
Adi Triyanto Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Sebuah Perusahaan swasta Di Tambun- Bekasi-Jawa Barat

Lahir Di Sleman Yogyakarta Bekerja dan tinggal Di Bekasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pelajaran Penting Serangan Tentara Mongol ke Baghdad

25 Maret 2022   07:42 Diperbarui: 25 Maret 2022   08:56 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kurang lebih delapan abad lalu ,  tentara Mongol yang dipimpin Hulaghu Khan menyerbu  dan membumi hanguskan kota Baghdad . Kota yang merupakan  simbol pusat kebudayaan Timur Tengah dan Islam. Istana, masjid, gereja, perpustakaan, balai ilmu pengetahuan dan tengara kota lain yang dibangun selama beberapa generasi juga tak luput dari penghancuran.

Ada dialog menarik setelah penyerbuan yang mengakibatkan korban hingga ratusan ribu nyawa  tersebut . Dialog pertama menunjukkan , apa yang terjadi dengan umat islam saat itu yang  mulai menjauh dari nilai nilai agama yang seharusnya.  Dialog kedua , menunjukkan kesadaran akan kewajiban sebagai ummat yang haus memegang teguh nilai nilai agama . Hingga merasuk ke dasar hati dan pikiran  . Serta diwujudkan dalam tindakan nyata.

Dialog Pertama

Dialog pertama terjadi paska  penyerahan harta rampasan perang , antara Khalifah Al  Mustasim dan panglima tentara Mongol, Hulaghu Khan .  . Setelah menerima  harta rampasan perang dari  Khalifah  Al Mustasim , Hulagu Khan berbalik dan menyerahkan nampan emas untuk dimakan .Benar bnar untuk dimakan . Tentu saja Al-Mustasim menolak.  Siapa yang sanggup memakan emas.

"Lantas mengapa Tuan menyimpan?" tanya Hulagu Khan. "Alih-alih Tuan bisa memberikannya kepada prajuritmu? Dan mengapa Tuan tidak melebur saja pintu besi istana ini lalu menjadikannya mata panah? Dengan panah-panah itu setidaknya Tuan bisa menghalau pasukanku."

"Ini semua kehendak Tuhan," jawab sang Khalifah.

 "Kalau begitu, apa yang akan terjadi pada Tuan setelah ini adalah kehendak Tuhan juga," kata Hulagu mengakhiri percakapan.

Banyak kalangan menyebut momen runtuhnya Kekhalifahan Abbasiyah dan Kota Baghdad ini sebagai akhir kejayaan kebudayaan Islam.

Kondisi itu makin bertambah karena adanya  intrik politik, perang saudara di antara elite kekhalifahan, dan konflik Sunni-Syiah. Banyak pejabat dan yang hidup berfoya foya.  Berlomba lomba mengejar pangkat harta dan kekuasaan.

Tidak ada lagi semangat seperti generasi para sahabat . Yang mencintai sesama muslim melebihi diri sendiri. Meletakkan kepentingan akherat di atas kepentinagn dunia.  Nilai -nilai ajaran agama yang mulia  diperjuangkan dengan  seluruh jiwa dan raga .

Saat penyerbuan tentara Mongol ke Baghdad itu yang terjadi  sebaliknya. Ummat Islam hanya  membanggakan dan mengelu elukan jaman Era Khalifah Harun Alrasyid ataupun Era Abdullah Al -Makmun atau generasi sebelumnya . Sementara nilai atau semangat  yang membuat datangnya kejayaan, tidak diamalkan. Kilau harta, jabatan dan kekuassan telah menyilaukan mata  dan membutakan hati. Serta terjebak sikap pasrah buta dan berlindung kepada alasan semua sudah kehendak Tuhan

Kemewahan dan kemegahan dunia telah membuat lalai dan akhirnya membawa mereka ke jurang kejatuhan yang menyedihkan . Tenggelam dan terjerembab  dalam kehinaan dan kehancuran.

Itu juga yang banyak terjadi di kalangan ummat islam dewasa ini. Yang membuat umat islam , belum bisa kembali menjadi ke puncak kejayaan.

Dialog Kedua

Dialog kedua terjadi ketika Hulagu Khan mengumumkan ingin  bertemu dengan ulama yang paling berilmu atau berpengaruh di Baghdad . Namun tak ada yang berani datang karena Hulagu Khan dikenal bengis dan kejam. Akhirnya , Kadihan ,  bersedia  mendatangi undangan Hulagu Khan.  Kadihan, seorang ulama muda. Yang belum dikenal banyak orang, bahkan jenggotnya pun , yang sering sebagai simbol ketinggian ilmu, belum ada.

Kedatangan Kadihan dengan semua atribut  yang melekat di badannya , membuat Hulagu Khan , heran. 

" Memang tidak ada ulama yang lain yang lebih besar, lebih lantang suaranya dan lebih panjang jenggotnya  ?"

"Jika anda  ingin bertemu yang besar, di luar ada unta. Jika tuan ingin yang bersuara lebih nyaring , di luar ada ayam jantan . Dan kalau tuan ingin yang lebih berjenggot, di luar ada  seekor kambing " jawab Kadihan.

Jawaban yang membuat Hulagu Khan berpikir, bahwa pemuda, yang sedang berada di depannya  ini bukan orang sembarangan. Maka Hulagu Khan pun mulai bertanya.

" Katakan padaku apa yang telah membawaku  , sampai di sini ? tanya Hulagu Khan.

" Perbuatan  kami sendirilah yang membawa anda sampai di sini ". jawab Kadihan. 

" Kami tidak pernah lagi mensyukuri nikmat pemberian Tuhan. Tuhan lah yang telah menggerakkan mu untuk menarik kembali semua kenikmatan itu . Kami sibuk mengejar pangkat, jabatan dan kekuasaan."

Hulagu Khan bertanya lagi.

" Lalu siapa yang bisa mengusir kami dari sini ? "

 " Ketika kami kembali menyadari diri dan kembali menyukuri nikmat yang Tuhan berikan .berhenti bertikai maka anda tidak akan bisa bertahan disini. dan Tuhan akan mengembalikan kekuasaan kepada kami ".

Jawaban yang mencerminkan nilai nilai ajaran islam yang sebenarnya. Ajaran yang telah terbukti mengukir jaman keemasan dan kejayaan , sebagaimana dicapai generasi para sahabat. Dari bangsa atau suku  yang gemar bertikai, di daerah gurun yang tundus,  dan tidak dikenal menjadi satu kekuatan yang mampu mengguncang dunia. Menundukkan , dua kekuatan hegemoni besar dunia saat yaitu,  Emperium  Romawi di Barat dan Persia di Timur.

Dan kejayaan itu pasti akan kembali menjadi milik umat islam  , tentu ketika umat islam sudah kembali meneladani generasi para sahabat. Generasi yang berhasil membumikan ajaran islam dalam perbuatan nyata , tidak sekedar retorika dan klaim di bibir saja .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun