Pulang. Kembali ke asal. Kembali ke keadaan semula. Keadaan yang pernah kita alami. Keadaan yang pernah kita rasakan. Keadaan yang pernah kita lewatkan bersama orang tua, kerabat dan handai tolan. Sewaktu kecil hingga remaja . Di sebuah rumah di kampung halaman. Di sanalah kita menemukan ketenangan dan kedamaian yang membuat rindu. Dari sanalah keinginan ingin pulang itu memanggil.
Pulang selalu diindentikan dengan rumah. Karena rumah dengan semua yang ada di dalamnya , adalah tempat yang telah membesarkan fisik dan jiwa kita. Rumah yang telah membuat hati kita merasa tenang. Merasa terlindungi. Rumah membuat hati menjadi tentram.
Rumah juga sudah memberikan kenyamanan baik hati maupun pikiran kita. Semua yang ada dirumah , menghadirkan kebahagiaan. Maka sampai ada ungkapan , Rumahku surgaku.
Dan rumah ini akan menjadi sebuah paket lengkap ketika menyertakan juga lingkungan sekitarnya. Yaitu para tetangga sekampung halaman. Lingkungan yang telah ikut membentuk dan membesarkan kepribadian dan jiwa sosial kita.
Pulang juga memberikan kedamaian tidak hanya secara fisik juga hati. Rasa gembira ketika bisa berkumpul dengan orang orang terdekat merupakan bentuk pulangnya fisik ke tempat di mana kita dulu dilahirkan.
Sementara rasa bahagia ketika memeluk orang orang tercinta yang telah mendampingi kita tumbuh dengan penuh limpahan kasih sayang, merupakan bentuk pulangnya hati d mana nurani bermuasal.
Begitu berartinya, rumah dengan semua suasana di dalamnya , selalu membangkitkan rasa untuk pulang. Dan bagi yang merantau , akan memunculkan istilah pulang kampung atau mudik.
Meski Presiden Jokowi membedakan antara keduanya. Tapi itu tak mempengaruhi perasaan yang menyertai di dalamnya. Feelingnya tetap sama. Melepaskan rasa rindu. Menumpahkan rasa kangen dengan semua orang yang ada di rumah, dan para tetangga sekampung halaman. .
Pulang khususnya bagi yang merantau, akan menemukan momentumnya waktu perayaan Hari Raya Lebaran. Bagaimanapun kondisi kita di tanah rantau, begitu lebaran tiba kita akan berjuang sekuat tenaga dan kemampuan finasial untuk pulang kampung. Pulang untuk melepas rindu. Pulang untuk menunjukan hasil karya kita selama di tanah rantau.
Meski terkadang harus dipaksakan. Karena begitu balik lagi ke tanah rantau, kembali akan dipusingkan , pikirannya untuk menutupi kembali semua pengeluaran .
Terkadang harus pinjam uang ke san kemari ke tetangga atau teman. Tetapi beratnya perjuangan itu hilang , setelah rasa bahagia hadir ketika bertemu orang tua, kerabat dan handai tolan di kampung halaman.
Moment pulang kampung tahun ini, berlangsung dalam kondisi khusus. Di tengah merebaknya penyebaran virus Corona. Pulang kampung yang seharusnya menjadi moment yang membahagiakan , menjadi sebaliknya. Karena semua sedang dalam kesusahan. Semua lagi dalam kesulitan.
Kalau ada yang sudah berhasil pulang kampung, rasa bahagia juga tidak bisa dirasakan. Karena harus melakukan isolasi di daerah kampung halaman. .
Sementara yang belum bisa pulang kampung, tidak harus kecewa sepenuhnya juga. Karena , dengan tidak bepergian, merupakan salah satu usaha untuk kebaiakan semua. Mengikuti anjuran pemerintah , untuk tidak pulang kampung, membatasi mobilitas penduduk, untuk mencegah penyebaran corona lebih luas.
Secara fisik. orang yang sudah sampai kampung halaman tidak merasakan kebahagiaan juga. Tidak bisa berkunjung ke sanak saudara dan kerabat, bahkan kepada orang tua .
Sementara yang tidak bisa pulang kampung, meski secara fisik tidak berjumpa dengan kerabat terdekat, teknologi telah memungkin bertemu secara virtual untuk mengobati rasa rindu kampung halaman.
Tidak puas, itu sudah pasti. Ada yang hilang. Ada yang kurang . Tapi inilah kenyatan yang terjadi. Mau mau harus diterima. Mengeluh juga tidak menyelesaikan masalah. Menggerutu juga tidak akan membuat virus berhenti menyebar.
Yang bisa dilakukan hanya berdoa kepada Tuhan agar musibah ini segera berlalu. Kondisi pulih seperti semula. Kita bisa kembali beraktifitas sperti biasa . Dan kita bisa mengambil pelajaran penting dari musibah ini .
Pelajaran yang utama dalam kehiduapn bermasyarakat yaitu semangat berempati dan tolong menolong sesama. Pelajaran yang mulai kita lupakan karena kesibukan kita .
Menerima kenyataan tidak bisa pulang kampung merupakan hal yang berat. Berat untuk diterima. Ketika sudah dirancang dan dipersiapkan begitu lama , dan rasa rindu dengan kampung halaman sudah menggunung di dada, semua harus gagal. Bila rasa rindu terhadap kampung halaman tidak terobati bisa menyebabkan homesick ( rindu kampung halaman ).
Perasaan sepi menghinggapi. Seperti ada yang hilang. Dan bila makin hari makin bertambah kuat homesicknya bisa mengakibatkan suatu penyakit. Penyakit Nostalgi.
Pada hakekatnya orang pulang hanya untuk kembali bernostalgia. Mengenang kembali masa lalu. Pengalaman indah dan menyenangkan yang pernah dirasakan jaman dahulu.
Di kampung halaman bersama orang tua , saudara , kerabat dan handai tolan. Ketika, perasan letih akibat menjalani , rutinitas sehari hari, akan muncul untuk menghadirkan suasan yang lain. Suasana yang menyenangkan . Dan menghadirkn kenangan lama, apalagi yang menyenangkan , adalah satu cara keluar dari masalah itu.
Bahkan ada yang sakit diobati apa saja tidak bisa sembuh. Tidak ada perubahan. Tetapi begitu rasa rindunya terhadap kampung halaman, dipenuhi orang itu pun sehat kembali.
Itulah penyakit Nostalgia. Dan Nostalgia adalah penyakit bawaan yang melekat pada tiap orang yang merantau . Meninggalkan kampung halaman.
Pulang memang fitrah manusia. Itu sebabnya setiap pulang selalu membuat nyaman. Karena secara fitrah semua akan pulang . Pulang ke tempat asal. Bukan sekedar kampung halaman. Tetapi pulang ke asal mula semua kehidupan.
Dan pulang yang sebenarnya adalah , pulang kepada sang pencipta kehidupan Karena memang kita berasal dari sana. Dan pasti akan kembali juga ke sana. . Terlepas siap tidak siap. Karena perubahan kondisi fisik manusia pun sebenarnya gambaran filsafat untuk kembali kepada asal mula kehidupan.
Kita berasal dari sari pati tanah, makanya ketika usia makin tua, maka kondisi badan akan makin merunduk dan membungkuk. Mendekat kepada asal kehidupan yaitu dari tanah , Tanah telah memanggil . Dan seharusnya sudah cukup untuk membuat kita sadar, akan asal usul kita.
Sangkan paraning dumadi, begitu orang Jawa menyebutnya. Dan kesadaran ini harus mulai menggerakkan hati dan pikiran , untuk kembali meniti jalan jalan Tuhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H