Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki keanekaragaman jenis ikan di perairan laut Indonesia. Dengan adanya stabilitas ekosistem mangrove pada perairan laut, maka dapat mendorong aspek ekologis, aspek biologis, dan aspek ekonomis.Â
Aspek ekologis yang berperan sebagai hubungan timbal balik spesies dengan lingkungannya yang mampu beradaptasi ke habitat lain yang didasari untuk tempat pemijahan, seperti bermigrasi dari laut ke tawar dalam proses pemijahan (Anadromus) ataupun bermigrasi dari tawar ke laut dalam proses pemijahan (Katadromus).Â
Aspek biologis yang berperan sebagai kelangsungan hidup ikan dan pertumbuhan yang terkandung dalam kualitas air . Sedangkan, aspek ekonomis yang berperan sebagai pemanfaatan sumber daya manusia (SDM) pada ekosistem mangrove melalui sarana budidaya ikan. Sehingga, mampu meningkatkan pendapatan serta menyejahterakan dalam meningkatkan populasi ikan sehingga tanpa khawatir ikan itu punah.
Dengan adanya kawasan ekosistem mangrove yang mengandung unsur nutrien tinggi serta sumber makanan banyak, mampu mendorong faktor pakan dalam budidaya ikan.Â
Sarana budidaya ikan dilakukan dengan metode observasi secara kualitatif, yaitu pengamatan terhadap kawasan ekosistem mangrove. Dalam metode observasi, menghasilkan teknik pengumpulan data yang kompleks sehingga diperlukan persiapan yang matang dalam melakukan budidaya ikan. Yang melalui beberapa faktor, yaitu faktor identifikasi, faktor kualitas air, dan faktor penanganan.Â
Dalam faktor identifikasi terbagi menjadi tiga hal, yaitu (1) Mengetahui jenis ikan yang akan dibudidayakan dengan adanya pengelompokkan pada ikan sehingga dapat mengetahui asal-usul serta identifikasi jenis ikan yang lebih mendetail.Â
Pengelompokkan yang dimaksud yaitu dengan cara klasifikasi pada setiap individu ikan, seperti kingdom, filum, kelas, ordo, famili, genus, dan spesies. (2) Mengetahui morfologi ikan yang mendasari aspek kelangsungan hidup atau dengan mengetahui cara makan karnivora maupun herbivora yang disebut dengan pakan. (3) faktor jumlah ikan yang secukupnya jangan terlalu berlebihan agar tidak mengalami kepadatan ikan.
Sementara itu, dalam faktor kualitas air yang terdiri dari beberapa macam, yaitu intensitas cahaya, salinitas, alkalinitas, dan mikroba perairan suhu, dan pH. Serta, oksigen terlarut yang tinggi sekisar 3-7 ppm.Â
Dalam mengukur oksigen terlarut lebih baik di pagi hari disebabkan faktor titik rendahnya intensitas cahaya pada pagi hari, sedangkan oksigen terlarut tidak boleh kurang dari 3 ppm. Kemudian, dalam faktor penanganan yang memuat dua aspek, yaitu teknik perawatan dan teknik pengobatan.Â
Teknik perawatan yang mampu  memberikan potensi yang sempurna maka diperlukan perawatan yang optimal. Serta, teknik pengobatan ikan dilakukan setiap hari dengan menaburkan garam pada kawasan budidaya ikan agar ikan dapat beraktivitas dengan nyaman, sehat, dan berkembang biak dengan baik.Â
Disisi lain, ekosistem mangrove yang mengandung sedimen dan substrat mampu menyimpan serta menyerap empat kali karbon dioksida dibandingkan di daratan.Â
Hal tersebut, dapat berpotensi dalam meningkatkan budidaya ikan sebab metabolisme ikan mengalami keseimbangan. Akan lebih efektif pada budidaya ikan, apabila ikan mengalami pemijahan. Namun demikian, apabila sarana budidaya ikan berhasil dengan baik dan lancar. Maka, mampu memberikan dampak yang sangat besar yaitu dengan melakukan perkembangan secara lebih lanjut melalui pengolahan hasil perikanan.Â
Pengolahan hasil perikanan, berupa produk olahan pengalengan, pengasapan, penggorengan, dan lain sebagainya. Sehingga, sarana budidaya ikan dapat dikenal sebagai sistem yang berpotensi dalam meningkatkan nilainpendapatan. mampu memberikan peningkatan nilai ekonomis yang tinggi sehingga memberikan potensi bahwa sistem budidaya ikan berpengaruh dalam meningkatkan pendapatan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H