Mohon tunggu...
Aditia Aditia
Aditia Aditia Mohon Tunggu... Pegawai bpjs ketenagakerjaan - penyuka wisata,

abdi negara

Selanjutnya

Tutup

Nature

Perempuan pun Bisa Memimpin Proses Transisi Energi Berkelanjutan

20 Juni 2024   22:51 Diperbarui: 20 Juni 2024   23:18 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perempuan Pun Bisa Memimpin Proses Transisi Energi Berkelanjutan

Di masa sekarang ini kebutuhan energi semakin terus meningkat. Masyarakat tidak bisa hidup tanpa energi. Jika tidak ada energi, berbagai proses dalam kehidupan akan terhambat.

Bisa dipahami ketika persoalan seperti listrik padam, atau kelangkaan gas elpiji 3 kg terjadi, masyarakat terutama yang di kota pun menjerit.

Namun kebutuhan akan akses terhadap sumber energi diperlukan siapa saja, termasuk masyarakat yang berada di daerah-daerah terpencil. Bahkan di Indonesia banyak desa-desa terpencil dan terluar masih minim akses untuk mendapatkan energi.

Padahal, dengan adanya listrik, atau energi lainnya, mereka jadi punya kesempatan untuk meningkatkan taraf hidup ke yang lebih baik.

Saat energi tidak ada, yang terdampak adalah keluarga-keluarga. Anak-anak akan kesulitan belajar dengan suasana yang gelap, tak bisa belajar daring, ibu-ibu akan terhambat dalam menyiapkan makananan, terhalang menyelesaikan pekerjaan rumah tangga dan lainnya.

Saat inilah, para wanita yang secara tradisi mengurus rumah, akan berperan menjadi penyedia utama kebutuhan energi dalam rumah tangga. Perempuan menjelma sebagai pencari sumber energi alternatif, ketika ketiadaan energi terjadi. Misalnya perempuan di desa, akan mengumpulkan kayu bakar untuk memasak.

Bahkan, pekerjaan perempuan di rumah tidak hanya mengurusi keluarga masing-masing tetapi juga berkontribusi terhadap pendapatan keluarga. Berbagai pekerjaan kecil-kecilan dilakukan untuk mendapatkan penghasilan tambahan, demi membantu keluarga memenuhi kebutuhan rumah tangga.

Ada yang membuat usaha makanan, laundry dan sebagainya yang otomatis menggunakan energi. Keterbatasan energi tentu saja menimbulkan masalah.

Perempuan di berbagai komunitas, petani, nelayan, masyarakat miskin perkotaan dan pedesaan semuanya membutuhkan akses yang layak terhadap energi. Namun sayangnya perempuan seringkali dianggap hanya sebagai konsumen.

Mereka terpinggirkan dan tidak dianggap penting dalam mengambil keputusan terkait energi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun