Mohon tunggu...
Aditia Aditia
Aditia Aditia Mohon Tunggu... Pegawai bpjs ketenagakerjaan - penyuka wisata,

abdi negara

Selanjutnya

Tutup

Money

Memahami Kenaikan LPG 12 KG

21 September 2014   07:22 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:03 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

LPG yang merupakan singkatan dari (liquified petroleum gas) atau disebut dengan Elpiji merupakan gas terbaik yang disarankan oleh Pemerintah saat ini, guna memenuhi hajat hidup orang banyak terutama sebagai bahan bakar alat dapur (terutama kompor gas).

Masih ingat oleh kita sebelum tahun 2007 bagaimana masyarakat Indonesia dulunya masih banyak menggunakan bahan bakar minyak tanah untuk keperluan rumah tangga, pengguna Kompor gas masih dianggap untuk kalangan atas.

Lalu persoalan terjadi ketika dirasa minyak tanah mulai berkurang, maka Pemerintah mencari energi alternative untuk pemenuhan kebutuhan bahan bakar rumah tangga, maka penggunaan Elpiji dirasa paling tepat.

Adapun keunggulan Elpiji dibandingkan minyak tanah adalah:

1.Hemat Waktu

2. Bersih dan ramah lingkungan

3. Temperatur panas yang tinggi

4. Tidak Bau (dalam keadaan normal/tidak bocor)

Pada akhirnya pemerintah seolah “memaksa” masyarakat Indonesia untuk beralih ke penggunaan Elpiji dengan melakukan konversi minyak tanah ke gas Elpiji, dengan cara subsidi diberikan pada gas Elpiji dan langkah pertama adalah pemberian tabung gas 3kg.

Awalnya banyak keengganan dari Masyarakat Indonesia untuk beralih/menggunakan Elpiji dengan alasan tidak mengerti penggunaannya, takut meledak dan mahal. Namun pemerintah merasa peralihan dari kebiasaan penggunaan minyak tanah ke penggunaan Elpiji dirasa wajib dilakukan sesegera mungkin.

Beberapa tahun berjalan dari tahun 2007, masyarakat Indonesia sudah mulai ‘akrab’ dengan yang namanya kompor gas, mereka tidak ‘kagok’ lagi menggunakannya, ketakutan akan tabung yang meledak sudah dirasakan berkurang, yang ada adalah efisiensi pemakaian.

Persoalan mulai terjadi ketika Pemerintah melakukan subsidi terhadap Bahan Bakar (BB) yang dianggap “penting dan berkelanjutan” . Pertamina yang dalam hal ini yang ditunjuk sebagai penyalur/penjual mulai mengalami defisit anggaran, karena selama ini selalu menjual dibawah harga “Keekonomian Pasar”. Sesuai tindak lanjut temuan BPK Pertamina menanggung kerugian atas bisnis LPG 12 dan 50kg selama tahun 2011 sampai dengan Oktober 2012 sebesar Rp.7.73 Triliun. Angka yang cukup fantastis.

Lalu bagaimana langkah yang disarankan agar kerugian ini tidak terus berlanjut? Maka Pertamina memilih menaikkan harga Elpiji 12 kg. Kenapa sasarannya Elpiji 12kg, bukankah seharusnya Elpiji 3kg yang dinaikkan harganya (dihilangkan subsidinya). Sebenarnya pengguna dari Elpiji 12kg selama ini telah di subsidi juga, karena penjualan Elpiji 12kg di Indonesia jauh dibawah harga keekonomian, kita dapat melihat perbandingan harga Elpiji dengan Negara lain.

[caption id="attachment_343577" align="alignnone" width="356" caption="kompas pertamina"][/caption]

Apakah Pemerintah tidak takut dengan adanya migrasi besar-besaran pengguna Elpiji 12kg ke Elpiji 3kg? Sebenarnya Pertamina sendiri sebelum mengajukan kenaikan harga Elpiji 12kg telah melakukan survey secara mendalam pangsa pasar/profil konsumen pengguna Elpiji 12kg . pengguna Elpiji 12kg sebenarnya sebanyak 17% dan mereka rata-rata pada golongan berpendidikan dan dari kalangan ekonomi relative mampu. Dapat dilihat dari gambar.

[caption id="attachment_343578" align="alignnone" width="796" caption="pertamina"]

1411233340469413699
1411233340469413699
[/caption]

[caption id="attachment_343579" align="alignnone" width="794" caption="pertamina"]

14112334022022446837
14112334022022446837
[/caption]

[caption id="attachment_343580" align="alignnone" width="796" caption="pertamina"]

14112334477576487
14112334477576487
[/caption]

Dengan survey ini pemerintah yakin usulan untuk kenaikan ini dirasakan tidak memberatkan, dan kenaikannya juga dilakukan bertahap, sehingga tidak mempengaruhi secara mikro maupun makro perekonomian Indonesia.

1411233599737207892
1411233599737207892

Terakhir hal terpenting yang mungkin dapat dilakukan adalah pola pendistribusian yang sedikit diperketat, sebelum timbulnya rasa sadar "tidak mengambil” jatah orang yang membutuhkan, Pemerintah hendaklah mengatur ketat pola pendistribusian LPG khususnya yang 3kg. Bisa dimulai dari tingkat kelurahan menyeleksi warga yang pantas membeli Elpiji 3kg.

Dengan sosialisasi yang tepat, melihat dari tingkat pendidikan pengguna Elpiji 12kg, maka proses kenaikan ini dapat diterima dengan taat dan lapang dada hendaknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun