Mohon tunggu...
Aditia Rahadiyansyah
Aditia Rahadiyansyah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Berbagi ilmu dan menambah ilmu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pelajar Indonesia dan Seni Tulis dari Jepang

7 Februari 2014   17:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:03 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_294293" align="aligncenter" width="267" caption="jetaany.org"][/caption] Satu hal yang hebat dan sulit dipikirkan logikanya oleh penulis. Bagaimana Jepang dapat menularkan budayanya bahkan hingga tradisi tulis kaligrafinya ke berbagai negara dunia, khususnya Indonesia? Sebelum mengenal kaligrafi Jepang, yang ada dipikiran penulis : "Hah? Kaligrafi? Serius? Ngebosenin ya? Masa pada suka sih?" Sebelum lebih jauh, penulis akan memberikan gambaran tentang kaligrafi jepang yang dimaksud. Shodo adalah salah satu bentuk seni kaligrafi yang telah dipelajari selama lebih dari 3000 tahun yang lalu. Di Jepang Shodo biasanya di ajarkan di sekolah sekolah tingkat dasar sama seperti pelajaran aksara jawa yang di ajarkan oleh guru guru SD di Jawa. Ada berbagai macam alat khusus yang digunakan seperti berikut: [caption id="attachment_294288" align="aligncenter" width="300" caption="jetaany.org"]

1391758816915711637
1391758816915711637
[/caption]

Dalam perkembangannya, seni sodho mendapatkan minat dari genarasi muda Indonesia karena berbagai usaha yang dilakukan Pemerintah Jepang. Terdapat banyak sekolah dan berbagai universitas di Indonesia yang berkerjasama dengan Pemerintah Jepang dalam menyebarkan tradisi sodho ini hingga ke pelajar pelajar di Indonesia. [caption id="attachment_294290" align="aligncenter" width="300" caption="japanese.binus.ac.id"]

1391759445604593658
1391759445604593658
[/caption]

Kita dapat mengambil sisi positif dari fenomena ini. Setidaknya Pemerintah Jepang telah menyebarkan budaya yang positif kepada masyarakat Indonesia, tidak sama dengan budaya barat yang kebanyakan sudah diluar batas etika budaya kita dan cenderung berdampak negatif. Artikel ini dibuat agar Indonesia juga seharusnya dapat belajar dari Jepang agar keanekaragaman budaya asli Indonesia dapat terjaga, bahkan dapat menembus mancanegara. Tari Jaipong, wayang kulit, gamelan, wayang orang, reog Ponorogo, aksara jawa dan masih banyak lagi budaya kesenian Indonesia yang perlu dilestarikan. INDONESIA juga bisa!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun