Distribusi order harus lah adil ke semua driver apakah itu yang rajin atau musiman, biarlah jarak dan juga rating pelanggan yang menentukan order ini harus diterima oleh siapa!!
Lalu opsi solusi apa yang kita miliki? Kita paham saat ini total nilai order belum berimbang dengan jumlah driver. Kalau dibagi rata, maka setiap driver tidak akan pulang ke rumah dengan jumlah uang yang cukup dan belum lagi jam kerja yang tidak layak.
Maka salah satu opsinya adalah Pemerintah bantu dengan subsidi, insentive yang selama ini berupa prioritas order yang lebih baik untuk driver yang rajin, harus dirubah menjadi insentive tambahan berupa uang. Sehingga kelompok driver yang rajin tetap akan ngebid walau mungkin jumlah order akan berkurang karena tidak adanya lagi gamifikasi.Â
Pemerintah tidak boleh lagi tutup mata dan duduk manis menikmati efek positif ekonomi digital yang hampir semuanya bertumpu pada kerja keras dan bakar modal dari pihak swasta. Modal ada batasnya dan beban frustasi ekonomi dari para driver sudah pada puncaknya.Â
Dan bila pemerintah tetap tutup mata, maka kita perlu bersiap menunggu ledakannya, ledakan sosial dan ekonominya. Gojek & Grab sudah terlalu besar untuk gagal, sehingga pada akhirnya bila worst case terjadi maka pemerintah pun yang harus bail out mereka, BUMN atau APBN akan jadi korban. Subsidi ini harus di cicil dari sekarang, untuk memberi waktu ekosistem untuk bisa berkembang. Dan juga memberi waktu bagi konsumen untuk menumbuhkan nilai real pendapatannya karena pada akhirnya konsumen yang harus menanggung biaya platform, tentunya dengan harga atau tarif layanan yang lebih tinggi dari saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H