Mohon tunggu...
Aditia DhaniMustofa
Aditia DhaniMustofa Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa Universitas Brawijaya

Saya bukan orang yang suka nyentrik

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Kenapa Sih, GEN Z Tidak Bisa Lepas dari Dunia Paralel (Alternate Universe)?

20 Juni 2024   07:20 Diperbarui: 20 Juni 2024   07:32 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa itu Alternate Universe?

Alternate Universe (AU) adalah sebuah cerita fiksi yang dibuat oleh penggemar, biasanya berupa fanfiksi. AU memiliki latar dan situasi yang berbeda dari kenyataan sebenarnya. Cerita AU dapat berupa narasi panjang, narasi sekaligus potongan fake chat, atau obrolan chat antar-karakter. AU dapat berisi berbagai genre, seperti thriller, komedi, romance, horor, dan lain-lain.

AU sangat populer di media sosial, seperti Twitter, dan biasanya dibuat oleh karakter anime atau karakter serial yang sudah ada. Cerita AU dapat berupa narasi panjang dan memiliki format penulisan yang beragam. Tidak ada patokan khusus yang harus dipatuhi jika hendak menulis AU.

AU juga dapat berfungsi sebagai ajang bagi anak muda untuk bersama-sama belajar menulis. Kebanyakan penulis AU adalah K-Popers dan anime lovers, dan keinginan menulis mereka muncul dari hal yang mereka sukai.

AU telah menjadi bagian dari budaya literasi digital dan sangat efektif dalam meningkatkan minat baca remaja. Penelitian menunjukkan bahwa AU sangat populer di kalangan remaja dan dapat meningkatkan minat baca mereka. AU juga dapat membantu meningkatkan budaya literasi di kalangan masyarakat, terutama di kalangan Generasi Z.

Apa itu Gen Z?

Gen Z, yang lahir antara tahun 1997 dan 2012, memiliki beberapa karakteristik yang membedakannya dari generasi lain. Salah satu ciri khas mereka adalah keterlibatan yang sangat erat dengan teknologi digital, terutama ponsel cerdas. Keterlibatan ini membuat mereka sulit melepaskan diri dari ponsel, terutama karena banjir notifikasi yang mereka terima setiap hari. Dalam penelitian oleh Common Sense Media, sekitar 10 persen gen Z pengguna media digital menunjukkan gejala ADHD, yang disebabkan oleh keterlibatan yang berlebihan dengan teknologi digital.

Keterlibatan gen Z dengan teknologi digital juga mempengaruhi cara mereka belajar dan berinteraksi. Mereka sering menggunakan ponsel cerdas selama jam sekolah, dengan sebagian besar remaja menghabiskan waktu sekitar 43 menit jam sekolah untuk menggunakan ponsel. Hal ini membuat mereka sulit untuk konsentrasi dan fokus pada pembelajaran.

Dalam beberapa hal, Gen Z tidak dapat melepaskan diri dari dunia paralel contohnya alternate universe yaitu karena mereka telah tumbuh dan hidup dalam era digital yang dipenuhi dengan media sosial. Media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka, mempengaruhi cara mereka berkomunikasi, berinteraksi, dan mencari informasi. Dalam beberapa hal, media sosial telah menjadi sarana yang positif untuk berinteraksi dan mendapatkan dukungan sosial, tetapi terlalu banyak penggunaan media sosial juga dapat berdampak negatif pada kesehatan mental Gen Z.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun