Kutulis sajak ini saat bulan merah di atas kepala
Angin malam menampar ingatan nasib yang curiga
Dingin menggaruk perut, menerobos ringkukan lambung.
Pak, aku segera punya adikÂ
dia lahir tanpa suara
Tadinya, ingin kubuang ke sungai, hari itu juga!
Sial, Pak
Zaman begitu kuat mengasuhnya
Aku dan Ibu menamainya "Kemiskinan"
dia lahir, tepat waktu Bapak dibelai Tuhan.
Birgon. 3-2-23
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!