Mohon tunggu...
Aditya Rahman
Aditya Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Komunitas Ranggon Sastra

Jalan pulang adalah tujuan yang remang-remang

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Nyalakan Penderitaan Itu!

26 September 2022   16:20 Diperbarui: 26 September 2022   16:36 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Nyalakan penderitaan itu, kawan!
Biar penderitaan bergairah untuk tetap hidup
Di daerah yang kerontang tanpa pemberontakan
Dan persaingan antara kelas kehidupan.

Taruh pemantiknya sembarangan di kampung-kampung sepi
Dekat gerobak martabak atau ruko-ruko tutup yang berlumut.
Siapa sangka, jika sewaktu-waktu ada yang sengaja menyalakan
Pemantik itu akan berkobar dengan penderitaan yang utuh menyala
Sepanjang waktu, sepanjang usia.

Kampung-kampung adalah suar
Dia dapat menjelma kipas angin atau AC
Pintu jati atau sekadar hordeng penghalang
Antara kelas-kelas kehidupan yang sumpek akan persoalan
Namun terlihat santai dan adem ayem dinina-bobokan zaman.

Nyalakan penderitaan itu semarak pesta rakyat di alun-alun kabupaten
Dekat kantor pemerintah tuli, tapi tidak buta
Sedikit-sedikit harus terusik kenyamanan kantor suntikan bunga-bunga devisa negara itu
Mereka harus pengap akibat penderitaan yang mengepung segala sudut ruangan
Biar mampus mereka diserang asma kehidupan melapah ini.

Kita adalah penderita yang bergairah
Hidup di kampung-kampung kusut tanpa tenaga
Dari jalanan gelap kita lahir dan memberontak dengan cara yang sederhana
Yaitu berkomplot bersama penderitaan secara terang-terangan
Dan enggan mendapat bantuan dari sistem pemerintahan!
Kita buat kemandirian dari hidup yang saling berpegangan.

Birgon-September-2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun