Mohon tunggu...
Pratama Α.W
Pratama Α.W Mohon Tunggu... -

Mahasiswa fakultas pendidikan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sayap untuk Jaka (Bag. 3)

7 Desember 2011   20:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:42 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Latihan demi latihan kami lalui dengan dampingan dan sanjungan dari teman-teman. Kebetulan tempat kami latihan itu adalah rumah dari guru matematika kami, Ibu Yus. Beliau juga mendukung kami. Membuat kami semakin terpicu untuk mendalami musik. Pernah suatu hari kami mengajak teman-teman satu kelas untuk latihan bersama. Jika biasanya Ibu Yus menyediakan air es setelah kami latihan, siang itu tidak.

"Jaka, bantu ibu membawa air yuk", pinta Ibu Yus.

"Siap bu,.." dengan senang hati aku membantu, karena memang dari tadi aku haus, begitu juga teman-teman yang lain.

Tapi, apa yang diminta tadi, beda lagi ketika sampai didapur. Hari ini kelihatannya spesial, ada tumpukan gelas plastik, 2 teko sirup, dan 4 piring tahu isi.

"Jaka, tolong bawa gelas dan sirup ini kedepan ya, setelah itu kesini lagi"

"Iya bu,.."
Dalam hati aku bergumam heran, biasanya, Ibu Yus tidak seramah ini dikelas. Aku kembali ke dapur, dan mulai mengambil tahu.

"Tahunya biar ibu yang bawa, Jaka. Kamu ambil papan tulis yang didekat kamar mandi itu, sekalian kapur dan buku yang sudah ibu siapkan, terus dibawa kedepan juga ya."

"Serius bu?"

"Ya serius, masa dua rius." ujar beliau bercanda dengan senyumnya juga yang garing.

Teman-temanku bersorak ria ketika Ibu Yus sampai didepan dengan menawarkan tahu isi bawaannya. Terdengar sampai dapur. Setelah aku keluar dengan papan tulis dan perangkatnya, mereka terdiam.

"Nah anak-anak, mumpung kalian ngumpul disini semua, kita belajar dulu yuk. Besok kita kuis, buat membantu nilai kalian yang jatuh kemarin."

Ibu Yus cerdik sekali, memanfaatkan keadaan yang sudah kami buat sendiri. Padahal, kami baru saja refreshing dari pelajaran sekolah. Mau tidak mau, dengan muka yang seakan mau memakanku, mereka mengikuti ekstra pelajaran matematika ini. Karena aku otak dari kejadian ini. Aku yang mengajak mereka semua. Bukan Tole dan Yoga, mereka setuju, karena pertimbangan iuran bisa lebih sedikit.

Keesokan harinya, benar ada kuis yang diadakan oleh Ibu Yus. Kuis dikerjakan dan diperiksa hari itu juga. Hasilnya tidak ada nilai dibawah angka 8, dan yang paling besar adalah Iwan, anak nakal yang dari awal masuk, sampai hari kuis ini, sering sekali bolos.
Setelah jam pelajaran sekolah selesai, Ibu Yus mendekatiku.
"Terima kasih ya Jaka" ucap Ibu Yus kepadaku.

"Lho, kok aku bu?"

"Kamu lihat Iwan? Dia satu-satunya murid yang memberatkan ibu untuk mata pelajaran matematika. Tapi karena idemu kemarin, ibu menemukan metode yang pas untuk kalian"

"ah, itu karena kepandaian ibu membaca situasi, bukan karena aku bu"

Satu ucapan dari beliau yang aku pegang sampai sekarang,
"belajar, tidak hanya dari apa yang kita lihat, Jak. Belajar itu menciptakan kesempatan, dan berbuatlah!"

DHUAAARR!!!!

Ada suara mengejutkan, membuyarkan kenangan yang kukhayalkan dibelakang mobil. Mobil berhenti, lalu semua penumpang keluar, begitu juga aku.

Bersambung...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun