Ibu Yus cerdik sekali, memanfaatkan keadaan yang sudah kami buat sendiri. Padahal, kami baru saja refreshing dari pelajaran sekolah. Mau tidak mau, dengan muka yang seakan mau memakanku, mereka mengikuti ekstra pelajaran matematika ini. Karena aku otak dari kejadian ini. Aku yang mengajak mereka semua. Bukan Tole dan Yoga, mereka setuju, karena pertimbangan iuran bisa lebih sedikit.
Keesokan harinya, benar ada kuis yang diadakan oleh Ibu Yus. Kuis dikerjakan dan diperiksa hari itu juga. Hasilnya tidak ada nilai dibawah angka 8, dan yang paling besar adalah Iwan, anak nakal yang dari awal masuk, sampai hari kuis ini, sering sekali bolos.
Setelah jam pelajaran sekolah selesai, Ibu Yus mendekatiku.
"Terima kasih ya Jaka" ucap Ibu Yus kepadaku.
"Lho, kok aku bu?"
"Kamu lihat Iwan? Dia satu-satunya murid yang memberatkan ibu untuk mata pelajaran matematika. Tapi karena idemu kemarin, ibu menemukan metode yang pas untuk kalian"
"ah, itu karena kepandaian ibu membaca situasi, bukan karena aku bu"
Satu ucapan dari beliau yang aku pegang sampai sekarang,
"belajar, tidak hanya dari apa yang kita lihat, Jak. Belajar itu menciptakan kesempatan, dan berbuatlah!"
DHUAAARR!!!!
Ada suara mengejutkan, membuyarkan kenangan yang kukhayalkan dibelakang mobil. Mobil berhenti, lalu semua penumpang keluar, begitu juga aku.
Bersambung...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H