[caption caption="Roland Dumas (nationalvanguard.org)"][/caption]
Oleh : ADI SUPRIADI / Ahmad Muhammad Haddad Assyarkhan
Twitter : @assyarkhan
Mantan Menteri Luar Negeri Prancis, Roland Dumas, telah mengungkapkan bahwa Israel memiliki kontrol penuh terhadap lembaga intelijen Perancis. Didalam Buku “Coups et pleasures” (Assaults and Injuries)" Dumas mengungkapkan bahwa Israel melakukan apa pun untuk kepentingan Zionis Israel dengan mengendalikan kebijakan Perancis dan mengendalikan Lembaga Intelijen Perancis sebagaimana dilaporan Middleeast.org 26 November 2015 silam.
Selanjutnya, Dumas mengungkap dalam buku yang sama bahwa ketika Presiden Zionis saat ini, Shimon Perez masih sebagai Menlu Israel menyarankan Mantan Menlu Prancis (Dumas) untuk membayar kunjungan Presiden Hafez Assad tahun 1992. Pada saat itu Shimon Perez menyadari bahwa Amerika Serikat mencari cara baru bagaimana menaklukan Kota Syam (Syiria) sehingga Shimon Perez percaya bahwa Perancis juga bisa mendapatkan kesempatan untuk terlibat dalam proses perebuatan Timur Tengah.
Dalam konteks ini, Mantan Menteri Luar Negeri Perancis menambahkan, "Presiden Suriah Alm Hafeez Assad memiliki kedekatan yang sangat dalam dengan Shimon Perez saat masih menjadi Menteri, Dan. Hafez Al-Assad menyadari bahwa Menteri Luar Negeri Zionis Israel mengadopsi inisiatif unilateral dalam rangka menguasai Timur Tengah"
Didalam Bukunay tersebut Mantan Menteri Luar Negeri Prancis Dumas juga menyebutkan Republik Syiah Iran telah mengunjungi Suriah beberapa kali dan bertemu dengan mantan Menteri Luar Negeri Ali Akbar dan mantan Presiden Hachemi Rafsanjani. Didalam bukunya, Roland Dumas juga menjelaskan bahwa mantan Menteri Luar Negeri Perancis François Mitterrand memiliki hubungan yang sangat erat dengan Zionis Israel tetapi itu semua disembunyikan dari Publik dan media.
Dumas menegaskan dalam bukunya bahwa "Amerika memang berencana untuk membunuh Presiden Libya Muammar Gaddafi dengan cara merampok Gadafi dengan pesawat di tahun 1986. Mengenai kebijakan Zionis Israel Di Libya Dumas menyatakan, "Saya tidak setuju dengan" "kebijakan Israel, dan aku setia pada prinsip keseimbangan yang dicetuskan oleh Jenderal Charles de Gaulle di Timur Tengah. Negara-negara berprinsip bahwa negara-negara Arab juga memiliki hak untuk dihormati kedaulatannya, selain itu saat ini kebijakan Israel secara penuh dikendalikan Zionis.
Roland Dumas menegaskan bahwa negosiasi antara Perdana Mentri Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden Mahmoud Abbas tidak akan menghasilkan apapun. Dia menegaskan bahwa kinflik di Jalur Gaza Palestina yang diciptakan Israel tak kan terpecahkan dan tak kan berakhir sampai Palestina benar-benar Merdeka.
Dumas ditunjukkan, "Setiap presiden atau pejabat Barat yang ikut campur dalam persoalan Palestina", Maka Zionis Israel tidak akan tinggal diam dan yang menjadi korban kebanyakan rakyat sipil. Roland Dumas juga mengkritik keputusan Presiden Prancis Nicolas Sarkuzy untuk memasukkan Perancis dalam kepemimpinan NATO, Dumas meyakini bahwa Sarkuzy membuat kesalahan besar dalam posisi Perancis yang telah lama ditetapkan oleh Charles de Gaulle.
Campur tangan Eropa (Barat) dalam skenario besar yang diciptakan oleh Zionis Yahudi Israel di Suriah akan merugikan negara itu sendiri, karena Libya dan Suriah diperebutkan Zionis Israel dalam rangka skema besar mengepung Palestina dalam perebutan Masjid Al-Aqhsa di Gaja Palestina. ISIS merupakan bentukan CIA untuk merebut Suriah dari dalam tubuh Ummat Islam, Sedangkan Assad memiliki kepentingan Syiah dengan tujuan yang sama : Menguasai Suriah (Kota Syam), Baik Iran maupun Israel memiliki kepentingan yang sama terhadap penguasaan Masjid Al-Aqsha Palestina yang semuanya mengorbankan Ummat Islam sebagai pemilik Sah Masjid tersebut.