Mohon tunggu...
Adi Supriadi
Adi Supriadi Mohon Tunggu... Lainnya - Berarti Dengan Berbagi, Sekali Berarti Sesudah Itu Mati. Success by helping other people

Activist, Journalist, Professional Life Coach, Personal and Business Coach, Author, Counselor, Dai Motivator, Hypnotherapist, Neo NLP Trainer, Human Capital Consultant & Practitioner, Lecturer and Researcher of Islamic Economics

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kenapa Sich Harus Naik Haji?

6 September 2011   05:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:12 2901
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_129819" align="aligncenter" width="612" caption="Baitullah form auliaoon90.wordpress.com"][/caption]

Kenapa Sich Harus Naik Haji?, Inilah Pertanyaan besar saya saat ini, Sebuah pertanyaan yang membutuhkan jawaban dari Anda, mungkin Anda akan mengatakan hal semacam ini saja dipermasalahkan, okelah menurut Anda itu soal gampang, tapi bagi saya sangat mengganggu.

Anda jangan terkecoh dengan judul Artikel ini, saya tidak mempermasalahkan Hajinya, melainkan Kenapa Harus menggunakan Istilah “Naik Haji”, Sampai ada sebuah Film berjudul “Emak Ingin Naik Haji”. Filmnya bagus dan saya rekomendasikan untuk Anda tonton, sekali lagi masalah saya bukan pada HAJInya tetapi pada Istilah “NAIK HAJI” nya. Mengapa tidak menggunakan Istilah Berangkat Menunaikan Haji, sama dengan istilah Menunaikankan SHOLAT dan Menunaikan Zakat, tidak ada istilah Naik Sholat atau Naik Haji, mungkin saja diantara Pembaca ada yang tersenyum membaca ini, kok istilah saja jadi problem, Istilah Naik Haji saja jadi masalah. Tidak Apa-apa, seperti halnya saya juga boleh bertanya bukan kok ini tidak menjadi masalah buat Anda, Mengapa?.

Istilah yang tepat untuk Ibadah Haji menurut saya adalah Menunaikan Ibadah Haji atau berangkat ke Baitullah untuk Ibadah Haji, sama halnya ada ibadah haji kecil yang disebut UMROH, tidak adakan Istilah Naik UMROH, selama ini saya belum pernah menemukan kalimat dari siapapun yang mengatakan “Insya ALLAH Bulan Depan Saya akan Naik Umroh” , yang ada justru “ Insya ALLAH, Bulan Depan Saya Akan Ibadah Umroh” tetapi berbeda dengan Haji, saya pastikan Anda akan menemukan kalimat dari orang-orang yang ingin berhaji dengan kata-kata berikut “Jang, Emak Ingin Naik Haji” atau “ Insya ALLAH Tahun Depan Saya Akan Naik Haji” Kenapa Istilahnya tidak disamakan saja dengan UMROH, Seperti “ Jang, Emak Ingin Sekali Ibadah Haji”, atau “Insya ALLAH Tahun Depan Saya Akan Menunaikan Ibadah Haji”. Indah bukan?

Masalah lain dari istilah “Naik Haji” adalah banyaknya banyolan yang menurut saya tidak pantas untuk disebut banyolan, coba aja simak candaan-candaan seperti “ Ya Udah, Kalau Kamu Ga Bisa Naik Haji, “Naikin” Mak Haji Saja” , Ibadah Haji adalah ibadah mulia, kita dipandang sebagai tamu ALLAH di sana, Ibadah yang mulia itu kok menjadi banyolan yang mengarah kepada banyolan “mesum”?, akar masalahnya ada pada isitilah NAIK HAJI tersebut, ditambah lagi Bangsa kita kadang kelewatan soal kreativitasnya, sehingga ada saja istilah-istilah yang mengaburkan makna kesucian Ibadah.

Kemudian Masalah lainnya soal Haji ini adalah HAJI HANYA UNTUK ORANG YANG MAMPU, kalimat inipun dimaknai sebagai istilah untuk “ngeles” bagi yang “tidak mau” berhaji, misalnya ada kalimat-kalimat seperti “Hajikan hanya untuk orang yang mampu”. Saya perjelas bahwa soal ibadah bukan hanya Haji untuk orang yang mampu, ibadah apapun akan menitikberatkan pada yang mampu, misalnya Orang yang tidak mampu Sholat berdiri maka sholat duduk, orang yang tidak mampu sholat dengan duduk, maka sholat dengan berbaring, Sholat dengan berbaring tidak mampu maka sholat dengan isyarat, sholat dengan isyarat tidak mampu juga ya sudah sholatkan saja, demikian juga dengan Zakat, bagi yang tidak mampu berzakat maka dia dizakati atau menjadi mustahik (penerima) zakat, artinya apa? Semua Ibadah itu tidak memberatkan dan hanya untuk yang mampu, jangan sampai istilah “Hanya Untuk yang MAMPU” ini menjadi alasan semua orang menjadi berat untuk melaksanakan Ibadah Haji, Ibadah Haji itu WAJIB bagi siapapun, mau kaya atau miskin, mau pejabat atau rakyat, tetap berlaku hukum yang sama dan setara dengan Sholat, Zakat dan Berpuasa. Istilah Mampu dan tidak mampu ini hanya soal Rukhsoh (keringanan) dari ALLAH. Artinya Semua kita Mampu jika beriman kepada ALLAH SWT.

Satu hal yang perlu diingat adalah “Allah Tidak Pernah Memanggil Orang Yang Mampu, Tetapi Allah Akan Memampukan Orang Yang Terpanggil” . Pertanyaanya adalah Kita Terpanggil atau tidak untuk Berhaji? Jika Hati kecil Anda menjawab TERPANGGIL, Insya ALLAH Anda Mampu, dan sebagai bukti Anda terpanggil , hari ini Anda sudah memiliki Tabungan Haji walau isinya mungkin baru ratusan ribu rupiah, tetapi hakikat keterpanggilan hati Anda untuk datang ke Baitullah sudah berbentuk tabungan tersebut.

Kita Menantikan Lebaran Haji Kembali, Setelah Ramadhan, Syawal dan Dzulqaidah kita lewati…Insya ALLAH.

Bandung, 6 September 2011

Ahmad Muhammad Haddad Assyarkhan (Adi Supriadi), Direktur Rabbani Hamas Institute Indonesia, dapat dihubungi 085860616183 / 081809807764 / YM : assyarkhan / FB : adikalbar@gmail.com / Twitter : @assyarkhan / GoogleTalk : adikalbar / Skype: adikalbar / PIN BB : 322235A9

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun