Mohon tunggu...
Adi Supriadi
Adi Supriadi Mohon Tunggu... Lainnya - Berarti Dengan Berbagi, Sekali Berarti Sesudah Itu Mati. Success by helping other people

Activist, Journalist, Professional Life Coach, Personal and Business Coach, Author, Counselor, Dai Motivator, Hypnotherapist, Neo NLP Trainer, Human Capital Consultant & Practitioner, Lecturer and Researcher of Islamic Economics

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Trisula Kemajuan Perburuhan Indonesia

1 Mei 2011   08:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:12 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_173054" align="aligncenter" width="640" caption="Stop Demo Buruh (pewartaonline.blogspot.com)"][/caption]

"Bicaralah Dalam Bahasa Kaumnya" kalimat ini masih saya pegang, khususnya ketika berinteraksi dengan kalangan pekerja. Sebuah strategi komunikasi tersendiri untuk bisa masuk kedalam dunia mereka, bersama-sama berbincang tentang kenyataan hari ini dan membuka beragam suasana tentang kehidupan terbaik dimasa mendatang. Sebagai seorang pementor dikalangan pekerja, kita selalu senang ketika berada didalam kumpulan mereka. Dalam diri pekerja, terbentang sebuah harapan bahwa mereka akan dapat membantu keluarga. Membersamainya, seakan terbesit harapan yang sekiranya Kepada mereka, para pekerja itu, saya sering menitip cita dan harapan.

Dunia pekerja memang berbeda. Sepanjang perjalanan membersamainya, misalkan dalam sebuah forum tertentu, mereka lebih suka suasana yang menyenangkan, penuh canda tawa dan suasana-suasana yang bisa membangun semangat hidup di tengah kesulitan hidup. Saya sering diprotes ketika membawakan sebuah acara yang terlampau serius, kurang humornya.

Walaupun saya juga sekarang seperti mereka, ternyata saya masih belum bisa menjalin komunikasi yang tepat dengan mereka, ternyata saya masih harus banyak belajar untuk masuk kedalam dunia mereka. Terutama dalam hal mengkomunikasikan nilai-nilai dan pencerahan untuk kalangan pekerja.

Sekitar hampir enam tahun, saya bergabung dengan Rabbani Hypnofashion yang berada di Kota Bandung sebagai Human Recources. Banyak kegiatan yang dilakukan, mulai dari mentoring (pendampingan) agama Islam, kegiatan pesantren ramadhan serta berbagai training semisal pengembangan diri, smart learning maupun outbound training. Ketika bergabung dengan perusahaan inilah saya berusaha sebisa mungkin menempatkan diri menjadi sosok yang menyenangkan bagi mereka.

[caption id="attachment_173055" align="alignright" width="306" caption="Gubernur Jabar Dari PKS dengan Program Utama 1 Juta Lapangan Kerja"]

1333682404274547188
1333682404274547188
[/caption]

Pekerja itu, tak terlalu senang untuk didoktrin serta dilarang-larang. Semakin dilarang, semakin dikekang, justru akan membuatnya penasaran. Nah, dengan kenyataan yang semacam ini, saya mencoba untuk memberikan pilihan-pilihan bagi mereka ketika memandang sebuah permasalahan. Dengan begitu, mereka mendapatkan alternatif menentukan kehidupan terbaik kelak dimasa depannya.

Tugas saya ketika bersama mereka memang sering begitu. Saya lebih senang memberikan alternatif pilihan daripada memaksakan sesuatu harus begini dan begitu. Pemaksaan tertentu, justru kerap membuat mereka jengah. Misalnya peraturan Perusahaan, selama ini, peraturan dibuat seringkali tidak melibatkan pekerja sehingga mereka sering memandang aturan sebagai sesuatu yang menyebalkan, menjalaninya karena penuh keterpaksaan.

Alangkah indahnya jika peraturan dibuat dengan melibatkan pekerja sehingga mereka akan dengan senang hati, dengan solidaritas untuk menjalankan aturan tersebut karena mereka menjadi tahu latarbelakang mengapa peraturan dibuat. Karena dibuat bersama-sama, ketika melanggarnya, mereka akan dengan senang hati menerima konsekuensi, sanksi yang ada sesuai dengan aturan tersebut .

Dan… mereka tak suka menjadi tertuduh.

Banyaknya alasan untuk menghindar dari pembinaan menjadi hal biasa dalam diri kaum pekerja. Mengisolir mereka yang dianggap nakal sebagai sosok tertuduh, sebagai biangkerok, malah membuat mereka semakin menjadi-jadi, bukan membuatnya memikirkan untuk berbuat dan menjadi lebih baik. Bagaimana mengatasinya, ya dengan bahasa pekerja. Pandangan penuh cinta perlu ada, terutama perlu dimiliki oleh para manager yang selama ini memang menjadi bagian dari kehidupan mereka di perusahaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun