Mohon tunggu...
Adisty HurrinAin
Adisty HurrinAin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiwa Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Indonesia

Hii, aku suka membagi cerita pengalamanku dan menulis sebuah cerita.

Selanjutnya

Tutup

Trip

Perjalanan dengan Melawan Rasa Takut

26 Juli 2023   18:50 Diperbarui: 28 Juli 2023   21:30 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi saya, laut adalah hal yang paling menakutkan. Terlalu banyak ketakutan-ketakutan yang saya rasakan tentang laut, kedalaman laut yang gelap, hingga hal-hal mengerikan apa saja yang ada didalam laut. Tetapi, dalam perjalanan saya ke Batulicin ini, saya akan menceritakan bagaimana hilangnya rasa-rasa takut itu.

Di mulai dengan lebaran Idul Fitri pada bulan April lalu, saya dan keluarga besar saya berkunjung ke rumah nenek dan kakek di Makassar tepatnya di Kabupaten Barru. Suasana disana tidak begitu ramai, cuaca disana juga sangat panas melebihi Kota Yogyakarta ini. Oh iya, saya saat ini ber-domisili di Yogyakarta untuk berkuliah di salah satu Universitas yang berada didekat Merapi. Saat di Kabupaten Barru kemarin adalah hari pertama seluruh keluarga saya berkumpul senjak beberapa tahun belakangan ini. Saya dan keluarga besar saya sangat menikmati liburan bersama disana.

Selang beberapa minggu setalah menikmati liburan di Kota Makassar, Kabupaten Barru, kami juga mengunjungi beberapa tempat yang berada di Kabupaten Pare-Pare. Menurut saya, Makassar adalah kota yang sangat padat dan masyarakatnya kurang tertib pada lalu lintas jalan disana. Macetnya jalan yang melebihi Kota Jakarta membuat saya heran selama berada di sana. Tetapi dibalik itu, menurut saya Kota Makassar sama seperti Kota Yogyakarta yaitu kota pelajar.

Sebelum mengakhiri liburan saat itu, saya dan beberapa anggota keluarga saya memutuskan untuk pergi ke salah satu Ibu Kota yang berada di Kalimantan Selatan, yaitu Batulicin Ibu Kota dari Kabupaten Tanah Bumbu. Ini kali pertama saya untuk pergi kesana, untuk sampai kesana kami menggunakan kapal dengan tujuan Makassar-Batulicin dan memakan waktu 24  Jam.

Ini merupakan kali pertama saya menaiki kapal setelah 16 tahun lamanya, karena terakhir kali saya menaiki kapal adalah pada saat saya berusia 3 tahun. Pikiran saya saat itu adalah “bagaimana saya akan melawan rasa takut saya  dengan laut nanti?”, “apakah akan baik-baik saja di dalam kapal?”, atau “apakah signal di tengah laut nanti lancar?”. Pertanyaan-pertanyaan itulah yang membebani saya sebelum pergi ke sana. Di balik itu, saya tau bahwa saya harus melawan semua rasa takut dan pikiran-pikiran saya itu. Karena saya ingin pergi ke Batulicin maka saya harus melewati itu semua.

Sampai dengan tiba-nya hari dimana kami menaiki kapal dengan tujuan Batulicin. Saya melihat kapal yang cukup besar dari luar, dan melihat ke arah laut yang saya tau akan melewati perjalanan yang cukup panjang semalaman ditengah sana. Seperti pada perjalanan saat naik pesawat, kami menukarkan tiket, menimbang bagasi, mendapaatkan nomor tempat tidur hingga mendapatkan jatah makan setiap pagi-siang-malam. Saya dan keluarga saya menaiki kapal tersebut dan mengambil tempat sesuai dengan nomor yang diberikan, di dalam kapal juga terlihat bersih, begitupun kamar mandi didalamnnya.

Di area kapal, kami dibagikan dalam beberapa blok kamar, yang 1 bloknya berisikan 7 deret tempat tidur dan 35 kasur, di masing-masing deretnya berisikan 5 kasur sesuai dengan nomor penumpang. Terdapat 2 katin yang menjual makanan ringan hingga beberapa makanan berat. Kantin yang paling sering saya kunjungi adalah kantin yang terdapat di lantai paling atas, karena disana saya bisa melihat langsung laut biru, langiit, dan pemandangan sekitar lainnya.

Saya dan keluarga saya sangat menikmati perjalanan di dalam kapal, kami bercerita, mengobrol dengan orang baru, dan bersantai di kantin. Hanya itu yang bisa kami lakukan karena tidak ada signal di tengah laut. Karena perjalanan ini memakan waktu cukup lama dan tanpa signal, pastinya saya dan keluarga saya terkadang merasa bosan dan hanya ter-tidur selama berjam-jam.

Saya terus memandangi laut dan sekelilingnya, walaupun yang saya lihat hanya laut kosong, burung-burung ber-tebrangan dan awan biru yang sangat cerah. Tetapi dengan begitu, saya bisa menghilangkan rasa takut saya terhadap laut. Saya percaya bahwa laut merupakan salah satu ciptaan Tuhan yang sangat indah. Disana juga sangat banyak anak kecil yang bermain, menangis, dan menonton.

Di sore hari, sekitar jam 15.00-an, saat saya sedang melihat air laut di bawah kapal, saya melihat Ikan lumba-lumba yang cukup banyak. Saya berteriak dan membertahu keluarga juga orang sekitar bahwa ada lumba-lumba di bawah sana. Perasaan saya saat itu sangat senang, saya bisa melihat ikan lumba-lumba di laut secara langsung, Wahh!! Itu adalah pengalaman terbaik saya. Langit sore di tengah laut juga sangat indah, mendengar suara laut juga sangat indah, dan memandangi air laut yang dilalui kapal pun juga indah.

Ketakutan saya tentang laut mulai menghilang, tidak ada penyesalan yang saya rasakan dengan naik kapal hingga saat ini. Hingga tiba waktunya malam hari, semuanya gelap dan tenang. Saya pergi ke lantai paling atas dan saya tidak melihat apapun, hitam dan gelap berada di tengah laut, tidak ada lampu yang menandakan ada kapal lain, atau lampu yang mendakan bahwa ada pulau di sekitar. Hanya lampu dari kapal saya yang menerangi malam itu, dan suara laut yang deras.

24 jam perjalanan kali ini cukup berkesan untuk saya, saya mendapatkan pengalaman baru, bisa melawan rasa takut saya, merasakan bagaimana naik kapal, bagaimana berada ditengah laut, bagaimana indahnya laut, langit, burung-burung terbang dan lumba-lumba. Saya sampai di Batulicin sekitar jam 9 pagi, sesampainya saya di sana saya langsung turun dan pulang ke rumah keluarga saya untuk ber-istirahat.

Batulicin tidak jauh beda dengan Kota Barru, hanya saja di sana lebih ramai dan lebih banyak pertoko-an. Batulicin juga memiliki bandara untuk pesawat terbang, hanya saja jika ingin ke Batulicin dengan pesawat terbang maka harus transit dulu ke Banjarbaru lalu menggunakan pesawat yang lebih kecil untuk ke Batulicin.

Cerita pengalaman ini saya buat adalah sebagai bentuk Appresiasi terhadap diri saya yang sudah berani untuk menghilangkan salah satu rasa takut yang besar dalam diri saya. Dan juga saya ingin pembaca merasakan betul seperti apa perjalanan yang saya alami dan apa yang saya rasakan saat itu. Ini merupakan perjalanan yang sangat menyenangkan bagi saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun