Indonesia merupakan negara yang dikenal dengan negara kepulauan yang memiliki keberagaman ras, suku, adat, dan agama. Dengan keberagaman tersebut menimbulkan banyak perbedaan yang terjadi di Indonesia, sehingga bangsa Indonesia dulunya tidak langsung menyatu menjadi satu kebangsaan, namun terpisah-pisah menjadi beberapa suku yang memiliki ciri khas kebiasaan dan tingkah laku tersendiri, pada akhirnya terdapat Pancasila yang menjadi dasar negara Indonesia sekaligus menjadi pedoman dalam menjalani kehidupan masyarakat setelah terjadinya kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
Nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila menjadi tolak ukur bagi bangsa Indonesia dalam penyelenggarakan bernegara dan menjadi penolong keberagaman dalam masyarakat Indonesia dengan sikap toleran terhadap banyaknya perbedaan yang ada. Hal ini telah diterapkan oleh para pemuda bangsa Indonesia sejak zaman kemerdekaan. Namun apakah pada era millenial ini Pancasila masih menjadi pandangan hidup para pemuda Indonesia dengan pembudayaan dan aktualisasi nilai-nilai Pancasila yang tidak lagi berjalan efektif dan mendasar. Tujuan penulisan essay ini adalah untuk mengetahui apakah generasi milenial masih menjalankan pedoman Pancasila dalam kehidupan mereka saat ini.
     Generasi milenial berada di usia produktif dalam menjalani peranannya di kehidupan berbangsa dan bernegara di masa depan yang bukan hanya sebagai pengganti generasi sebelumnya, tetapi hadir menjadi ujung tombak baru bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Peran menjalankan kehidupan sesuia Pancasila sangat penting diperhatikan oleh generasi milenial karena generasi inilah yang memegang tanggungjawab sejarah bangsa tercinta. Generasi ini tumbuh saat perkembangan teknologi sedang pesat-pesatnya, tentu sangat berbeda dengan generasi sebelumnya karena generasi ini lebih melek terhadap teknologi. Ditengah perkembangan teknologi yang canggih ini tak jarang generasi milenial menyalahgunakan media sosial yang tidak mencerminkan nila 5 sila yang terdapat dalam Pancasila, hal ini tentu mempengaruhi kebiasaan serta cara pandang mereka.
Menurut Woolfolk dalam Yasmin (2010: 28), gaya berpikir menunjukkan perbedaan individu tentang bagaimana mereka mendekati suatu tugas, tetapi variasi-variasi ini tidak menunjukkan tingkat inteligensi atau bentuk kemampuan tertentu, Gaya berpikir merupakan suatu cara yang dipilih, yang menunjukkan perbedaan setiap individu dalam memproses dan mengorganisasi informasi sebagai respon terhadap stimuli lingkungannya (Nadiroh & Budiaman, 2015). Jadi, penerapan Pancasila sebagai pedoman bangsa haruslah dimulai dengan menjadikan Pancasila sebagai pedoman individual yang akan membawanya kedalah hal positif untuk keberlangsungan kehidupan di masa akan datang.
     Namun, bukan berarti Pancasila dijadikan pedoman melebihi agama yang dianut, karena Pancasila merupakan dasar negara dalam menjalani kehidupan di wilayah Indonesia agar tertib dan teratur. Jika dilihat pada era milenial saat ini nilai Pancasila sebagai pedoman sudah tidak lagi penting dalam mengatur kehidupan masyarakat apalagi pada perkembangan teknologi yang snagat pesat pada saat ini.
Banyak pemuda milenial yang terbawa arus westernisasi sehingga menyimpang Pancasila, contohnya mengikuti trend budaya barat dan meninggalkan budaya lokal yang menganggap budaya lokal adalah budaya yang kuno dan menganggap keren budaya barat, tidak melakukan ibadah karena lebih mementingkan gadget, bahkan leboh parahnya sampai menjelek-jelekkan agama, ras, suku, dan golongan mereka. Hal ini sangatlah meprihatinkan karena dapat merusak persatuan dan kesatuan Negara Indonesia.
Seharusnya, pemuda saat ini tetaplah berpegang teguh pada Pancasila sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan bernegara sesuai nilai-nilai sila Pancasila, nilai ketuhanan yang menjadikan nilai-nilai religious sebagai sumber etika  dalam bersikap. Menghargai perbedaan agama dan kepercayaan dalam bermedia sosial akan menimbulkan rasa kesepadan dalam umat beragama. Tidak melontarkan rasa kebencian sehingga menimbulkan rasa permusuhan atau saling benci yang membuat keidupan beragama menjadi tidak tentram dan damai.
     Nila kemanusiaan pada sila Pancasila ke-2 memahami dan menghargai hak dan kewajiban setiap orang dalam postingan di media sosial, serta tidak menyebarkan konten hoax dan provokasi karena hal tersebut merupakan Tindakan yang tidak beradab. Nilai persatuan, dalam perkembangan teknologi hampir setiap pemuda milenial menggunakan media sosial dalam kehidupannya sehari-hari dengan begitu kaitannya dengan nilai persatuan Pancasila media sosial dapat digunakan sebagai tempat untuk memperkuat semangat nasionalisme dan memprioritaskan persatuan dan kesatuan bangsa  diatas kepentingan golongan. Selalu menjunjung tinggi bhineka tunggal ika dalam setiap perbedaan di dalam media online. Nilai musyawarah dalam hikmat kebijaksanaan, berlaku untuk dijadikan pedoman , khususnya untuk memilih pemimpin ataupun mengatasi berbagai masalah kehidupan dan menentukan suatu pilihan. Janganlah kita menjadi pemuda yang arogan, memiliki ego yang tinggi dalam mengatasi masalah dan juga harus bersikap demokratis dengan mementingkan kepentingan Bersama untuk mufakat dalam pengambilan keputusan yang tidak bisa diambil secara ototriter serta jadikan musyawarah ini menjadi jalannya jangan main hakim sendiri. Selanjutnya nilai sila kelima yaitu keadilan sosial, bahwa setiap orang memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk mengakses informasi dan berkumpul dalam kelompok-kelompok media sosial dengan tetap mengahragai hak asasi manusia setiap orang dan bersikap adil terhadap orang yang menggunakan media sosial tidak memandang ras, suku, dn golongan.
 Oleh karena itu Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia dalam kehidupan generasi milenial adalah untuk memfilter atau menangkal hal-hal negative yang masuk dari luar, terutama pada era yang menghawatirkan ini. Dengan begitu Pancasila harus terpahami dan terinternalisasi pada setiap individu dan mampu menggunakan Pancasila sebagai alat penyelesaian masalah. Pada hakikatnya generasi milenial harus terus memahami arti yang terkandung dalam Pancasila serta dapat mengamalkannya dalam keberlangsungan kehidupan yang akan datang. Sesuai nilai-nilai yang sudah ditanam sejak dulu, ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, permusyawaratan, keadilan bukan hanya dihafal namun haruslah diterapkan dalam diri sendiri dan mengembangkan perasaan kecintaan ini pada generasi milenial.
Daftar Pustaka
Akabarsyah, Agustry. 2019. Pancasila dalam Pandangan Generasi Milenial. FromÂ
    https://www.kompasiana.com/agustryakbarsyah/5d92f13c097f3679c2730463/pancasila- Â
    dalam-pandangan-generasi-milenial
Â
Mardiyanti. 2019. Pancasila dan tantangan milenial. Jakarta- Detiknews. From   Â
      https://news.detik.com/kolom/d-4573104/pancasila-dan-t
antangan-milenial
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H