Mohon tunggu...
Lisa Adistiarini
Lisa Adistiarini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Karyawan Swasta

Juru ketik digital

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menikah, Menyempurnakan Separuh Agama atau Tekanan Sosial?

7 Desember 2018   11:10 Diperbarui: 7 Desember 2018   11:35 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pernikahan (Foto: Thinkstockphotos.com)

Di umur pertengahan 20-an memang idealnya untuk menikah. Tapi, kedua orang tua saya selalu mengingatkan bahwa "Menikah itu bukan hanya soal hidup bersama, tapi kamu yang akan tahu kapan kamu siap. Ketika udah waktunya, semesta akan menyiapkan segalanya".

Ada baiknya jangan minder sebagai orang yang belum menikah. Karena ukuran waktu untuk melihat potret masa depan gak perlu dibandingkan dengan orang lain. Kecepatan gak perlu dibandingkan dengan kualitas.

Ketika ada teman menikah ataupun belum menikah, lebih baik kita sama-sama mendoakan yang terbaik untuk mereka, sembari kita terus fokus memaknai kehidupan yang baik bagi diri kita sendiri.

Intinya, kita harus tetap percaya diri meskipun jalan hidup yang kita ambil dari hati belum tentu bisa dipahami orang lain. Karena semua akan indah pada waktunya kalau kita yakin.

Tema 'pernikahan' sering saya diskusikan dengan sahabat-sahabat saya, dan ternyata kita punya pemikiran yang sama. Nikah itu bukan perkara senang sehari, sebulan, setahun. Tapi kita bakal jadi satu dengan orang  yang dari bangun tidur sampai tidur lagi. 

Selamanya. Bukan asal ngomong, "Ya udah, nikah aja yuk". Apalagi di perjalanan akan ada banyak  tantangan, kalau gak 100% yakin, janji seumur hidup akan jadi jebakan.  Ingat, menikah itu bukan hanya dengan pasangan, tapi juga dengan keluarganya.

Sedikit input nih, sebaiknya gak usah kebelet ingin buru-buru nikah. Nikmati aja dulu masa-masa single, kerja dan perluas koneksi. Buatlah orang tua bangga, bahagiakan dulu mereka dan diri sendiri. 

Karena begitu  menikah, kita pasti terikat dengan suami yang segala sesuatunya perlu didiskusikan, orientasinya bukan lagi "aku", tapi "kita". Dan yang gak  kalah penting, kita dewasakan diri sendiri dulu, harus siap mental, siap  berjuang, karena ngurus suami dan apalagi kalau udah punya anak  tidaklah mudah.

Jadi, menikahlah ketika kalian siap. Bukan karena melihat orang lain menikah, atau karena dikejar umur, apalagi disuruh.

Menikahlah karena menemukan kebahagiaan hidup bersama pasangan, bukan hanya sekedar memiliki pasangan.

Mari kita saling mendoakan yang terbaik untuk kita bersama. Ingatlah, menikah itu bukan sebuah prestasi, melainkan sebuah pilihan. Pilihan  yang harus dipertanggungjawabkan pada diri sendiri dan Tuhan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun