Mohon tunggu...
Lisa Adistiarini
Lisa Adistiarini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Karyawan Swasta

Juru ketik digital

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Vakum Main Instagram, Inilah Hikmahnya

27 November 2018   17:02 Diperbarui: 29 November 2018   15:01 2455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pemberian Respon Postingan Instagram (Gambar: Lili Sams/Mashable.com) )

Empat hari yang lalu saya kembali membuka aplikasi Instagram setelah sekian lama vakum. Alasan saya vakum main Instagram adalah untuk mengurangi ketergantungan dengan Instagram. Karena dari semua media sosial, Instagram-lah yang memberikan dampak paling besar.

Saya paham, saya gak bisa ngatur orang-orang untuk tidak memposting hal-hal yang annoying buat saya. Jadi, saya rasa, saya-lah yang (belajar) mengurangi main Instagram.

Annoying di sini ada berbagai tipe. Yang jelas memberi dampak yang gak baik, seperti, jadi lebih konsumtif, nyinyir, iri, dengki ... itu yang saya hindari.

Bukan jodoh aja yang merupakan cerminan diri kita, media sosial pun sama. Kita memposting konten X agar semua penjuru dunia tahu, lalu berbalas komentar Y dengan pengguna lain. Kalau dilihat dari situasi seperti itu, karakter kita mudah dibaca. Dan belum tentu juga konten yang kita posting adalah nyata.

Gak tahu sih cara saya vakum main Instagram ini benar atau enggak. Karena setelah melakukan cara ini, saya mendapat dua hal, negatif dan positif.

Positifnya, saya benar-benar lebih aware dengan lingkungan sekitar saya. Lebih memperhatikan secara langsung tentang banyak hal, lebih nyata, dan jadi semakin mengenal diri sendiri.

Gak tahu kenapa, menurut saya media sosial itu semacam pelarian. Seru sih, happy, tapi, manfaat buat kita apa?

Negatifnya setelah saya gak main Instagram, saya melewatkan beberapa hal yang lumayan penting. Seperti, teman yang nikah, tapi karena dia kirim undangannya via DM Instagram, saya jadi telat tahu infonya. Atau kabar teman yang ternyata udah melahirkan, promo dari brand kesayangan yang ngeluarin produk terbarunya yang oke hehehe. Intinya beberapa hal saya lewatkan dari gak main Instagram.

Tapi, yang buat saya gak paham, ini sebetulnya salah saya atau orang lain ya. Maksudnya, kenapa kirim undangan pernikahan via DM Instagram? Apa dia berharap via DM Instagram, orang-orang akan fast respon? Kenapa gak via WhatsApp, Line, atau SMS? Toh dia pun punya kontak saya.

Kenapa juga enggak share via grup angkatan? Hmm.. positive thinking-nya mungkin karena tamu yang diundangnya hanya terbatas atau hanya orang tertentu aja.

Hal itu menjadikan pertanyaan muncul. Apakah saat ini hubungan sosial orang-orang berjalan? Atau hanya bergantung dengan media sosial?

Contohnya, ketika jaman kuliah. Saya gak ada paket internet selama beberapa hari, otomatis saya malah jadi telat dapat informasi penting seputar tugas atau pengumuman terkait kampus. Ketika saya menanyakan ke ketua kelompok, dia jawab, "Saya kan udah share di grup".

Dan kalau dipikir-pikir mungkin saya juga sih yang salah. Kenapa gak inisiatif untuk sekedar menanyakan tugas. Tapi secara gak langsung contoh itu membuktikan bahwa memang orang jaman sekarang dominan main media sosial dan chatting app.

Terkadang saya pun sama, merasa udah cukup hanya dengan info via grup atau personal chat di chatting app. Padahal sih belum tentu juga sampai ke orangnya.

Intinya, kalau saya ditanya balik main Instagram atau enggak, saya memilih untuk tetap mengurangi. Bukan untuk meninggalkan, tapi membiasakan diri supaya enggak ketergantungan aja.

Memang sih Instagram hanyalah media. Tapi, sebetulnya kita juga bisa untuk merubah cara pandang dan mempertajam inner circle kita di media sosial. Caranya memfilter teman-teman yang dirasa memberi dampak negatif dan pilihlah teman-teman yang kreatif dan menginspirasi (positif). Karena melihat track record mereka mencapai sebuah hal itu sangat memotovasi. Sugestinya "agar saya gak gini-gini aja" hehehe.

Walaupun saat ini saya kembali main Instagram, tapi hanya untuk kepentingan pekerjaan, dan tentunya bukan akun pribadi.

Untuk sementara waktu akun Instagram saya kondisinya sudah seperti rumah tak berpenghuni. Dikunci, dan mulai berdebu.

Tapi hikmah yang didapat setelah vakum main Instagram adalah ketertarikan saya untuk Instagram mulai berkurang.

Saya berusaha untuk gak yang dikit-dikit main hape, cek WhatsApp, Line, dll. Kecuali kalau bersangkutan dengan kerjaan. Dan saya jadi sering menghabiskan waktu buat ngobrol kalau ketemu orang.

Kalau memang dirasa penting, saya juga membiasakan diri untuk telepon ke nomor hapenya langsung, bukan hanya bergantung dari chatting app.

Harapannya orang lain juga nantinya bisa begitu ke saya. Saya membiasakan diri untuk mulai dari diri sendiri dulu, dan jangan berharap orang lain akan melakukan itu kalau diri kita sendiri masih melakukan hal yang sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun