Yuk kenalan!
Kamu mungkin sudah familiar dengan 'cumi-cumi' atau kerabat dekatnya, 'sotong',  tetapi apakah kamu pernah mengenal cumi-cumi bobtail? mungkin sebagian dari kalian belum mengenalnya, namun cumi-cumi bobtail ini cukup terkenal karena ukurannya yang mungil, polanya yang cantik, dan bentuknya yang menggemaskan lho!. Cumi-cumi bobtail termasuk ke dalam famili Sepiolidae dengan lebih dari 50 jenis berbeda yang telah dikenal oleh para ilmuwan. Di sini kita akan mengenal lebih dekat mengenai cumi-cumi bobtail secara umum sekaligus salah satu jenis dari cumi-cumi bobtail yang unik, yaitu Sepiola atlantica atau cumi-cumi bobtail Atlantik.
Bentuk cumi-cumi bobtail umumnya membulat dengan sirip berenangnya yang berbentuk seperti ginjal dan total panjang tubuhnya hanya berukuran 1-10 cm, imut sekali bukan?. Berbeda dengan cumi-cumi bobtail lainnya yang mempunyai hanya 2 baris penghisap (suckers) pada lengannya, S. atlantica mempunyai 4-8 baris penghisap pada lengannya. Penghisap pada lengan cumi-cumi atau Cephalopoda pada umumnya digunakan untuk memegang mangsanya. Mangsa utama dari S. atlantica merupakan udang-udangan yang berukuran lebih kecil darinya, seperti sejenis mysid.
Di mana kah mereka ditemukan?
Cumi-cumi bobtail berhabitat di wilayah pasang-surut (intertidal) hingga ke kedalaman 1.600 m. S. atlantica khususnya menghabiskan banyak hidupnya di dalam substrat, sehingga para ilmuwan menyebutnya sebagai hewan yang bersifat nektobenthic. Subtrat yang ditempati oleh S. atlantica terdiri dari berbagai macam, tetapi ia cenderung menyukai subtrat yang berpasir. Cumi-cumi bobtail umumnya tersebar di wilayah tropis, musiman, dan beberapa perairan artik. Tetapi untuk S. atlantica sementara ini diketahui melimpah dan tersebar luas di benua Eropa, lebih tepatnya di bagian timur laut Atlantik, dari Islandia hingga Maroko.
Bagaimana mereka bereproduksi?
Sel telur yang dihasilkan oleh satu S. atlantica betina dewasa dapat berjumlah 8-407 buah, hal ini akan bervariasi, dipengaruhi oleh ukuran betinanya dan juga oleh dinamika kondisi lingkungan. Pada jantan dewasa, spermatofora yang dihasilkan rata-rata berjumlah 195 dengan kisaran 59-338. Saat musim kawin, S. atlantica jantan akan memindahkan spermatoforanya kepada betina dan dapat disimpan oleh betina selama sampai 1 bulan di kantung penyimpanan khususnya (bursa copulatrix). Pengamatan ilmuwan menunjukkan bahwa ibu S. atlantica tidak akan merawat telurnya hingga menetas dan tidak akan hidup lebih dari satu hari setelah proses bertelur selesai. Namun uniknya, teramati bahwa kematiannya tidak tampak berkaitan dengan kelelahan pasca bertelur.
Telur S. atlantica yang menetas akan menunjukkan kelimpahan dari anakannya yang berpuncak di musim panas dan musim gugur. Telurnya berwarna oranye dan berbentuk seperti tetesan, serupa dengan telur pada jenis dari cumi-cumi bobtail yang lainnya. Sekali bertelur, jumlahnya beragam dari 1 hingga 89 telur melalui beberapa kali peneluran selama periode tertentu yang lamanya dapat mencapai 20 hari. Ukuran dan jumlah telur dikatakan berkorelasi positif dengan ukuran dari S. atlantica betina. Hal tersebut menyebabkan adanya pengaruh dari ukuran maternal kepada besar potensi kebertahanan keturunan pada populasi.
Kebiasaan unik!
Beberapa keluarga cumi-cumi bobtail pada famili Sepiolidae mempunyai kebiasaan yang unik, yaitu mengubur dirinya pada substrat berpasir. Tapi tenang saja, karena perilaku mengubur diri ini tentu punya tujuannya, yaitu untuk melindungi dirinya dari potensi serangan predator atau pemangsa cumi-cumi bobtail. Bagaimanakah cara cumi-cumi bobtail ini mengubur dirinya?. Pertama, cumi-cumi bobtail akan "meniup-niupkan" pasir di bawahnya sampai bagian tubuh bawahnya terkubur. Fase pertama melibatkan penggalian pasir dengan badan cumi-cumi bobtail hingga hampir semua tubuhnya terkubur (dapat dilihat pada Gambar 2. bagian A, B, dan C). Pada fase kedua, cumi-cumi bobtail akan menjulurkan lengan-lengannya keluar dari pasir. Lengan-lengannya akan mengumpulkan pasir di sekitarnya untuk mengubur bagian leher dan kepalanya yang tidak terkubur saat tahapan pertama (dapat dilihat pada Gambar 2. bagian D, E, dan F).
Perbedaan cara penguburan S. atlantica dengan jenis cumi-cumi bobtail lainnya adalah penggunaan lengan yang berbeda saat penguburan fase kedua serta arah peniupan pasir yang kedepan (beberapa spesies meniupkan pasir ke arah yang berlawanan). Antar individu pun akan mempunyai jumlah pergerakan yang berbeda, hal ini bergantung dari ukuran individu cumi-cumi bobtail itu sendiri. Semakin besar ukurannya, cenderung semakin mudah baginya untuk melakukan fase penguburan pertama karena penggalian pasir akan lebih mudah. Sedangkan individu yang besar juga akan semakin membutuhkan banyak waktu untuk mengubur kepalanya dengan bantuan lengannya pada fase kedua karena semakin banyak permukaan tubuh yang harus ditutupi.
Perubahan warna dan pola cumi-cumi bobtail (chromatographic patterns) dapat diamati saat ia melakukan perilaku mengubur diri. Sebelum memilih tempat untuk mengubur dirinya, cumi-cumi bobtail akan mengubah warnanya menyerupai lingkungannya, lebih tepatnya seperti warna pasir atau substratnya. Hal tersebut akan mencegah proses penguburuan terganggu oleh potensi serangan pemangsanya. Kemudian saat proses penguburan, warnanya akan berubah-ubah dari terang ke gelap dan sebaliknya seiring dengan dinamika pergerakan tubuhnya.
Sayangnya, perubahan iklim mengancam teman kecil kita ini. Kenaikan suhu pada perairan laut berakibat fatal pada tahap kehidupan awal S. atlantica secara langsung maupun tidak langsung. Padahal cumi-cumi secara umum penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut kita. Mulai dari menjadi sumber makanan hewan pada tingkatan trofik yang lebih tinggi, seperti mamalia laut (Cetacean), burung-burung laut, krustasea, serta ikan-ikan yang menjadi konsumsi manusia di bumi.
Kita sebagai manusia berperan besar lho untuk senantiasa menjaga keamanan dan kenyamanan di bumi agar kita dapat hidup berdampingan dengan setiap mahluk hidup. Yuk mari kurangi sifat konsumtif berlebihan dan tetap berusaha menjaga kebersihan lingkungan di manapun kita berada~!
DAFTAR REFERENSI
Jones, N. J. E., & Richardson, C. A. (2012). Distribution and reproductive biology of the little cuttlefish Sepiola atlantica (Cephalopoda: Sepiolidae) around Anglesey, North Wales. Helgoland Marine Research, 66(2), 233-242.
Rodrigues, M., Garci, M. E., Troncoso, J. S., & Guerra, A. (2010). Burying behaviour in the bobtail squid Sepiola atlantica (Cephalopoda: Sepiolidae). Italian Journal of Zoology, 77(2), 247-251.
Rodrigues, M., Garci, M. E., Troncoso, J. S., & Guerra, . (2011). Seasonal abundance of the Atlantic bobtail squid Sepiola atlantica in Galician waters (NE Atlantic). Marine Biology Research, 7(8), 812-819.
Rodrigues, M., Garc, M. E., Troncoso, J. S., & Guerra, . (2011). Spawning strategy in Atlantic bobtail squid Sepiola atlantica (Cephalopoda: Sepiolidae). Helgoland Marine Research, 65(1), 43-49.
Yau, C., & Boyle, P. R. (1996). Ecology of Sepiola atlantica (Mollusca: Cephalopoda) in the shallow sublittoral zone. Journal of the Marine Biological Association of the United Kingdom, 76(3), 733-748.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H