Mohon tunggu...
Adis Setiawan
Adis Setiawan Mohon Tunggu... Buruh - Mahasiswa | Penulis Lepas

Ikatlah Ilmu Dengan Tulisan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jangan Khawatir Tidak Diterima di Sekolah Favorit

20 Juni 2019   15:01 Diperbarui: 16 Agustus 2020   15:21 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kenapa saya harus banyak belajar ceramah, karena terkadang siswa yang lain ketika mental dan ilmunya belum siap dan tidak punya materi, mereka tidak berani maju ke mimbar untuk kultum. Akhirnya mereka menemui saya dan meminta bantuan saya untuk yang isi kultum. Jadi, saya harus siap ceramah setiap saat, makanya saya harus menyesuaikan diri. Kalau begitu saya harus mampu mem-back up teman-teman secara otomatis saya harus banyak belajar dan membaca agar tambah wawasan.

*********

Tapi di lain sisi saya juga iri kepada teman-teman yang bersekolah di negeri, mereka banyak teman karena dari berbagai penjuru desa yang sekolah Negeri, kalau sekolahan swasta di tempat saya lumayan banyak muridnya dari berbagai desa ada, tapi tak semua daerah ada yang bersekolah di SMP tempat saya bersekolah, jadi seperti terbatas temannya.

Dulu juga saya berpikir, kalau sekolah di negeri itu bisa gaul apalagi bisa sok-sokan jadi geng, karena umur ketika masih SMP dan SMA itu masa mencari jati diri, jadi seolah-olah kalau bersekolah di swasta tidak bisa gaul. Fashion zaman saya SMP celana 'street' yang pensil itu --seperti celana leging cewek mletet, kalau ingat saya memakainya agak geli juga, ketika itu lagi ramai-ramainya. Pada waktu itu, karena saya sekolah di bawah naungan ormas islam jadi hal berbusana pun juga di atur sesuai budaya islami, mugkin di sekolahan negeri juga di atur tapi ada aturan tersendiri sepertinya.

['' Pola fikir saya sekarang sudah berubah, mau didikan sekolah negeri atau didikan sekolah swasta sama saja yang penting individu mau berkembang atau tidak. Hal itu karena terinspirasi dengan cara pendidikan di bangku kuliah, jadi kita-lah yang seharusnya bergerak, bukan kita di gerakan sekolahan untuk belajar. Yang sampai saya sesalkan adalah kenapa saya tidak belajar di pondok pesantren saja dulu agar tahu lebih dalam tentang wawasan keagamaan, saya hanya jebolan pesantren kilat ''].

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun