Sebetulnya ini tulisan terdapat keadaan yang lucu terjadi dengan para teman dari berbagai latar belakang manhaj (jalan/pemahaman agama) yang berbeda, Kejadian itu terjadi pada saat kami berkumpul, Ternyata sungguh indah kerukunan itu, Tidak seperti di media sosial suasana begitu panas hanya karena berbeda masalah khilafiyah dan manhaj saja dalam agama islam saling di perdebatkan, Padahal didunia nyata diantara kami kalau sedang jaduman (kumpul) dari berbagai manhaj yang berbeda masalah khilafiyah tidak selalu diperdebatkan ngotot merasa paling benar, kami saling menjaga agar selalu rukun dalam pertemanan, dan pastinya perbedaan itu selalu kami sikapi dengan cara bergembira.
Mau tau apa resep kami walapun berbeda dalam masalah cabang ilmu fiqh tapi selalu gembira dalam menjaga pembicaraan agar tidak selalu menyinggung perasaan pada saat berkumpul, Dan kami sudah punya kegiatan rutin yang di sebut malam bimbingan taqwa (menginap disalah satu rumah teman) ini adalah hasil musyawarah kami membentuk suatu kegiatan menginap di salah satu rumah teman disebut "malam bimbingan taqwa" (Mabit), semoga ini bukan bagian dari pada mempermainkan agama karena selama menginap pun kami juga sering berbagi ilmu agama, Walapun terkadang ada perbedaan dalam paham masalah cabang ilmu fiqh saja tentunya itu tidak jadi masalah karena kami punya cara selalu mensikapi keadaan dengan bergembira, Cerita di atas berasal dari pengalaman pribadi dengan para teman mahasiswa.
Ini hanya baru kemungkinan atas dugaan saya untuk menjadikan pelajaran yang akan saya tulis disini, kenapa kami selalu rukun dalam berkumpul walapun kami dari berbagai latar manhaj (pemahaman) yang berbeda, Padahal kami sering bahas ilmu agama ditambah lagi terkadang membahas sikap politik yang panas panas begitu tapi Alhamdulillah masih saja kami bergembira dalam pembicaraan.
Latar belakang teman kami yang sering berkumpul ada yang dari PKS, tarbiyah, NU, FPI, Salafi, Muhammadiyah, dan islam yang KTP juga ada, Yang penting kami moderat tidak ngotot ngototan dalam menerima pemahaman agama dari masing masing teman yang lain.
Menurut pengamatan saya kenapa kami bisa moderat dari latar belakang yang berbeda, Yang pertama adalah bisa jadi karena sering bertemu, Karena semakin sering bertemu menjadi akrab apalagi sudah paham karakter latar belakang masing masing teman membuat kita jadi mendahulukan adab tidak menyinggung pemahaman yang lain, Dan kami mencoba mencari jalan tengah agar dalam berbicara dan menasehati tidak ada yang tersinggung apalagi hanya perkara masalah khilafiyah saja.
Langsung saya tulis yang kedua adalah bisa di sebabkan sering bertemu dengan status sebagai seorang akademisi ee...aa, Maka perlu mengatur perkataan agar keluar yang baik pada saat bertukar pikiran, Saling menjaga perkataan apabila bicara ini itu nanti salah satu ada yang tersinggung, Nanti bisa terjadi keluar fatwa fatwa-nan tambah pusing.
Bisa juga kami ini karena sedang berpendidikan dan sering diuji dengan argumen argumen pihak lain dengan ilmu sopan santun jadi masalah perbedaan sudah biasa mensikapinya jadi ada kalanya serius saat pelajaran tapi ada batasnya setelah berbeda argumen mungkin kami istirahat sebentar dan melanjutkan pembicaraan yang lain.
Bisa juga kami sering saling tukar pikiran dengan pemahaman lain, Tidak hanya kumpul yang hanya Se -kubu saja, Mungkin disaat berkumpul dengan yang beda pemahaman kita bisa bertabayyun dan tukar pemahaman, Apalagi karena kami merasa sudah punya banyak teman dari berbagai latar belakang manhaj yang berbeda, Maka akan timbul perasaan kita untuk menjaga sikap, jaga lisan dan jaga perbuatan takut menyinggung teman teman akrab kami yang biasa berkumpul karena berbeda pikiran semisal kode etik gitu lah.
Â
Terlepas dari itu semua, Tapi terkadang ada lucunya juga kok dalam masalah pembicaraan pada saat berkumpul, Apa saja itu mari kita simak tapi ini hanya contoh saja dan tidak saya tulis semua dari pelajaran dengan para teman kuliah saat berkumpul.
Biasanya yang kita kenal orang yang bermanhaj salafi itu kaku iya to jarang bercanda menurut saya lho, Padahal teman kami tidak begitu juga, bisa bercanda kok yang sedikit lucu contohnya pernah ngomong dengan saya begini "mas jangan panggil kita wahabi lagi ya, terlalu menyakitkan, emang ? jawab saya, Panggil saja kami non NU ya mas ee...aa", hehe saya tertawa, kalau anda paham masalahnya pasti tahu lucunya terdapat dimana, Saya kasih kata kunci nih, Salafi biasanya di Wahabi wahabikan agar kelihatan sesat, Di lain sisi Ada kata Kafir yang di amandemen menjadi NON Muslim jadi untuk bahan diskusi dan jalan tengah, Jadinya mengatakan seperti itu agar tidak menjerumus debat otot soal masalah manhaj, merendah dan sambil guyonan.
Ada juga teman salafi yang moderat, mengajak saya dan bilang begini, Bro iktikaf yuk. Dia dari rumah sudah memakai baju sunnah celana diatas mata kaki, terus baju muslim yang menjulur agak kebawah dan sampai kerumah saya pakaian di lepas akhirnya menginap sambil membicarakan dan tukar pikiran soal pemahaman agama , waduh ini mabit (malam bimbingan taqwa) apa menginap ya hehe. lucu pokoknya
Ada lagi contoh lucu kalau kami sedang berdiskusi dan mulai membosankan, Â teman teman yang tidak merokok alias rokok tidak boleh pada saat sedang berhenti sejenak. Terus kita bercandain begini bagi yang "No Smoking" ini pegang batang rokok di jari sambil kami sedikit paksa dengan bercanda, Â Nanti antum saya foto saya sebarin ke temen temen antum agar mereka tahu kalau antum perokok, Rokok di lempar, ah jangan begitu hahahha
WaAllahu Alam
Oleh Adis Setiawan
Mahasiswa MPI STIT Nusantara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H