Di hari disabilitas internasional ini saya tidak akan banyak membahas tentang apa itu disabilitas karena pasti akan banyak tulisan tentang disabilitas hari ini. Saya akan sedikit mengiris sebagian kecil sebuah potongan dari disabilitas yaitu sekolah inklusif atau pelayanan pendidikan khusus. Saya juga tidak akan banyak membahas apa itu sekolah inklusif secara mendalam dan mendetail tetapi saya akan membahas sisi lain yang mungkin tidak terpantau dari kita semua yaitu tentang seputar mitos dan fakta pendidikan khusus atau sekolah inklusif.
Orang tua dengan anak berkebutuhan khusus tentunya akan menganggap bahwa sekolah inklusif ini adalah tempat eksplorasi untuk anak mereka, eksplorasi disini adalah mengembangkan segala hal didalam diri anak tentunya yang positif, orang mungkin akan berpikir sejenak ketika mendengar sekolah inklusif jika belum mengetahui fakta kebenarannya atau hanya rumor saja. Saya akan sedikit membahas tentang fakta sebuah sekolah inklusif ini.
1."Anak-anak dengan pendidikan khusus harus berada di ruang kelas yang terpisah"
Sebagian besar anak yang mendapatkan layanan pendidikan khusus berada di kelas yang sama dengan anak regular lainnya. Itu bukan hanya pilihan sekolah tetapi juga menurut undang-undang (prinsip-prinsip sebuah sekolah inklusif). Penenlitian menunjukkan bahwa dua pertiga anak dengan ketidakmampuan belajar menghabiskan 80 persen hari mereka di kelas pendidikan umum bersama semua anak lainnya.
2."Pendidikan khusus hanya untuk anak-anak dengan cacat fisik dan intelektual yang berat"
Kebanyakan anak di pendidikan khusus tidak memiliki disabilitas yang parah. Mayoritas siswa masuk kategori "ketidakmampuan belajar khusus". Itu berarti anak-anak yang memiliki masalah membaca seperti disleksia atau diskalkula. Bahkan kelas akselerasi itupun sebenarnya adalah anak-anak berkebutuhan khusus yang memiliki kemampuan intelektual yang diatas rata-rata.
3."Menyekolahkan anak di sekolah inklusi atau pendidikan khusus seperti "pertarungan".
Kita pasti sering mendengar cerita tentang orang tua yang harus "berjuang" untuk mendapatkan layanan bagi anak-anaknya. Setiap sekolah memang mendapat amanat untuk menerima siswa berkebutuhan khusus permasalahannya adalah Kesiapan sekolah baik SDM maupun insfratruktur yang memadai untuk pelayanan pendidikan khusus. Itu kenapa mendapatkan sekolah inklusif rasanya seperti "pertarungan" merebutkan tempat yang sedikit itu.
4."Anak-anak dalam pendidikan khusus akan diberi label selamanya"
Wajar untuk khawatir tentang stigma "label". Namun pendidikan khusus berfokus pada layanan dan dukungan berdasarkan kebutuhan anak bukan "label"nya.Â
Ketika orang tua membantu guru memahami siapa anaknya dalam kehidupan nyata tidak hanya diatas kertas. Dorong anak untuk "self defends" juga. Dan perlu diingat bahwa ketika anak bersekolah di sekolah inklusi tidak berarti anak akan selamanya mengenyam pendidikan khusus selama bersekolah.
5."Layanan pendidikan khusus itu mahal"
Tidak semua layanan dan sekolah inklusif itu mahal. Ada beberapa sekolah atau layanan pendidikan khusus di support oleh pemerintah sehingga untuk pembiayaan sedikit lebih meringankan orang tua.
6."Anak-anak dengan pendidikan khusus harus mengkonsumsi obat"
Mengkonsumsi obat adalah keputusan individu orang tua jika memang diperlukan maka anak diperbolehkan untuk mengkonsumsi obat-obatan.
7."Anak-anak dalam pendidikan khusus tidak dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang sama dengan anak-anak lain"
Anak-anak yang mendapatkan layanan pendidikan khusus dapat mengikuti kegiatan yang sama dengan anak-anak lain baik di dalam maupun di luar sekolah.Â
Sekali lagi peraturan dan prinsip sekolah inklusi memang mengatakan demikian. Memang benar bahwa beberapa anak dengan perbedaan belajar dan berpikir mengalami kesulitan dengan situasi sosial. Namun berada di pendidikan khusus bukan berarti anak-anak tidak bisa mengikuti kegiatan ekstrakulikuler. Dan ada banyak cara untuk membantu anak-anak dengan tantangan sosial