Akhirnya dengan negosiasi dari semua pihak beliau kita terima sebagai pengajar disekolah kami. Sebuah sejarah dan cerita baru pun dimulai, seseorang dari latar belakang berkebutuhan khusus menjadi shadow teacher untuk anak-anak berkebutuhan khusus juga.Â
Pada awalnya semua memang baik-baik saja ketika perkenalan dengan orang tua kemudian mulai masuk pembelajaran sampai ada komplain dari orang tua dan saat itu saya juga mulai bereaksi dengan meminta kesempatan kepada pihak orang tua untuk memberi kesempatan beliau menjadi shadow teacher bagi anaknya sampai pada akhirnya pihak orang tua sudah mulai pada kondisi titik yaitu shadow harus diganti.
Saya sendiri kalau mencoba memakai kacamata orang tua memang wajar jika pendamping anaknya kurang maksimal tapi disisi lain saya mencoba memproyeksikan jika anak-anak kita yang berkebutuhan khusus ini nanti kelak juga akan mandiri sendiri, juga bekerja kalau posisinya seperti akan menjadi sebuah ironi diatas ironi.Â
Inilah fakta dan tentunya menjadi PR juga buat dunia sekolah inklusif bahwa kita harusnya tidak hanya menerima siswa berkebutuhan khusus juga tetapi kita juga harus menerima pendidik yang juga berlatar belakang berkebutuhan khusus.Â
Semoga menjadi bahan perenungan juga ketika kita sudah menjadikan diri kita sebuah sekolah inklusif berarti kita juga harus bisa menerima konsekuensinya.
Salam inklusif
We love we care
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H