"Dan sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu semua, dan Allah Maha Penyantun dan Maha Penyayang, (niscaya kamu akan ditimpa azab yang besar)." QS 24:20
Manusia memang pelupa.. ya, itu memang sudah kodrat.. sehebat-hebatnya ingatan saya, pasti satu waktu saya akan menua, mengalami pikun, dan akhirnya itu menjadi suatu proses yang normal. Manusia satu waktu akan khilaf, salah mengerti atau bahkan tidak sadar akan satu hal. Itu semua dalam kadarnya masih dapat dianggap lumrah oleh manusia. Tapi satu hal yang pasti (setidaknya bagi diri saya) dan selalu berulang (bagi saya juga) adalah saya selalu lupa untuk mengingatNya.
konteks 'ingat' itu sendiri saya masih sering salah memahami. Saya terkadang masih menganggap bahwa 'ingat', 'nyebut', zikir' bahkan 'wirid', adalah duduk tawaddu setelah solat, mengingatnya, menyebutnya dengan ucap dan melantunkannya. Melakukan hal ini bagi sebagian orang terutama bagi yang masih sibuk dengan duniawinya seperti saya ini adalah (saya akui) hal yang terasa sulit.
Padahal konteks 'ingat' ternyata jauh lebih luas dari itu. saat kita berjalan menaiki tangga kantor, setiap hembusan nafas kita adalah kesempatan untuk mengingatNya, ketika kita kenyang, tidak sengaja atau sengaja terucap alhamdulillah, itu juga mengingatNya , ketika bangun tidur, kita mengucapkan alhamdulillah, itupun mengingatnya.. ketika kita lupa dan kita menyebut astagfirullah pun, itu juga berarti mengingatNya. Bahkan ketika kita melintasi puncak atau ciater menikmati indahnya kebun teh, dan memuji dalam hati dan menikmat keindahannya, itupun kesempatan kita mengingatNya.
Kesempatan yang Tuhan berikan untuk mengingat diriNya dalam satu hari sangatlah banyak tetapi anehnya manusia sulit untuk mengingatnya, meski untuk satu kali saja..
Tulisan ini saya tulis setelah saya berusaha menghitung seberapa banyak kesempatan yang telah saya lewatkan begitu saja hanya untuk mengingatNya (bukan mengingat namanya tapi kebesarannya..), dan ini sedikit catatan saya selama satu hari tentang kesempatan yang saya sia-siakan tersebut:
bangun tidur jam 5 pagi, saya lihat jam, lalu berkata dalam hati: "ah, masih bisa 15 menit lagi"
bangun lagi sekitar pukul 6.00: "yah udah kelewat, ya udah ah tidur 10 menit lagi"
bangun 6.30, sudah terlambat, marah-marah (lupa alhamdulillah atau setidaknya menghirup nafas panjang dan sedikit bersyukur masih hidup ternyata belom mati..)
masuk kamar mandi, lupa bersyukur masi bisa menikmati air tumpah berliter-liter, di daerah lain masih banyak orang jalan 5 km hanya untuk air bersih (saya menyaksikan sendiri di Sukabumi (+/- 4 jam dari jakarta, dan nenek-nenek pula yang bawa airnya).
sarapan, sudah disediakan, tidak saya makan karena terlambat, atau sering saya hanya makan setengah dan sisanya kepaksa terbuang.. (berapa banyak orang susah makan di negeri ini)