Nasional, kompasiana.com | | Dalam upaya menciptakan kesetaraan dan meningkatkan kompetensi di kalangan wartawan, seorang tokoh pers menyampaikan visi besar untuk mendobrak stigma yang kerap melekat pada wartawan non organisasi. Ia menyoroti diskriminasi yang terjadi di kalangan pers, terutama label "wartawan abal-abal" atau "wartawan bodrex" yang sering kali tidak disertai upaya edukasi yang memadai.
"Saya banyak memprotes teman-teman sesama ahli pers yang sibuk melabeli, tetapi tidak peduli untuk memberikan edukasi. Padahal, kita semua memiliki tanggung jawab moral untuk saling melengkapi dan membantu," ungkap Ketua Umum DPP PJS, Mahmud Marhaba.
Tekadnya untuk membantu sesama wartawan diwujudkan melalui langkah nyata: membuka akses pembelajaran dan pelatihan jurnalistik, khususnya untuk membantu wartawan menghadapi Uji Kompetensi Wartawan (UKW). Ia meyakini bahwa pendidikan adalah kunci untuk mengangkat martabat wartawan agar sejajar dan kompeten di dunia pers.
Sebagai bagian dari misinya, mulai Januari mendatang, ia akan membuka kursus jurnalistik dengan fokus pada materi-materi UKW. Program ini bertujuan untuk mengurangi kegugupan para wartawan saat menghadapi uji kompetensi.
"Saya menyarankan, bahkan sedikit memaksa, agar teman-teman wartawan mengikuti UKW. Jangan takut! Saya siap menjadi mentor jika dibutuhkan. Kita harus bersama-sama belajar agar bisa sejajar dengan yang lain," ujarnya Mahmud Marhaba.
Mahmud Marhaba juga berbagi pengalaman sukses sebagai mentor yang telah membantu banyak wartawan lulus UKW dan memperoleh predikat kompeten.Â
"Alhamdulillah, banyak yang saya bimbing dengan materi jurnalistik khusus UKW berhasil lulus. Saya ingin lebih banyak lagi teman-teman wartawan yang merasakan hal yang sama," tambahnya.
Selain kursus khusus, ia juga akan melanjutkan jadwal webinar dua minggu sekali, yang selama ini menjadi platform edukasi bagi banyak wartawan. Langkah ini tidak hanya bertujuan meningkatkan kompetensi, tetapi juga membangun solidaritas dan semangat belajar bersama.
Visi besar ini, menurutnya, bukan hanya tentang mengubah persepsi terhadap wartawan yang kerap terdiskriminasi, tetapi juga menciptakan ruang di mana semua wartawan bisa saling melengkapi dan berkembang bersama.
Program ini diharapkan menjadi inspirasi bagi organisasi dan komunitas pers lainnya untuk turut berkontribusi dalam menciptakan dunia jurnalistik yang lebih inklusif dan berkualitas.
"Kita harus percaya bahwa dengan saling mendukung, kita bisa menjadi sejajar dengan yang lain. Kompetensi adalah kunci, dan saya siap mendampingi teman-teman untuk mencapainya," tutup Mahmud Marhaba.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H