Sungguh hanya dengan pertolongan Allah sajalah kedua tanaman itu bisa menyatu saling mendukung dan menepiskan segala masalah penyakit yang akan dihadapi selama kehidupannya. Mereka tidak lagi meegokan keinginannya, tapi bagaimana menyatukan langkah untuk menghasilkan buah bahkan keturunannya yang menggembirakan.Â
Layaknya pasangan manusia yang membangun komitmen untuk hidup bersama dalam balutan niat yang luhur dan nilai-nilai agama yang kuat. Li i'la kalimatiddin, menjunjung tinggi kemulian agama. Menjaga alam, layaknya menjaga kehidupan bermasyarakat, menjaga keseimbangan antar makhluk Allah, berbagi dan menjadikannya berarti.Â
Ingatkah ketika serangan hama menerpa tanaman yang kita rawat sedari benih, dipupuk dan dimanjakan setiap hari, lalu menjelang berbunga diselinapi oleh hama? Lalu hati kita galau, gusar, sedih dan bahkan hampir frustasi untuk menanam kembali. Itulah kehidupan, harus dijalani dengan perjuangan, perjuangan untuk mendapatkan ridho Allah, perjuangan untuk mencari kehidupan dan perjuangan untuk menjadi manfaat bagi umat.
Menjaga alam merupakan kewajiban bagi setiap insan, karena alam adalah titipan anak cucu kita yang akan dinikmatinya kelak. Bermula dari sekedar hobi, bermula hanya dari pekarangan kecil, kontribusi kita kepada alam dan lingkungan sekitar sebagai upaya rasa syukur kita diberi kehidupan. Islam memandang upaya pelestarian lingkungan merupakan sebuah amal yang bernilai ibadah di sisi Allah dan mendapatkan balasan pahala di akhirat kelak sesuai dengan hadis Rasulullah "Barangsiapa menanam tanaman, dia akan mendapat balasan pahala sesuai dengan banyaknya buah yang dihasilkan oleh tanaman itu" (HR.Ahmad).
Merawat alam berarti kita menghargai kehidupan sebagai khalifah fil ardh. Menebarkan kebaikan dimulai dari hal yang ringan untuk kita lakukan kemudian bermanfaat bagi sekalian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H