Sebebasnya Puisi: Tanggung Merdeka Tanpa Peran
Berhenti memilih,Â
tak ada pilihan dan tak ada keinginan hanya menjalankan,Â
hingga berhenti pada perbatasan dan tergores dalam petilasan,Â
proses meredam kesirnaan dengan kenyataan,Â
melepaskan kerundungan dalam kesepian,
mengabaikan kesigapan tanpa ketegasan,
mereduksi ketertinggalan dari zaman,
menoreh sejarah tanpa berdarah,
menunduk yang bukan berarti takluk,
menutup bukan berarti tertutup,
kuat minitih tanpa merintih,Â
segalanya tak ada keabadian,Â
ini korelasi hidup yang menuntut tanpa tuntutan,
sebagai manusia yang menyajikan beragam keinginan-keinginan,
kepastian menanti kenyataan,
bergelut dengan riuh lantang para penentang lambang,Â
tidak perlu membenci hanya cukup melihat essensi,Â
kepulan emosi dan beragam ambisi merebut kursi,Â
ini hanya ilusi yang tak terbawa mati,Â
memendam ketidak pastian hanya dengan penyerahan,Â
Aku penakluk yang takluk hingga tak berguna tiap kesombongan,Â
yang harus karamkan dengan kekuatan diatas ketabahan,Â
kekiniaan dan kekinian, beserta kekinian, berlangsung kekinian, berulah kekiniian, tak habis kekinian, tak pernah pasti kekiniian, kekiniian yang mengubah kekiniian, kini kini dan kekinian.
Telah Hengkang sesaat,
dalam relung-relung jiwa pembaharuan yang bergulir dan terus mengalir hingga semua berakhir pada kepasrahan dan ketidak berdayaan.
Tanggung Merdeka tanpa Peran, apa menjawab ?!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H