Mohon tunggu...
ADI PUTRA (Adhyp Glank)
ADI PUTRA (Adhyp Glank) Mohon Tunggu... Seniman - Saling follow itu membahagiakan_tertarik Universalitas, Inklusivitas dan Humaniora, _Menggali dan mengekplorasi Nilai-nilai Pancasila

-Direktur Forum Reproduksi Gagasan Nasional, -Kaum Muda Syarikat Islam, - Analis Forum Kajian Otonomi Daerah (FKOD), - Pemuda dan Masyarakat Ideologis Pancasila (PMIP), -Penggemar Seni Budaya, Pemikir dan Penulis Merdeka, Pembelajar Falsafah Pancasila

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi Bebas : Ashabul Kahfi Orde Baru

19 Januari 2023   04:32 Diperbarui: 21 Januari 2023   09:02 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Bani Naum "Kaum Tidur",Sumber : istock.com

Para Pemuda tukang molor yang selalu hidup di dalam kegelapan,

Rajin pulang pagi keluar malam,

pengen hidup sejahtera dengan angan,

memang luar biasa para Ashabul Kahfi orde baru,

Anda telah tiba di zaman ruang tidur lebih banyak dari ruang karya,

Disaat yang berkarya tak berguna dan penjajah sangat didewatakan,

Dalam wiridku berpikir nyaris mengganggu ke khusyuan,

Kecerdasan para mustahil karena tanpa kebaikan,

Tak perlu belajar moral di sekolah karena Adab resmi online belum tersedia,

Tak perlu bangga jadi Kacung diluar dan rajin Pamer harta,

Kelebihan jadi keculasan dan Kekurangan jadi Alasan,

Begono begini begitu, whatever you do!!! I think no, It's imposible to be Possible, how about rules of the law ?....???.

Ssstt... Calm and quite,

Polianthropuspoliticusradharakuss

Bagi kaum Awam cukup diam dan ikuti perintah Otokrasi dalam bingkai Demokrasi,

Jihad itu jika ada perang, tanpa kesepakatan perang itu "jahad", haha

Dalam rintik hujan menemani awal puasa Ramadhan di tepi batas kali Bekasi,

tempat yang menjadi saksi bahwa Penjajah banyak mati disini,

ini hanya soal cerita budaya bahwa rakyat menolak untuk ditindas dan dibodohi kaum penjajah,

Leher mereka terpotong dan dibuang disini, kau berani menjajah...!!!, kuputuskan lehermu kami tampil seperti para pemuda Bekasi dimasa lampau,

Saksi hidup bercerita lebih apa adanya dari pada sejarawan yang kerap bekerja pada kekuasaan, 

mungkin pencitraan namanya,

Tak perlu mencatat karena pasti tercatat,

hanya butuh keikhlasan untuk melepaskan diri dari kekufuran karena sering menyalahkan dan mengkafirkan,

Kalau kau mengerti Kesatuan didalam persatuan atau Persatuan didalam Kesatuan,

jangan lupakan "persa dan kesa" karena "tuan",

Itu menjilat namanya,

Kelak seperti rintik hujan berpetir saat ini,

sang rintik yang kecil akan menjadi bahaya bagi yang hidup jika petir telah bersatu bersamanya,

meskipun ia bukan Gundala putra Petir... Ahhaa...

Hanya lelaki anak cucu keturunan Raja dan Ulama dimasa lampau,

meski tak memiliki kerajaan dan tak punya banyak kitab,

hanya modal bersyukur dan ikhlas

bukan dari zero to Hero yang penuh intrik dan kedustaan latar belakang

(3 April 2022)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun