Mohon tunggu...
ADI PUTRA (Adhyp Glank)
ADI PUTRA (Adhyp Glank) Mohon Tunggu... Seniman - Saling follow itu membahagiakan_tertarik Universalitas, Inklusivitas dan Humaniora, _Menggali dan mengekplorasi Nilai-nilai Pancasila

-Direktur Forum Reproduksi Gagasan Nasional, -Kaum Muda Syarikat Islam, - Analis Forum Kajian Otonomi Daerah (FKOD), - Pemuda dan Masyarakat Ideologis Pancasila (PMIP), -Penggemar Seni Budaya, Pemikir dan Penulis Merdeka, Pembelajar Falsafah Pancasila

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Inklusivitas dalam Pandangan Hidup Manusia: Dunia dan Harmonisasi Agama

3 Januari 2023   00:06 Diperbarui: 3 Januari 2023   01:01 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi "Kebersamaan dalam Perbedaan", sumber : Kompas.com

Al-Qur'an dan Peradaban Madinah menjadi inspirasi bagi seorang Nurcholis Madjid (Cak Nur), disaat manusia dengan beragam kelompok suku, Agama dengan segala perbedaannya mampu hidup secara harmonis.

Teologi Inklusif yang diusung oleh Cak Nur bukan tanpa alasan yang jelas, tersirat prinsip kedamaian dalam kebersamaan yang menghasilkan keselamatan untuk semua dalam mewujudkan peradaban yang terbuka dan toleransi dengan menghayati agama sendiri tanpa menyerang kelompok agama lainnya. 

Inklusif dalam KBBI berarti termasuk atau terhitung, dalam kamus bahasa Inggris inclusif didefinisikan "including everything or all types of people" sehingga "inklusif" kerap disinonimkan dengan "inclution"

Inklusivitas jika dijabarkan merupakan suatu usaha harmonisasi yang dilakukan manusia untuk dapat saling memahami dan mendorong sikap positif, saling empati dan simpati terhadap sesama manusia diantara perbedaan yang ada menjadi ruang toleransi sebagai suatu upaya mencari titik temu guna menjaga perdamaian pada kehidupan yang identik berdasarkan Nilai-nilai Universal keagamaan.

Menurut pandangan Caknur bahwa Islam merupakan Agama yang fleksibel yang bersikap pasrah kepada Tuhan yang menjadi dasar dalam beragama.

Prinsip inklusivitas dalam Teologi Inklusif kerap dianggap bertentangan dengan Konsep Teologi ekslusif yang cenderung fanatisme terhadap ajaran Agama yang cenderung anti terhadap perbedaan-perbedaan, baik dengan yang seagama dengan perbedaan secara rantai turunan pengajaran pendidik (sanad) apalagi dengan yang berbeda agama.

Disisi lain, dalam percabangan Ilmu Psikologi yang di populerkan oleh Dr. Rotherberg tentang Pemikiran Janusian perihal kemampuan seseorang untuk memahami dan memanfaatkan dua ide atau lebih, konsep atau gambaran yang saling kontradiktif secara bersamaan yang berkaitan dengan kreatifitas. memahami faktor-faktor psikologis dalam kreatifitas. Karena Kreatifitas dianggap sebagai inti dari pencapaian yang penting dalam bidang-bidang konsentrasi keilmuan yang kompleks. 

Kemudian kita kembali dalam mode Inklusivitas yang secara sederhana dimaknai dengan keterbukaan pada pikiran dan perasaan, keterbukaan dalam diri merupakan fenomena kompleks dalam ekplorasi empiris mengenai ragam sifat manusia yang merupakan kognitif kreatif yang cenderung multivariabel pada setiap fase perubahan, tetapi ini justru menjadi inspirasi dan tantangan penyelesaian, mendayagunakan upaya etis dalam memformulasikan solusi sehingga dapat dirasionalisasikan dan diterima serta dapat diterapkan berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat Universal tanpa pergejolakan yang berarti.

Pola pandang Inklusivitas menerapkan kesadaran dalam melaksanakan proses saling memahami sesuatu yang menjadi anti-tesis untuk dapat menjadi titik terang kesadaran dalam perbedaan tanpa pertentangan yang menjurus kepada permusuhan. 

Inklusifitas menjadi suatu sistem operasional manusia dalam menumbuh kembangkan toleransi antar hubungan manusia beragama dalam suatu kreatifitas yang menjadi titik temu dan menjadi penyelesaian dari setiap persoalan dan permasalahan yang ada. hingga terbentuk menjadi tanggung jawab pribadi dalam menjaga dan merawat kerukunan antar umat beragama secara praktis namun tidak ada kontradiksi dan perpecahan dalam momentum persatuan lintas manusia.

Sebuah proses yang mengingatkan kembali bangsa Indonesia dengan Slogan populis Pancasila tentang "Bhineka Tunggal Ika" yang bermakna berbeda tetapi tetap satu. 

Dalam praktiknya inklusifitas akan selalu membutuhkan kreatifitas untuk terus berkembang dengan tujuan yang harmonis dan kecenderungan terhadap kebaikan dalam kemanusiaan sehingga tercipta dalam wujud perdamaian hidup.

Berbekal Ilmu Pengetahuan tentang Penetapan tekad berupa Keinginan kuat untuk tetap Bersatu, Berdaulat, Adil dan Makmur, seperti yang termaktub dalam sila ke tiga yakni Persatuan Indonesia dalam mewujudkan masyarakat adil makmur dengan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pada tingkat yang lebih tinggi bahwa inklusifitas dalam Teologi Inklusif akan menghantarkan pada suatu konsep besar persatuan umat manusia dibumi dalam damai, Sehingga dapat menuntun praktek kebajikan umat Manusia menjadi Rahmat bagi semesta alam sesuai dengan kebijaksanaan Nilai-nilai Universal yang berisi kemuliaan-kemuliaan di dalamnya.

Dengan demikian seorang Manusia akan memiliki pandangan yang luas pada setiap kreatifitas-kreatifitas yang dilakukan menjadi pranata dan penataan pandangan hidup sebagai manusia dengan nilai-nilai kemanusiaan yang terwujud dalam penanaman konseptual dan spiritual menjadi Nilai Dasar Perjuangan.

Semoga Bermanfaat, Terima Kasih, Yakin Usaha Sampai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun