Mohon tunggu...
Adi Prayuda
Adi Prayuda Mohon Tunggu... Dosen - Seorang dosen, penulis, dan murid meditasi

Seorang Dosen Ekonomi di Universitas Islam Al-Azhar Mataram, yang juga merupakan pemandu meditasi di Santosha Emotional Healing Center. Penulis berbagai buku self development dengan pendekatan meditasi (Jeda).

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Apa yang Bisa Kita Perdebatkan di Saat Ini?

29 Oktober 2022   12:39 Diperbarui: 29 Oktober 2022   16:52 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dua orang sedang berdebat (Sumber gambar: /www.gramedia.com/literasi/pengertian-debat/)

Saya teringat sebuah kisah yang pernah saya baca di suatu artikel. Tentang perdebatan dua orang sahabat. Kira-kira begini ceritanya:

***

Di suatu sore, dua lelaki muda yang bersahabat karib sedang berbincang-bincang santai tentang rencana masa tua mereka.

"Kalau aku tua nanti dan sudah pensiun, aku mau berkebun saja. Aku ingin punya kebun luas. Sepertinya mengasyikkan beraktivitas dekat dengan alam."

Sahabatnya menyahut, "Kalau aku sudah lama ingin punya banyak kambing. Aku ingin mengisi hari-hari pensiunku dengan beternak kambing."

"Kambing?! Kan bau tuh?!" protes sahabat yang satunya. "Jangan sampai kambing-kambingmu masuk ke kebunku, ya! Apalagi sampai merusak dan membuang kotoran di sana."

Yang lain tidak terima, "Loh, maksudmu apa dengan menghina kambing-kambingku?! Memangnya kebunmu yang paling bagus?! Akan kusuruh kambing-kambingku merusak kebunmu!"

"Akan kutendang kambing-kambing baumu itu dari kebunku!" teriak sahabatnya kesal.

***

Dan adu mulut pun tidak bisa dihindari lagi. Kebun belum ada, kambing-kambingnya juga masih di angan-angan, dan belum tentu juga terjadi seperti demikian, mengingat pikiran begitu lihainya membayangkan sesuatu, tapi pertengkaran sudah di depan mata.

Mungkin yang seperti ini sering kita alami, bahkan mungkin sedang dialami. Kita memperdebatkan harapan-harapan, mempertentangkan kesalahan-kesalahan di masa lalu.

Ironisnya, bukan saja harapan atau kenangan kita sendiri, tapi bisa juga harapan atau masa lalu orang lain. Hanya di dua area itulah, masa lalu atau masa depan, kita bisa berselisih paham atau berdebat hebat. Dua area itulah ranahnya pikiran.

Bukan berarti perdebatan tidak boleh dilakukan. Tulisan ini adalah ajakan untuk menjadi lebih sadar, lebih sehat secara mental, sehingga hal-hal yang tidak diperlukan dalam relasi debat yang sehat bisa diminimalkan . Perdebatan dibutuhkan dalam upaya menemukan solusi-solusi yang lebih cerdas, kreatif, inovatif, efektif, relevan dengan kondisi yang dialami, sesuai dengan sumber daya yang ada, dan tidak hanya berbasis ego atau kepentingan pribadi.

Dengan menjadi lebih sadar bahwa semua perdebatan manusia hanya bisa terjadi di dua dimensi waktu, perhatian kita bisa diarahkan kepada satu-satunya momen yang nyata, yakni SAAT INI. Perhatian yang berpijak di saat inilah yang akan menyelamatkan begitu banyak hubungan dari potensi perselisihan, bahkan pertengkaran.

Semua manusia memiliki dorongan intrinsik untuk hidup damai. Begitu juga para pembaca yang budiman. Bukan hanya ingin "rest in peace", tetapi juga "life in peace".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun