Blog #8
“Adi mah mana mau nyelesaiin paper ini plus presentasi pake cara biasa. Tunggu aja, dia pasti pake cara yang beda sama kita. Dan kampretnya, nilai dia selalu bagus lo. Hahaha.” Begitu ujar kawan saya di selasar kampus sekitar 10 tahun lampau.
Dia rupanya sudah mengenal saya dengan baik. Hehehe.
Dulu waktu masih kuliah, saya seneng pake cara yang beda dengan cara biasa. Mungkin karena pada dasarnya dulu saya memang pemalas, akhirnya selalu cari cara yang beda, kreatif, simple dan gak ribet. But it works. Hehehehe.
Dan hal ini terbawa hingga sekarang. Jika ada diantara pembaca blog ini yang pernah ikut kelas saya, mereka pasti paham kalo cara ngajar saya jauh berbeda dengan kebanyakan pengajar.
Mulai dari paperless assignment, bikin mereka pontang panting bikin film pendek, sampe materi pelajaran yang saya kemas dalam bentuk ala kuis televisi. Semua saya lakukan karena saya merasa stuck dengan pola pengajaran yang ada sekarang. Saya berharap dengan menggunakan pola pengajaran yang fresh, saya bisa merangsang mereka untuk juga menggunakan pola baru dalam memecahkan masalah yang saya lempar ke mereka. Dan pada akhirnya membuat mereka bersemangat belajar.
Sayangnya, masih banyak orang yang terpatok pada pola ragam seragam. Mereka lebih senang melakukan apa yang dilakukan orang lain. Menirunya 100% dengan dalih keamanan dan kenyamanan.
Padahal menurut saya, menjadi beda itu perlu. At least kita harus mencoba mencari cara baru atau ide baru. Jika hanya terpatok pada pola lama, saya yakin sampai kapanpun kita akan sulit berkembang.
Begitupun anak anak. Satu hal yang saya perhatikan dari kebanyakan anak saya adalah ketakutan mereka untuk mencoba. Ketakutan mereka untuk salah. Ketakutan mereka untuk mencoba cara mereka sendiri dalam memcahkan masalah. Walaupun kadang cara mereka yang berbeda itu berhasil lo. Mereka tetap saja takut.
Terus uniknya lagi, banyak diantara kita yang mendengung dengungkan pentingnya kreativitas bagi anak, namun ketika mereka mencoba menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan pendekatan yang baru, eh kita buru buru meluruskan mereka lagi.
Lah, kok kontradiktif?
Adakalanya ketidak sabaran kita lah sebagai orang dewasa yang menganggap bahwa proses penyelesaian masalah mereka itu terlalu lama dan bertele tele. Akhirnya kita turun tangan langsung menggandeng mereka dan menunjukkan cara yang menurut kita benar. Padahal kalo mereka butuh waktu lama, itu wajar saja. Namanya juga anak anak. Kalo kita kan sudah dewasa. Semua aspek pemikiran kita sudah berkembang sehingga lebih mudah menyelesaikan suatu masalah yang menurut kita sederhana, namun kompleks menurut mereka.
Menurut saya, membiarkan anak menemukan cara mereka sendiri dalam menyelesaikan masalah itu penting. Membiarkan mereka salah dulu sebelum benar itu adalah cara membuat mereka mampu menganalisis sebuah permasalahan dari beberapa sisi. Saya meyakini bahwa itu akan membuat mereka bisa memetakan jalan sekaligus mencari tujuan nantinya.
Nah Jadi, kalo saya beda situ mau apa? Hehehehe.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H