Mohon tunggu...
Adi Permana
Adi Permana Mohon Tunggu... wiraswasta -

Menulis untuk sebuah proses pembelajaran hidup.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Merdeka dari Kepentingan Jangka Pendek (66 Tahun Indonesia Merdeka)

24 Agustus 2011   08:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:30 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Di Tengah Kekacauan, Selalu Ada Harapan

Betapapun keprihatinan mendalam terhadap persoalan sempit-pikir, tumbuh-suburnya egoisme individu/kelompok, kepentingan jangka pendek, kebanggaan individu/kelompok tertentu di atas kebanggan nasional, dll., namun pada akhirnya optimisme dan pengabdian tulus jua lah yang akan selalu menang. Jiwa-jiwa merdeka lah--yang tidak menghiraukan godaan jangka pendek--yang nantinya akan muncul ke permukaan untuk memegang tongkat kepemimpinan, mempererat persatuan dan kesatuan bangsa (nasionalisme), membangun pengertian demokrasi yang efektif, serta memandu jalan ke arah keadilan sosial. Di tengah situasi dan kondisi bangsa saat ini yang sedang mengalami berbagai krisis, diantaranya krisis kepemimpinan dan kepercayaan, maka kita dibuat bingung oleh kacaunya masyarakat dan pemerintah kita, lantas kemudian seringkali kita merasa pesimis dan apatis terhadap masa depan negeri ini. Tidak, sama sekali tidak bahwa kita akan terus dihantui perasaan tersebut. Perasaan pesimis dan apatis hanya akan membawa kita pada kesia-siaan hidup, tidak ada manfaatnya, oleh karena itu bersegeralah kita berpaling pada jalan yang tidak ada keraguan dan kebuntuan didalamnya. Ya, itulah jalan satu-satunya. Satu-satunya jalan yang harus kita tempuh untuk menggugurkan segala kebingungan di tengah zaman kacau ini adalah dengan kembali pada jalan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika, yaitu nilai-nilai para leluhur kita.

Potret kelam bangsa ini tidak akan bertahan lama, bahwa yang namanya kepentingan jangka pendek, sesuai namanya 'jangka pendek', berarti bakal bertahan hanya 'seumur jagung' dan bakal tergerus oleh zaman yang kian hari kian progresif menuntut kebenaran hakiki. Akhir kata, bagi dia yang selalu mengabdi dengan tulus untuk negeri ini tanpa pamrih, bagi dia yang bersuara benar namun tak didengar, bagi dia yang penuh harapan positif dan inisiatif tapi sering diacuhkan dan 'dicap munafik', bagi setiap jiwa merdeka bangsa Indonesia, untukmu tiada yang dapat mencemarkan bening jiwa tulus pengabdianmu dan tiada yang dapat menghentikan langkahmu pada jalan kebenaran, pada jalan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun