Mohon tunggu...
Adipati Bayu
Adipati Bayu Mohon Tunggu... -

hidup ini harus terus melangkah maju, jika kamu hanya berdiam diri, kamu akan tertinggal jauh ditumpukan masa lalu.

Selanjutnya

Tutup

Money

Mencari Jodoh untuk Pertamina

16 April 2017   22:03 Diperbarui: 17 April 2017   07:00 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Artjandra Tahar baru saja mengunjungi kawasan Timur Tengah. Bukan untuk berlibur tapi untuk sebuah mandat. Memperkenalkan Pertamina dan proyek-proyeknya pada pihak-pihak yang sekiranya tertarik untuk menggarap dan mendanainya. Seperti diketahui bersama, Pertamina (Persero) sedang menjalankan Megaproyek RDMP empat kilang lama dan NGRR dua kilang baru.

Dua negara yang diajak berdiskusi tentang kemungkinan untuk membiayai proyek Pertamina adalah Qatar dan Kuwait. Selain memiliki ketertarikan pada proyek ditawarkan juga karena kedua negara tersebut memiliki dana untuk berjalan bersama Pertamina. Salah satu perusahaan Kuwait malah pernah mengikuti lelang mitra Kilang Tuban.

Lalu bagaimana dengan kemungkinan yang akan terjadi? Artjandra sendiri belum bisa memastikan. Karena ini semua masih proses penjajakan. Kedua negara ini selain mengajukan pertanyaan seputar kerjasama juga memberi masukan untuk Indonesia.

Mencari jodoh untuk seseorang tidaklah mudah. Karena ada banyak pertimbangan selain bibit, bebet dan bobot tentunya. Ada yang gampang saja menemukan jodoh, ada yang susah entah karena banyak pertimbangan atau menunggu yang pas. Hal yang sama tentu saja terjadi dengan mencari jodoh untuk Pertamina.

Mengapa harus mencari jodoh untuk Pertamina? Sebuah pertanyaan yang sederhana dan punya jawaban yang sederhana juga. Sebenarnya ini bukan sekedar mencari jodoh untuk Pertamina tapi lebih ke mencari jalan agar Indonesia segera bisa mandiri dalam energi. Itu tujuan besarnya.

Kebutuhan akan energi migas di Indonesia semakin meningkat. Sementara Indonesia sendiri punya cita-cita dan tujuan semenjak Indonesia pertama kali berdiri yaitu mandiri dan berdaulat, tentu hal ini juga berlaku di bidang energi.

Untuk bisa memenuhi kebutuhan konsumsi BBM yang sekarang mencapai 1,6 juta bph dan juga harus cadangan yang siap menjawab kebutuhan konsumsi yang bisa tiba-tiba naik, Pertamina memulai Megaproyek RDMP dan NGRR.

Ini adalah sebuah investasi untuk masa depan. Sayang, nilainya juga besar. Untuk membangun Kilang Bontang saja, Pertamina hanya bisa menyanggupi 10-20% dari total biaya Rp 106 triliun. Padahal Kilang Bontang ini nantinya akan bisa memproduksi 300 ribu bph.

Untuk menuju kemandirian energi, Indonesia membutuhkan biaya yang besar. Selain untuk membangun kilang tapi juga untuk pembangunan jalur distribusi. Pertamina menganggarkan USD112 miliar untuk proyek jangka panjang 2016-2025. Hasil yang akan didapat adalah Indonesia bisa memenuhi kebutuhan konsumsi BBM yang diperkirakan akan menjadi 2 juta bph. Dan bila ini terjadi, kita baru bisa disebut mandiri dan berdaulat energi.

Mencari jodoh untuk sebuah investasi demi menuju cita-cita dan tujuan Indonesia. Hasil akan dapat dirasakan rakyat. Tentu saja perjalanan jauh dan energi yang terbuang tidak sedikit. Ini bukan mencari jodoh biasa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun