Angka perekonomian Indonesia yang terus meningkat menciptakan kebutuhan yang terus meningkat pula. Konflik transportasi daring yang terus menyita perhatian kita semua kadang menimbulkan pertanyaan kecil. Fenomena transportasi daring ternyata cukup berhasil menaikkan jumlah kepemilikan kendaraan bermotor. Dan akhirnya ini semua akan menambah kebutuhan bahan bakar minyak di Indonesia.
Konsumsi minyak mentah dunia pun tak luput dari peningkatan. Di kuartal sebelumnya ada di angka 93 juta mbd, namun tahun lalu OPEC memperkirakan jumlahnya naik menjadi 95 juta mbd. Hal ini tentu akan berimbas pada harga minyak mentah dunia. Apalagi produksi minyak mentah dunia juga tidak terlalu berkembang jumlahnya.
Sementara di Indonesia, kebutuhan masyarakat Indonesia sudah mencapai angka 1,6 juta barel per hari. Sebuah angka yang tentu saja akan terus bertambah. Indonesia diprediksi akan mencapai angka kebutuhan minyak 2 juta barel per hari tidak lama lagi. Padahal produksi minyak mentah Indonesia hanya bisa memenuhi kebutuhan 830 ribu barel per hari. Impor minyak pun terpaksa menjadi jawabannya.
Sampai kapan kita akan terus bergantung pada impor minyak? Impor minyak terus menghabiskan devisa negara kita yang sebaiknya digunakan untuk keperluan pemenuhan kebutuhan yang lain. Tapi tampaknya hal ini sudah dipikirkan oleh Jokowi pada Nawacita-nya. Kita tentu saja menambah produksi dengan terus melakukan eksplorasi dan juga perbaikan kondisi kilang minyak kita.
Pertamina, sebagai perusahaan energi besar di Indonesia memegang peranan penting dalam hal ini. Ada 6 kilang minyak yang dikelola oleh Pertamina. Tentu saja sekarang jumlahnya belum bisa dibilang bagus untuk sebuah tujuan terlepas dari ketergantungan impor minyak. Namun dengan pengembangan dan pembaruan kilang serta penambahan kilang baru, bisa saja hal ini terjadi.
Kilang-kilang yang akan memegang peranan penting pada tujuan Swasembada BBM yang digalang pemerintah adalah Kilang Minyak Cilacap atau disebut UP VI Cilacap sebagai kilang minyak terbesar di Indonesia. Kilang minyak ini menjadi bagian dari RDMP (refinary development master plan)Pertamina sehingga mendapatkan sentuhan upgrading.
Kilang Cilacap nantinya akan dapat meningkat produksinya menjadi 10% dari produksi sebelumnya. Selain itu juga dapat meningkatkan produksi petrokimia, aromaticmenjadi  600 KTPA dan polypropylene meningkat hingga 160 KTPA.
Selain itu kilang minyak Balikpapan atau yang dikenal sebagai UP V Balikpapan juga akan menjadi lebih baik lagi. Kilang yang selama ini menyumbangkan produksi 260 ribu bph, akan dapat meningkat menjadi 360 ribu bph karena proses upgrading.Proyek RDMP Balikpapan direncanakan akan selesai di tahun 2023. Di tahap awal, RDMP Balikpapan dapat menghasilkan pasokan minyak mentah (crude) dengan  jenis Expo (Rusia) sebesar 60% dan Azeri (Azerbaizan) 40%.
Ada beberapa kilang lagi yang akan dikelola secara mandiri maupun menarik investor dari pihak luar oleh Pertamina. Ini semua dapat terjadi akibat iklim investasi Indonesia yang dinilai bagus oleh pihak investor luar.
Dan akhirnya, nanti produksi kilang-kilang minyak Indonesia diperkirakan akan dapat memenuhi kebutuhan 2 juta bph dari penduduk Indonesia. Sebuah jalan yang panjang memang, namun untunglah kita sudah memulainya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H