Mohon tunggu...
Adi Nugroho
Adi Nugroho Mohon Tunggu... Lainnya - Belajarlah kepada Nabi Nuh dan Nabi Yusuf dalam mempersiapkan masa depan...

Educator Specialist in Private Financial

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Pentingkah Mempersiapkan Diri Secara Finansial? Yuk Lihat Kisah Sedih...

14 Juni 2021   05:07 Diperbarui: 14 Juni 2021   06:23 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang masih ingat dengan tokoh boneka pak Raden? Para generasi kolonial tentu ingat. Boneka yg dimainkan kisaran tahun 80-an.

Drs Suyadi, nama aslinya. Apakah ia bukan dari kalangan scholar? Sama sekali bukan. Ia bahkan lulusan ITB tahun 60 dan pernah belajar animasi ke Perancis. Kalau karyanya? Sangat banyak. Kalau kalian jeli, di buku bahasa Indonesia kelas 1A jaman tahun 80an, ada gambar karya coretan tangan beliau.

Tokoh pak Raden Singomenggolo Jalmowono sangat kontras dengan sifat asli Drs Suyadi. Pak Raden dengan kumis tebal, suara parau, setelan khas Jawa dengan belangkon, menjadi ciri khas salah satu pendongeng termasyur tanah air, Drs Suyadi atau yang dikenal dengan nama Pak Raden. Di balik sosoknya itu ternyata ada kisah sedih nan memilukan.

Pak Raden mungkin dikenal oleh anak-anak yang besar di generasi 1980-1990 karena karyanya bertajuk 'Si Unyil' yang tayang di Televisi Republik Indonesia (TVRI).

Selama 12 tahun, sosok Pak Raden muncul di Minggu pagi memberikan tawa, canda, atau mungkin kesan seram karena suara parau-nya yang terkesan galak.

Sosok Pak Raden ternyata jauh dari kata galak atau menyeramkan. Senyum riang dan ramah membuat anak-anak tidak segan untuk berfoto atau sekedar ingin memegang kumis tebalnya. Tak heran, Pak Raden menjadi salah satu ikon anak-anak sampai saat ini.

Namun ada kisah miris terkuak di balik kehidupan Pak Raden. Selama ini, Drs Suyadi, yang hidup membujang, menghabiskan masa tuanya sebatang kara dengan kondisi ekonomi yang sangat pas-pasan. Tak ada rumah bagus dengan taman luas, hanya rumah sederhana di antara gang-gang sempit ibu kota.

Perjalanan melewati gang sempit harus dilalui untuk mencapai rumahnya yang terdapat di Jalan Petamburan III, Slipi, Jakarta Barat. Sesampainya di sana, terlihat puluhan kucing kesayangan Pak Raden menjadi teman pria tua tersebut.

"Kondisi rumahnya memprihatinkan. Sedih sekali waktu datang ke sana. Masih terpajang lukisan dan boneka-boneka Si Unyil. Memang tidak terurus," ujar Kennieta, salah satu rekan kerja yang pernah membantu Pak Raden dalam sebuah penggalangan dana.

Kondisi kesehatannya terus dirongrong penyakit yang diidapnya. Meski begitu, perjuangan dan keramahan terus ditunjukkan oleh Pak Raden, yang belakangan tak bisa lepas dari kursi roda untuk aktivitas sehari-hari.

Sekarang, Pak Raden telah tiada namun karya-karyanya masih akan terus dikenang sepanjang masa. Selamat jalan Pak Raden, semoga amal dan ibadahmu mendapatkan tempat terbaik di sisi Yang Maha Kuasa.

Sewaktu menjadi Gubernur, Ahok merupakan salah satu tokoh yang rutin membantu Drs Suyadi ini. Sempat ia mau membantu dengan membeli lukisan beliau tapi nggak terjadi karena emang pak Suyadi nggak mau ngasih.

Apapun itu, kisah sedih ini bukan hanya satu dua yang menjadi pelajaran bagi kita, bahwa perencanaan keuangan itu sangat penting. Bukan hanya Drs Suyadi, ada pak Tile, Aminah Cenderakasih, pak Ogah, dan lain-lain yang di masa tua itu mengenaskan baik dengan kehidupan ekonomi maupun karena penyakit. Perencanaan keuangan menjadi penting, perencanaan dana darurat kesehatan, semua adalah penggunaan asuransi sebagai proteksi yang memadai. Proteksi baik jiwa, kesehatan, aset, seperti itulah penggunaan yang seharusnya. Bagaimana pendapat anda?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun