Mohon tunggu...
Adi Nugroho
Adi Nugroho Mohon Tunggu... Lainnya - Belajarlah kepada Nabi Nuh dan Nabi Yusuf dalam mempersiapkan masa depan...

Educator Specialist in Private Financial

Selanjutnya

Tutup

Financial

Biaya Rokok Cukup untuk Asuransi Jiwa?

18 Mei 2021   04:43 Diperbarui: 18 Mei 2021   04:49 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah jamak di Indonesia bahwa merokok memang menjadi perilaku masyarakat. Rokok memiliki harga kisaran 15 ribu sampai 30 ribu per bungkus tergantung merk. Katakanlah rokok berkisar 20 ribu kita ambil tengah, maka kisaran 300 ribu per bulan jika anda menghabiskan 1 bungkus per hari.

Dari kacamata kaum asuransi tentu ini sangatlah tidak menguntungkan. Mengapa? Dari salah satu perusahaan asuransi kami ambil contoh, ini sudah bisa memberikan perlindungan kepada sang nasabah. Minimal asuransi jiwa. 

Salah satu perusahaan asuransi menyatakan kisaran per tahun hanya kurang dari 2.5 juta untuk mendapat asuransi jiwa untuk umur tertentu. Mari kita sedikit hitung-hitungan. Anggap anda sekarang berumur 45 tahun. Term life asuransi jiwa katakanlah 100 tahun dimana sangat jarang orang mencapai 100 tahun. Katakanlah seorang nasabah meninggal saat umur 75, maka ia membayarkan premi selama 30 tahun x 2.5 juta/tahun = 75 juta. Dan ia sesuai perjanjian polis mendapat santunan jiwa 100 juta. Secara kalkulasi hitungan untung-rugi apakah untung atau rugi?

Ada lagi salah satu produk perusahaan asuransi yang memberikan proteksi bukan hanya jiwa, tetapi juga penyakit kritis. Hanya saja penyakit kritis jika sudah tahap advance. Jumlah jenis penyakit kritisnya memang lebih sedikit. Premi untuk produk ini memang lebih mahal, namun jika nasabah di akhir periode asuransi sampai umur 85 masih hidup atau telah meninggal, santunan asuransi akan diberikan 100%. Proteksi bukan hanya jiwa saja, penyakit kritis, serta meninggal dalam kendaraan umum.

Santunan semacam ini cocok buat anda yang masih berpikir bahwa premi asuransi akan kembali dalam periode tertentu. Pembayaran kontribusi atau premi pun cocok jika anda mempertimbangkan pembayaran berjangka.

Apapun itu, asuransi sebenarnya tetaplah proteksi. Ada nilai plus minus jika produk berasal di produk tradisional maupun unit link. Produk tradisional umumnya, dalam jangka waktu tertentu, ada yg tahunan direview atau jika telah terjadi klaim, maka nilai kontribusi atau premi akan direview. Sementara unit link tidak, tetapi pembayaran hasil investasi sebagian kontribusi atau premi adalah digunakan untuk cadangan darurat ketika biaya asuransi membengkak, karena kita tahu semakin tinggi usia seseorang akan semakin tinggi resiko dan pada dasarnya akan membuat nilai premi semakin mahal. Hal inilah yang menyebabkan review pada asuransi tradisional. Jika kurang jelas hubungi kami, bisa melalui metode komunikasi seperti zoom, google meet, dan lain-lain untuk jelasnya.

Kembali ke tema. Sebenarnya biaya merokok sebulan sangatlah cukup untuk membiayai asuransi sampai level tertentu. Tentu saja perlu dipahami bahwa orang merokok dan tidak merokok selalu saja ada selisihnya. Dalam hitungan perusahaan asuransi, umumnya orang tak merokok serta orang yang lebih muda akan selalu nilai kontribusi atau premi akan lebih murah. Ini selalu berlaku di perusahaan asuransi manapun. Kapan-kapan kita tuliskan bagaimana memilih opsi perusahaan asuransi.

Di sisi lain, sudah sangat jamak bahwa orang merokok itu dianggap memberikan resiko kesehatan. Rasanya semua rokok selalu ada gambar yang menakutkan soal kesehatan. Dan sepanjang yang penulis ketahui, hal ini selalu ada di semua negara. Di setiap negara apapun, entah Singapore, Australia, China, dll selalu ada gambar soal bahaya merokok. Namun semua tetaplah kembali ke pilihan kita masing-masing.

Bagaimana menurut anda? Silakan tulis di kolom komentar, kami usahakan membalas, namun maaf, kita tidak akan membahas perusahaan tertentu. Karena memang page ini hanya berbagi dan tidak berafiliasi ke perusahaan manapun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun